27 Juni 2012

Ratapan 3:22-33 (Minggu, 28 Juni 2015)

                  TAK BERKESUDAHAN KASIH SETIA TUHAN

Dalam perjalanan hidup ini berbagai peristiwa menyertai kita. Dalam setiap peristiwa adakalanya kita dipenuhi sukacita tetapi tak jarang dukacita datang menghampiri. Semua peristiwa itu; sukacita maupun dukacita perlu lebih sungguh-sungguh kita renungkan ; apakah kita merasakan keterlibatan Tuhan dalam setiap peristiwa kehidupan ini ?

Kitab Ratapan merupakan suatu renungan bagi umat Tuhan atas kehidupan ini. Mereka telah dipilih dan diberkati Tuhan menjadi suatu bangsa yang besar. Tetapi mereka seringkali mengabaikan Tuhan dengan menyembah berhala dan bersandar pada bangsa lain. Sikap umat yang bersandar pada kehidupan dunia ini adalah dosa. Akibat dosa itu adalah penderitaan ; bangsa lain menjajah mereka,  kota Yerusalem diluluhlantakkan, dan Bait Allah dihancurkan. Kehancuran Bait Allah itulah yang sangat memilukan umat Tuhan, sebab Bait Allah merupakan identitas mereka sebagai umat Tuhan. Situasi itu membuat mereka hanya bisa meratap dan menangis. Mereka meratapi dan menangisi dosa dan akibat yang harus mereka tanggung.  

20 Juni 2012

Ayub 38:1-11 (GKPI, 24 Juni 2012)


                          HIKMAT DAN PENGERTIAN HENDAKLAH TERUS MEMULIAKAN TUHAN

Kitab Ayub mengisahkan perjalanan hidup seorang manusia saleh.  Ayub taat melakukan firman Tuhan; ia berdoa, melakukan segala kewajibannya, suka menolong, sopan dan ramah.
Kehidupan Ayub pun penuh dengan kemakmuran. Ia menikah dan dikaruniai putra-putri. Ia juga memiliki harta yang luar biasa. Ia menjadi orang yang sangat dihormati. (HAMORAON, HAGABEON, DAN HASANGAPON)

Sampai disini, kita bisa mengatakan : “Pantas Ayub mendapatkan  semua itu, sebab Tuhan memberkati yang berkenan kepadaNya.” Tetapi perjalanan hidup Ayub berubah. Yang berubah bukan sifat baik atau kesalehan Ayub. Ia tetap saleh dan baik. Tetapi yang berubah adalah hidupnya ; secara beruntun semua anaknya  meninggal, seluruh hartanya ludes. Tidak cukup sampai disitu, ia juga mengalami penyakit yang luar biasa. Yang menyedihkan lagi, isterinya mengomel supaya meninggalkan Tuhan yang diimaninya. Inilah yang kemudian menjadi pergumulan Ayub : “MENGAPA ORANG YANG BAIK MENGALAMI PENDERITAAN ? “

12 Juni 2012

Yehezkiel 17:22-24 (Minggu, 14 Juni 2015)

            BERNAUNG DIBAWAH PERLINDUNGAN TUHAN

Dalam hidup ini kita masing-masing berjuang untuk menggapai yang kita inginkan ; ada yang telah memperolehnya, ada yang masih berjuang, tetapi ada yang sudah putus asa. Bagi yang telah berhasil memperolehnya bisa berkata : kudengar, berkatMu turun.Bagi yang sedang berjuang, teruslah bertekun dan berdoa. Bagi yang merasa gagal jangan menjauh dari Tuhan. Terlepas dari apakah kita merasa sudah memperoleh, sedang berjuang, atau merasa gagal ; perlu kita rasakan penyertaan Tuhan ? Bukankah kita seringkali mengabaikan peran Tuhan di dalam hidup ini ? Atau, bukankah kita memaksa Tuhan memberikan ‘stempel’ atas kehendak kita ? Kita hanya bergaul dengan Tuhan saat beribadah atau berdoa. Lalu saat beraktifitas, kita sepertinya tidak merasakan peran Tuhan. Padahal, dalam semua hidup ini justru Tuhan yang menentukan. Firman Tuhan berkata ; (Amsal 16:9) ‘Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi TUHANlah yang menentukan arah langkahnya’ (Yeremia 10:23) ‘Aku tahu, ya TUHAN, bahwa manusia tidak berkuasa untuk menentukan jalannya, dan orang yang berjalan tidak berkuasa untuk menetapkan langkahnya’. Sesungguhnya, Tuhan memiliki peran dalam segala kehidupan kita. Tuhan mengetahui bahkan sangat menentukan kehidupan manusia. Karena itu, segala perjuangan dalam hidup ini, kita harus tetap berlindung pada Tuhan.  

1 Juni 2012

Yesaya 6:1-8 (3 Juni 2012)


TREMENDUM FASCINAN

Firman Tuhan ini mengisahkan tentang panggilan Yesaya. Dalam panggilan ini, Yesaya melihat Tuhan sedang duduk, dan jubahnya memenuhi Bait Suci. Betapa mulianya Tuhan dalam pandangan Yesaya. Yesaya juga melihat para Serafim (malaikat) sedang melayang-layang, sambil mengumandangkan lagu dengan bersahutsahutan, layaknya paduan suara : "Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!"
Penglihatan Yesaya ini  menggambarkan, bahwa : Tuhan menghendaki seluruh bumi ini baik adanya, sehingga manusia boleh menikmati sukacita dan hidup bahagia.

Namun dalam kenyataannya, bangsa dimana Yesaya berada begitu bobrok. Bangsa itu hidup begitu najis ; jahat, angkuh, penuh dosa baik tindakan dan perkataan. Yesaya menyadari bahwa dosa itu juga ada dalam dirinya. Itu sebabnya, Yesaya berkata (ay.5) : "Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir.”