17 November 2012

Ibrani 10:19-25 (Khotbah, 18 Nopember 2012)



DATANGLAH DENGAN TULUS
KEPADA PENGAMPUNAN DARAH KRISTUS

Ibrani 9:24-28 (Khotbah Minggu lalu) menjelaskan bahwa Kristus Yesus telah mencurahkan darahNya untuk menyucikan manusia dari belenggu dosa. Yesus yang telah mengorbankan diriNya untuk pengampunan dosa. Pengorbanan Yesus memberi jaminan bagi manusia untuk memperoleh hidup kekal. Manusia lepas dari kekhawatiran, ketakutan, tapi boleh hidup dalam pengharapan dan pembaharuan.
NASEHAT PRAKTIS
Sebagai manusia yang telah mengalami pembaharuan, mereka mestilah bertekun di dalam iman, pengharapan, dan kasih. Oleh sebab itu, penulis kitab Ibrani memberikan nasehat praktis, yang segera dapat mereka lakukan.
Menghadap Allah dengan hati yang tulus
Manusia tidak lagi dihalangi oleh apapun untuk memasuki tempat kudus. Berbeda dengan pemahaman dahulu kala, umat tidak dapat menghampiri Allah secara langsung, mereka harus melalui perantara. Tetapi Kristus telah membuka jalan itu, kini mereka dapat menghadap Tuhan secara pribadi. Namun, mengahadap Allah haruslah dilakukan dengan hati yang tulus, sungguh-sungguh memiliki keyakinan yang teguh, bahwa apa yang dilakukan Kristus itu telah menjadikan kita sempurna, baik lahir maupun batin. Dan setiap orang yang datang melalui Kristus akan memperoleh kemurahan, pertolongan (10:1), keselamatan (7:25), pengudusan (10:14), dan pembersihan (10:22).
Berpengharapan
Kehidupan umat semakin banyak menghadapi pencobaan, penganiayaan, dan berbagai ajaran yang menggoncangkan iman yang baru terbangun. Di dalam berbagai pencobaan dan pergumulan, penulis berseru supaya teguh bertahan dengan pengharapan, sebab mereka memiliki jaminan dari Kristus. Pencobaan yang makin keras dan nyata dapat dipahami sebagai tanda-tanda kedatangan kembali Kristus untuk menjemput orang-orang yang setia. Oleh sebab itu, iman kepada Kristus menjadi penting untuk senantiasa ditumbuhkan. ‘Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat’ (Ibrani 11:1). Itulah yang menjadi dasar pengharapan orang-orang percaya.
Saling mendorong dalam kasih
Dalam persekutuan, setiap jemaat juga diminta untuk aktif saling mendorong (bukan saling mematikan/melemahkan). Ruparupanya, ditengah-tengah persekutuan jemaat Ibrani ada juga keguncangan, ada beberapa orang yang suka melemahkan anggota lain. Akibatnya, tingkat kehadiran anggota semakin berkurang. Oleh sebab itu, setiap anggota dituntut untuk mengajak setiap orang untuk ikut mengikuti pertemuan-pertemuan ibadah. Mereka harus saling menasehati, mendorong, terlebih hal itu harus dilakukan menjelang hukuman hari Tuhan yang sudah dekat.

Kristus sudah membenarkan kita, maka kita tidak perlu ragu-ragu menghadap Allah. Kita boleh membangun hubungan dengan Allah secara langsung melalui doa. Jika dahulu orang menyampaikan permohonan harus melalui orang lain (imam), kini setiap orang dapat menyampaikan permohonannya pada Tuhan.
Kita sedang hidup dalam dunia ini dengan berbagai dinamikanya, dan kita memang menuju dunia baka. Namun, kita seringkali seperti hanya terikat dengan dunia yang sedang kita alami ini. Seolah-olah kita tidak akan pernah meninggalkan dunia ini. Padahal, cepat atau lambat, suka atau tidak, kita pasti meninggalkan dunia ini. Oleh sebab itu, ditengah-tengah berbagai kesibukan, kita perlu melupakan dunia ini dengan sengaja (secara khusus), untuk merenungkan dunia yang akan menjadi tujuan. Kita harus beribadah menghadap hadirat Allah. Saat-saat keinginan kita timbul untuk mengahadap hadirat Allah, bisa saja timbul berbagai godaan pada diri kita, baik dari orang-orang di sekitar kita maupun keinginan diri kita akibat menghitung laba dan rugi. 
Selanjutnya, kita sebagai orang Kristen perlu membangun hubungan ke luar diri kita sendiri, yaitu tugas praktis kita terhadap orang lain. Orang Kristen adalah orang yang hidupnya memancarkan Kristus. Kita perlu menarik orang lain dengan cara menunjukkan kasih Kristus kepada mereka melalui tindakan  atau perbuatan. Sangat mungkin ada (banyak) warga gereja  yang telah meninggalkan kebiasaan untuk bersekutu. Berbagai alasan dapat dijumpai pada orang-orang yang tidak ikut lagi dalam persekutuan ; orang tersebut mungkin takut atau malu, merasa kurang mendapat perhatian, bahkan karena tidak memiliki fasilitas. Ini semua menjadi tugas kita bersama membawa mereka kembali masuk dalam persekutuan yang indah. Kita perlu mengajak mereka untuk ikut menikmati kebaikan-kebaikan Tuhan dalam ibadah-ibadah. Kita harus memberi dorongan semangat bagi banyak orang sehingga berkenan beribadah secara bersama-sama. Di dalam ibadah yang bersekutu itu, kita akan melihat Yesus yang telah mengorbankan dirinya. AMIN











Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar