28 Januari 2013

Yeremia 1:4–10 (Khotbah Minggu, 31 Jan 2016)

                   DIPILIH SEJAK DARI KANDUNGAN



Ketika kita mengajak seseorang menjadi hamba Tuhan, entah sebagai Pendeta, Penatua, atau Majelis ; cenderung menolak. Alasannya sangat klasik : belum/tidak terpanggil. Memang, menjadi hamba Tuhan butuh panggilan pribadi. Tanpa ada panggilan hati maka tugas yang mestinya diemban akan menjadi beban berat. Lepas dari panggilan hati, ada alasan yang terukur untuk menolak panggilan itu, seperti yang diungkapkan Yeremia ; ‘aku tidak pandai bicara dan masih muda’.  

Pandai berbicara memang keharusan bagi seorang nabi, sebab ia akan menyampaikan firman Tuhan dengan kata-kata. Firman Tuhan selalu berkaitan dengan nasehat, bimbingan, kritik, pengajaran ; semua itu membutuhkan kemampuan berbicara. Demikian juga pengalaman sangat penting. Pengalaman bisa berkaitan dengan kematangan usia. Oleh sebab itu, alasan Yeremia menolak panggilan Tuhan itu sangat logis, karena ia masih muda.
Tetapi perlu juga dipahami, menjadi hamba Tuhan bukan ditentukan oleh diri sendiri dan bukan berdasarkan kemampuan sendiri. Tuhan memiliki kuasa untuk memilih hambaNya. Itu sebabnya, menjadi hamba Tuhan bukan pilihan tetapi panggilan. Menarik atas penetapan Yeremia menjadi nabi : (a) ‘sebelum engkau keluar dari kandungan, …., Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa" (ay.7). Ini sangat luar biasa. Sekali pun masih di dalam kandungan, Allah mampu menetapkan kehidupan seseorang, terlebih menjadi hambaNya. Setiap hamba Tuhan memiliki keunikan atas panggilannya. (b) Yeremia diutus Tuhan untuk menyampaikan firman Tuhan. Utusan adalah duta atau yang mewakili yang berwewenang. Ia mempunyai tugas menyampaikan pesan yang mengutus.  (c) Aku menyertai engkau. Seorang hamba yang diutus Tuhan sesungguhnya disertai Tuhan. Dalam penyertaan itu, seorang hamba Tuhan harus sungguh-sungguh menyerahkan dirinya kepada Tuhan. Seorang hamba Tuhan harus berserah dalam menjalani hidup dan pelayanannya.
Dalam nas ini disebutkan, ‘Jangan takut kepada mereka’. Firman Tuhan cenderung mengkritisi orang-orang yang jahat. Orang-orang jahat itu selalu memiliki kekuatan : entah itu kuasa, kelompok, lihai bicara. Ketika firman Tuhan disampaikan kepada orang jahat, sangat mungkin mereka tersinggung, sakit hati ; lalu menyerang balik yang menyampaikan firman itu. Karena itu, Tuhan mengingatkan Yeremia : ‘Jangan takut kepada mereka’. Jaminannya, para hamba Tuhan akan selalu disertai oleh Tuhan. Tuhan mengulurkan tangan-Nya (memberkati), dan menjamah mulut (memberi kemampuan berbicara).  Para hamba Tuhan tidak perlu menjadi kecut sebab seluruh kata yang diungkapkan bersumber dari Tuhan (9) : "Sesungguhnya, Aku menaruh perkataan-perkataan-Ku ke dalam mulutmu’. Dengan penyertaan dan berkat yang diterima Yeremia, maka ia siap diutus melakukan tugas panggilannya.

Tugas Yeremia : merubah-membaharui.
Pembaharuan adalah pekerjaan yang ‘ngeri-ngeri sedap’.  Ngeri karena masih banyak manusia anti pembaharuan, apalagi jika yang baru itu dianggap merugikan dirinya. Sedap karena akan melihat/menikmati sesuatu yang baru. Yeremia yang masih muda itu akan berhadapan dengan tantangan. Terlebih Tuhan mengembankan tugas yang teramat berat bagi Yeremia untuk melakukan perubahan total (10) : “mencabut dan merobohkan, untuk membinasakan dan meruntuhkan ; lalu kemudian membangun dan menanam." Inilah tugas Yeremia yang diutus Tuhan.
Kita seluruhnya umat Tuhan, sesungguhnya telah dipanggil menjadi hambaNya. Memang ada panggilan khusus seperti Yeremia, dan ia memang harus memiliki kemampuan khusus. Kita bisa belajar dari Yeremia yang tidak pandai bicara dan masih muda itu. Tetapi dalam prakteknya, Yeremia mampu dengan luar biasa menyampaikan firman Tuhan.
Menjadi perenungan bagi kita; sejauh mana firman Tuhan yang kita baca atau kita dengar membaharui hidup kita. Apakah Firman Tuhan itu membuat kita bertumbuh, atau apakah kita mengalami perubahan ?
Seorang Jemaat berbicara kepada sesama jemaat tentang pendeta mereka. Jemaat yang satu berkata kepada temannya, ‘iman saya tidak bertumbuh sejak pendeta kita ini melayani di sini’. Lalu jemaat yang seorang menyahut, ‘Ah….pendeta di jemaat kita sudah silih berganti, tapi anda begitu-begitu saja kok… Soal pertumbuhan iman, itu kan pribadi bapak, bukan soal pendeta. Alkitab juga sudah cukup menjelaskan. Tinggal bagaimana kita menghidupi diri kita dengan firman itu…....na godang hatam’.
Rasul Paulus mengatakan dalam Galatia 5 : 22-23, bahwa orang yang percaya kepada Yesus Kristus harus menghasilkan BUAH ROH, yaitu : kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri. Artinya, Firman Tuhan yang kita baca atau Firman Tuhan yang kita dengar harus mengubah diri kita. FT tidak berarti jika ia sekedar menjadi pengetahuan, tetapi FT bermanfaat apabila di dalam diri kita ada perubahan. AMIN

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar