20 September 2012

Yeremia 11:18-20 (Khotbah GKPI)


PEMBALASAN ADALAH HAK TUHAN

Ketika kita ditunjuk atau dipilih menjadi hamba Tuhan ; Pendeta atau Penatua segera ada penolakan dari diri kita. Cerita para Pendeta terdahulu, sangat banyak orang tidak mau menikah dengan Pendeta. Alasan yang sederhana mungkin karena kehidupan ekonomi Pendeta sangat tidak memadai. Namun, ketika kehidupan para hamba Tuhan sudah sedikit memadai, tetap saja orang tidak mudah mau menikah dengan seorang Pendeta. Rupa-rupanya mereka menyadari, bahwa terlalu banyak pergumulan atau beban hidup dengan hamba Tuhan.
Pergumulan hamba Tuhan itu dapat dilihat dari pengalaman nabi Yeremia. Yeremia adalah nabi yang cukup populer di kalangan umat Yahudi. Ia merupakan seorang pribadi yang sangat peka dan penuh pertimbangan dalam tugasnya sebagai pemberita firman Tuhan. Sebagai Nabi, ia harus mengkritisi kehidupan umat berdasarkan firman Tuhan. Seorang nabi harus mau dan berani mengkritisi hidup umat Tuhan yang tidak lagi sesuai dengan kehendak Tuhan.

Yeremia melihat bahwa kehidupan dan keagamaan umat Tuhan sudah melenceng. Saat itu Yehuda sudah hidup di bawah kendali/payung Assyria. Itu sama saja mereka kembali sebagai bangsa yang diperbudak sekalipun dalam konteks yang berbeda dengan perbudakan di Mesir. Secara militer dan politik, Yehuda memang merasa aman sebab dilindungi oleh Assyria yang tergolong bangsa yang cukup disegani pada saat itu. Tetapi pengaruh perbudakan Assyria terhadap umat sangat atas keimanan umat Tuhan. Assyria yang menyembah Baal telah mempengaruhi kehidpan umat Tuhan. Umat Tuhan sudah menjauh dari Allah yang membawa mereka keluar dari perbudakan Mesir sampai menuntunnya ke tanah Kanaan. Mereka kini telah kembali menjadi budak Assyaria. Anehnya, mereka merasa nyaman dengan kehidupan sebagai budak.
Hidup mereka yang demikian itulah yang dikritisi Yeremia, agar mereka kembali hidup sebagai umat yang telah dimerdekakan dari perbudakan dan hendaklah beribadah kepada Allah yang telah menuntun mereka.
Jika umat tidak tidak mau membaharui diri, Yeremia menubuatkan :  
1.     Akan datang musuh besar.
Yerusalem akan ditaklukkan dan dihancurkan oleh musuh misterius. Yeremia sendiri tidak dapat menjelaskan musuh yang dimaksud. Ia hanya menyebut musuh yang akan dating menghancurkan. Entah bangsa manapun yang dimakdsud oleh Yeremia, tetapi peringatan ini dirasakan sangat pedas dan tajam karena justru ada waktu itu Yehuda merasa aman di bawah payung Assyria yang kuat.
2.     Kehancuran Yerusalem.
(Yeremia 19 : 15) : "Beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: Sesungguhnya, Aku akan mendatangkan ke atas kota ini dan ke atas segala kota sekitarnya… sebab mereka berkeras kepala dan tidak mendengarkan perkataan-perkataan-Ku."
3.     Hancurnya Bait Allah
Salah satu ucapan Yeremia yang paling banyak diingat-ingat adalah yang berisi anacaman akan hancurnya Bait Allah. Yeremia mengatakan, bahwa Bait Allah akan hancur dan tidak mendapat perlindungan ilahi sama sekali. Hal itu tentu bertentangan dengan kepercayaan umum yang berlaku pada waktu itu. Bagai umat, Bait Allah adalah tempat Allah bersemayam, maka adalah hal yang tidak mungkin Bait itu dapat dihancurkan oleh siapapun.
Kritik dan nubuat Yeremia ini memang menimbulkan keguncangan umat Tuhan. Yeremia tentu mempunyai alasan sehingga ia berani menyampaikan ancaman itu. Dasarnya, umat Allah telah menyeleweng dan beribadah kepada Baal serta melakukan upacara-upacara amoral yang penuh kejijikan.
Kritik yang disampaikan Yeremia, bukannya membuat mereka membaharui diri, malah yang muncul adalah timbul kesepakan jahat di antara imam-imam, nabi-nabi kerajaan dan orang-orang yang tidak menyukai Yeremia. Mereka ingin segera berusaha menangkap dan membunuh Yeremia. Perlakuan kasar dan ancaman yang keras pun harus dialami Yeremia. Semua itu membawa pergumulan, ketegangan dan krisis rohaniah yang berkepanjangan di dalam diri nabi Yeremia sendiri. Dalam tugasnya sebagai nabi telah membawa penderitaan kepada dirinya sendiri, dan hampir menyebabkan dia berputus asa dan kecewa. Yeremia memberontak  melawan penderitaannya itu, dan ia menganggap segala yang dilakukannuya selama ini adalah sia-sia. Yeremia hanya dapat mengungkapkan perasaan dan keluhannya yang mendalam (11:18-23 ; 12 : 1-6 ; 15:10-12 ; 15-21 ; 17:12-18). Terkadang, Yeremia ingin tidak bernubuat lagi. Tetapi setiap kali Yeremia memutuskan untuk tidak bernubuat lagi,  selalu ada firman Allah membakar laksana bara di dalam dirinya. Satu hal yang selalu membuat Yeremia tidak berputus asa akan tugasnya adalah, bahwa Allah telah memilihnya sejak dalam kandungan,  (Yeremia  1 : 5) : "Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa." Inilah yang selalu menguatkan Yeremia. Sebagai manusia, Yeremia juga ingin membalas yang berbuat jahat kepada dirinya. Yeremia menginginkan adanya pembalasan terhadap musuh-musuhnya. Tetapi Yeremia juga sadar, bahwa pembalasan bukanlah bagian dari tugasnya sebagai nabi. Itu adalah hak Allah yang mengutusnya. Yeremia tetap melakukan tugas panggilannya sebagai nabi.

Dunia terus mengalami perubahan yang begitu cepat. Manusia pun bagaikan berlomba untuk untuk turut serta dalam perubahan itu. Manusia tidak peduli ke arah mana perubahan itu, yang penting ikut di dalamnya. Manusia mengabaikan banyak hal yang semestinya menjadi yang utama di dalam kehidupan manusia. Dan, sadar atau tidak, sangat mungkin manusia itu telah diperbudak oleh zaman.
Ketika firman Tuhan mengingatkan manusia itu untuk kembali hidup sebagaimana yang Tuhan kehendaki, maka manusia mengabaikannya. Firman Tuhan hanya dianggap benar bila sesuai dengan keinginan hasratnya. Bila bertentangan dengan kehendaknya, bukannya firman itu saja yang diabaikan, tapi yang menyampaikan firman (hamba Tuhan) dianggap menyinggung dirinya. Lalu muncul kebencian kepada hamba Tuhan. Kalau sudah demikian, matilah kita !!!
Sebagai orang percaya, kita perlu belajar ulang dengan Kekristenan kita. Bagaimana kita meng-amin-kan firman yang kita dengar ? Apakah keimanan/kerohanian kita mengalami pertumbuhan ? Bagaimana kita merelasikan hidup dan ibadah kita ? Tentu banyak hal yang perlu kita baharui sebagai orang beriman. AMIN.

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar