15 Februari 2013

Matius 4:1-11 (Khotbah, 17 Februari 2013)


                                                              ENYAHLAH, IBLIS

Kisah pencobaan Yesus di padang Gurun tentunya sudah menjadi sebuah cerita yang tidak asing lagi. Cerita ini sudah melekat bagi kita, karena isinya mengenai percakapan, tawar-menawar di antara dua tokoh yang populer, yaitu Yesus dan iblis. Menjadi menarik, karena keduanya merupakan tokoh yang  saling bertentangan.
Kalau kita melihat cerita ini, Yesus sesungguhnya tidak ingin mengalami pencobaan ini. Tetapi ini adalah suatu kehendak Bapa. Pada ay.1 dikatakan : “Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai iblis.” Roh Allah menuntun, menyertai Yesus dalam pencobaan ini, dan Allah menunjukkan bahwa kuasa Yesus jauh melampaui kuasa iblis. Ada tiga tawaran yang disajikan iblis kepada Yesus : (a) Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti (b) Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah dirimU ke bawah (c) Jika Engkau sujud menyembah aku, semua dunia ini akan kuberikan kepadaMu.

Tawaran ini menunjukkan bahwa iblis tidak mengenal Yesus ; iblis memainkan kelihaiannya dengan menawarkan roti saat Yesus lapar dan menawarkan kemegahan dunia yang memang menjadi incaran banyak manusia berdosa. Secara tegas Yesus menolak tawaran iblis ini, : “Enyahlah iblis.”  Mengapa ? Karena dunia ini memang milik Allah. Karena Yesus datang ke dalam dunia bukan untuk menguasai dunia tetapi  justru menyelamatkan manusia yang dikekang oleh dunia ini.
Perlawanan Yesus terhadap iblis, menunjukkan bahwa iblis tidak berkuasa atas Yesus. Yesus bukan mengabaikan nilai-nilai dunia tetapi bagaimana seharusnya manusia  mendapatkan dunia ini secara benar. Dunia dan isinya ini adalah milik Tuhan. Tuhan memberikan dunia dan isinya sebagai anugerah untuk kebahagiaan hidup manusia. Manusia berhak memperoleh dunia tapi untuk kebahagiaannya. Hanya saja manusia perlu mempertanyakan, bagaimana manusia mendapatkan dunia ini. Banyak cara orang mendapatkan dunia ini, tetapi apakah semua cara kita berkenaan bagi Tuhan. Kita harus kritis untuk mendapatkan dunia ini. Jangan memperoleh harta dengan : (1) menggunakan kekuatan iblis. Ada orang untuk mendapatkan pekerjaan, jabatan, keuntungan, keberhasilan atau sukses lainnya memohon kekuatan justru melalui iblis. Orang yang mendapatkan sesuatu karena kekuatan iblis, berarti orang itu mengakui, dunia ini milik iblis. Implikasinya, kalau ia mendapatkan yang diinginkannya, maka miliknya itu adalah milik iblis. Akibatnya, apa yang dimiliki tidak membawanya kepada kebahagiaan. (2)  mengorbankan orang lain. Pekerjaan yang kita lakukan untuk mendapatkan nilai dunia ini banyak yang dicapai atas kerjasama dengan orang lain, misalnya : karyawan, sopir, termasuk pembantu RT. Mereka itu adalah orang-orang yang membantu kita untuk mendapatkan uang/keuntungan. Lalu, apakah ada kepedulian kita kepada mereka. Apakah kita peduli dengan hidup mereka. Nanti coba saudara-saudara yang memiliki karyawan, sopir, pembantu RT merenungkan hal itu. Mari kita mengejar dan mendapatkan isi/harta dunia ini, tetapi hendaklah dengan cara yang berkenaan bagi Tuhan.
Makna lain yang bisa kita dapatkan dari firman Tuhan (Matius 4 : 1 – 11) ini ialah, awas jangan sampai kepada pencobaan. Salah satu kalimat dari Doa Bapa Kami berbunyi “Janganlah membawa kami ke dalam pencobaan.” Israel juga diperingatkan supaya jangan mencobai Tuhan Allah seperti yang telah dilakukan Israel (Keluaran 17:1-7).  Orang Israel telah mencobai Tuhan dengan berkata : ‘Adakah Tuhan ditengah-tengah kita atau tidak?’.  Kata-kata itu mengisyartkan bahwa mereka meragukan kehadiran Tuhan di tengah-tengah mereka. Keraguan atas kehadiran Tuhan, berarti mereka telah menyangkal sifat-sifat Tuhan yang telah mereka kenal selama di padang gurun. Dan tentu saja hati mereka melekat kepada ilah lain. Sikap yang demikian membuat Allah cemburu. Perbuatan itu adalah mencobai (menguji) Tuhan. Tujuan menguji adalah membuktikan apa yang benar ditengah-tengah yang tidak benar. Kalau Allah menguji manusia dengan memperhadapkannya kepada  dengan berbagai kesulitan maksudnya adalah untuk menyempurnakan manusia dalam kesetiaan dan perbuatan baik. Allah mengadakan pengujian sebab manusia cenderung kepada yang tidak benar. Sebaliknya, manusia tidak boleh menguji Tuhan sebab sifat Allah adalah tepat dan tidak ada pertentangan di antara sifat-sifatnya.  Perbuatan mencobai Allah akan mendatangkan murkanNya.

Dari manakah segala yang engkau miliki ?
Tidak sedikit orang berpikir, bahwa segala yang dimiliki merupakan hasil kerja keras dirinya semata. Benarkah demikian ? Ada sebuah keluarga pergi meninggalkan kampung halamannya karena terjadi masa paceklik. Ia ingin mengubah nasib. Setelah sepuluh tahun ditempat tujuannya, keluarga tersebut tidak berhasil mengubah hidupnya, bahkan bapak dari keluarga itu meninggal, dua anaknya laki-laki memang menikah tapi belum berselang lama keduanya meninggal. Yang hidup tinggal sang isteri dan ia kembali ke kampung halamannya dengan segala kehancuran (Rut 1:1-6).
Allah adalah sumber segalanya. Kita tidak memiliki kekuatan atas yang kita miliki. Orang yang menganggap kepemilikannanya berdasarkan kekuatannya sendiri, ia adalah orang yang telah melupakan Tuhan. Kita harus senantiasa mengingat segala yang kita miliki merupakan berkat Tuhan. Janganlah saat kita meminta kita begitu dekat pada Tuhan, tapi saat kita memiliki, kita melupakanNya.
Pemberian Tuhan bukan soal jumlahnya, tapi bagaimana kita memahami pemberian itu dan menggunakannya sesuai kehendak Tuhan. Kita senantiasa harus takut kepada Tuhan melalui pemuliaanNya. AMIN

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar