10 November 2012

Ibrani 9:24-28 (Khotbah 8 Nopember 2015)




                                            MATI SATU KALI UNTUK KESELAMATAN SEMUA

Orang Batak cukup bersahabat dengan sebutan darah. Saya tidak membawa pikiran kita makan sangsang, panggang na margota, ataupun manuk na pinadar. Sebab, kalau itu so pasti enak di bibir. Tetapi ada sebutan yang lebih indah lagi berkaitan dengan darah, yaitu :  ‘samudar’ (satu marga).  Dalam pengertian seperti ini segera tumbuh rasa kekeluargaan, merasakan bahwa kita satu. 

Orang Yahudi ruparupanya juga memiliki pemahaman khusus tentang darah. Istilah darah mengingatkan mereka pada penghapusan dosa. Allah senantiasa setia dalam kepada umatNya. Allah tidak pernah menolak umatNya. Berulangkali mereka berbuat dosa tetapi berkalikali pula Allah berkenan mengampuni dosa-dosa umatNya. Para Imam memiliki peranan penting dalam melaksanakan ritual penghapusan dosa. Umat membawa korban kepada imam. Lalu imam memercikkan darah korban ke dinding mezbah dan bagian bawah mezbah (Imamat 5:9). Itulah korban penghapusan dosa.
Para imam akan berulang-ulang masuk ke dalam mezbah mempersembahkan korban dan memercikkan darah di  dinding mezbah. Praktek yang demikian itu dipahami sebagai penghapusan dosa umat. Itulah yang diyakini oleh umat Tuhan pada kehidupan Perjanjian Lama.
Penerima Surat Ibrani ini adalah orang-orang Yahudi, yang ada di perantauan. Istilah darah sebagai penghapus dosa bukan lagi asing bagi mereka. Namun, ketika mereka terhisap ke dalam persekutuan Kristen, maka mereka harus memiliki keyakinan yang perlu diperbaharui, bahwa (a) penghapusan dosa itu tidak lagi dilakukan berulang-ulang, tetapi cukup hanya satu kali saja. Selanjutnya (b), umat juga tidak perlu membawa korban, agar imam memercikkan darahnya ke mezbah Tuhan. Tetapi dalam pemahaman baru, Imam Besar yang melakukan melakukan penghapusan dosa bukan dengan darah korban (binatang)  melainkan dengan darah Imam Besar itu sendiri, yakni Yesus Kristus.
Allah kita adalah Allah yang penuh kasih, yang diwujudkan dengan mengutus AnakNya Yesus Kristus. Yesus Kristus menderita untuk menanggung dosa manusia. Yesus Kristus meneteskan darah di kayu salib. Tetesan darah Kristus telah menyucikan manusia dari belenggu dosa. Klimaks dari penderitaan Yesus adalah kematianNya di atas kayu salib. Di atas kayu salib Yesus berseru : “Ya Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu”. Seruan Yesus ini lazim diucapkan oleh orang Yahudi sebagai sebuah doa menghantar tidur. Bagi orang Yahudi, tidur dianggap semacam orang mati. Jadi, apabila orang mau tidur, orang itu  menyerahkan roh atau nyawanya kepada Allah, dengan kepercayaan bahwa Allah akan membangunkanya kembali. Dengan demikian, seruan Yesus ini menjadi keyakinan, bahwa kematian Yesus bukanlah kematian yang kekal.  Yesus Kristus mati demi keselamatan orang-orang percaya. Kuasa untuk penebusan ini dilakukan Yesus hanya satu kali saja, untuk keselamatan semua umat manusia.

Kita tentu sudah sering mengikuti detik-detik proses kematian Tuhan Yesus. Kematian Yesus adalah penebusan atas dosa yang sudah tertanam dalam diri manusia. Manusia yang melakukan dosa namun Yesus yang menanggung. Banyak dosa yang dilakukan manusia; membunuh, menyakiti, menghukum, tidak mengakui keberadaan orang lain, sulitnya mengampuni orang yang bersalah, dan berbagai pelanggaran lainnya atas firman Tuhan.
Kita sebagai orang beriman patut mempercayai apa yang telah Yesus perbuat bagi penebusan kita. Kita patut meninggikan Yesus, yang dapat kita tunjukkan melalui kehidupan kita ; saling mengasihi, saling menghargai. (Matius 7:12) : "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Jika manusia ingin dikasihi maka ia juga haruslah mengasihi sesama dengan segala ketulusan.
Kita telah dipersatukan oleh darah Kristus. Kalau orang Batak disebut satu darah, memang segera tumbuh rasa kekeluargaan. Hanya saja seringkali tidak satu roh. Sebab, sedikit ada konflik agak sulit disatukan,  walaupun samudar. Akan tetapi darah Kristus, bukan saja menjalin hubungan kekerabatan tetapi kita telah menjadi satu roh. Itulah yang senantiasa perlu kita bangun dalam persekutuan (gereja). Semua mengarah kepada roh Allah, kehendak Allah, memuliakan Allah. Jika kita telah hidup dalam darah Kristus yang menyucikan, betapa indahnya hidup ini. Sekalipun kita mengalami pergumulan di dalam keluarga, pekerjaan tetapi dalam satu persekutuan, yang dipersatukan Kristus hendaklah mau membagi sukacita dan pengharapan baru bagi setiap anggota.
Kita yang telah disucikan Allah melalui darahNya hendaklah hidup dengan rendah hati, sukacita, saling mengampuni. Itulah hidup yang Allah kehendaki, yang telah mencurahkan darahNya bagi semua orang. AMIN

Artikel Terkait



1 komentar: