19 Juli 2012

Efesus 2:11-22 (Khotbah, 22 Juli 2012)


GEREJA ADALAH PERSEKUTUAN PENDAMAIAN
Di tengah-tengah gencarnya semangat  pekabaran Injil, Paulus harus dimampukan menerobos berbagai perbedaan. Ketika orang-orang Yunani bertobat menjadi Kristen tetapi mereka sulit menyatu dengan orang Yahudi Kristen. Yahudi merupakan umat pilihan Tuhan. Di dalam keterpilihannya itu, mereka bertumbuh menjadi suatu bangsa yang memiliki ‘kelebihan’ dibandingkan  dengan bangsa lain. Bagi orang Yahudi, sejarah mempunyai arah dan tujuan. Mereka begitu yakin, bahwa masa depan adalah masa gemilang. Hidup adalah suatu perjalanan menuju Allah. Mereka memiliki pengharapan akan masa depan. Jelaslah, bahwa suatu bangsa yang menyadari tujuan hidup yang seperti itu akan menampilkan hidup yang dinamis. Sedangkan bagi bangsa lain, sejarah tidak mempunyai arti, kehidupan hanyalah pengulangan belaka. 
Dengan cara berpikir Yahudi tersebut, mereka sungguh-sungguh telah menjadi bangsa pilihan dan layak  sebagai bangsa masa depan. Namun, orang-orang Yahudi juga memelihara tradisinya dengan begitu ketat. Mereka memiliki tradisi sunat, sedangkan orang non Yahudi tidak. Sunat itu menjadi suatu tanda (ciri lahiriah) bagi mereka. Akan tetapi, tanda lahiriah ini lebih mendominasi kehidupan mereka ketimbang sebagai umat pilihan. Mereka memandang jijik dan merendahkan bangsa atau orang-orang yang tidak bersunat. Bahkan ciri lahiriah tersebut menjadi benteng pemisah untuk membangun persekutuan dengan Yahudi. Mereka menolak persekutuan dengan orang yang tidak bersunat. Perbedaan ini telah membuat jarak antara Kristen Yahudi dengan non Yahudi.

Manusia adalah ciptaan Allah. Tetapi manusia itu memberontak terhadap Allah. Manusia terpisah dari Allah. Keterpisahan manusia dari Allah telah membuat manusia itu tercerai-berai dengan sesamanya. Kalaupun  manusia membangun komunitas (organisasi/bangsa), maka sangat rentan untuk berpisah, jika kepentingannya tidak terakomodasi. Semua ini diakibatkan mereka masih dalam gelimang dosa, sehingga semuanya saling ‘berjauhan’. Namun, darah Kristus telah menebus dosa-dosa manusia. Kristus telah memperdamaikan manusia kembali dengan Allah. Kristus telah menjadi Pendamai dan mempersatukan sesama umat tertebus,  yaitu gereja. Kristus telah merobohkan dinding yang memisahkan Yahudi Kristen dengan setiap orang percaya. 

Paulus mau menunjukkan bahwa kebencian (dosa) orang-orang Kristen Yahudi telah sirna. Paulus tidak mengatakan bahwa orang Yahudi Kristen tidak lagi bersunat, mereka tetap sunat. Akan tetapi tradisi mereka itu bukan lagi penghalang bagi Yahudi Kristen untuk menerima bangsa lain (yang tidak bersunat) untuk bersekutu.

Setiap orang yang telah menerima Kristus maka ia telah menjadi anggota keluarga Allah. Persekutuan Keluarga Allah telah menjadi Bait Allah, yang di dalamnya Allah berdiam untuk senantiasa menyatakan kehendakNya, di dalam Roh.

Kita adalah orang-orang percaya, bahwa ‘Yesus adalah Kristus”. Sebagai orang yang telah dikuduskan, maka setiap anggota gereja harus hidup dalam firman Tuhan. Mensyukuri penebusan Yesus Kristus. Kita telah menjadi Keluarga Allah, yang satu dalam persekutuan Gereja. Sebagai Keluarga Allah, dalam bertindak kita harus mencerminkan perbuatan-perbuatan Allah, dimana setiap anggota hidup dengan saling mengampuni dan menerima keberadaan orang lain. Acapkali ada permusuhan antara keluarga bahkan sesama anggota gereja, dan sulit untuk berdamai. Ternyata yang membuat mereka sulit berdamai disebabkan nilai-nilai dunia (budaya) ; soal harga diri. Mestinya setiap orang harus menghayati penebusan yang telah Yesus lakukan.
Gereja adalah persekutuan orang-orang yang memiliki latar belakang, budaya, dan status hidup yang berbeda. Tetapi perbedaan itu mestinya berada dalam kesatuan. Kesatuan dalam Kristus menghasilkan manusia yang dengan imannya mampu menerobos segala perbedaan yang ada di antara mereka. Kesatuan di dalam Kristus akan membuahkan manusia yang bersahabat bagi sesamanya, sebab mereka telah bersahabat dengan Allah. Kesatuan itu juga membuat seluruh umat manusia menjadi satu, sebab setiap orang memperoleh hak untuk masuk kehadirat Allah, tempat mereka dipersatukan di dalam kasihNya.
Perkembangan modern telah membuat dunia makin kecil;  Allah telah menugaskan kita untuk membuat dunia ini hidup saling bersaudara. Di dalam dunia yang yang terpecah dan terpisah itu kita ditugaskan untuk berani menggoncangkan dunia ini, dengan berita tentang Kristus yang merangkul dan mempersatukan. Dengan demikian segala tembok yang memisahkan manusia seorang dengan lainnya akan rubuh. AMIN

Artikel Terkait



2 komentar: