29 Maret 2013

Matius 23:33-39 (Khotbah Jumat Agung)


SALIB YESUS DAN PENGAMPUNAN

Hari ini dinamai Jumat Agung. Disebut Agung, karena pada hari ini kita memperingati peristiwa yang teramat besar, yaitu kematian Tuhan Yesus. Kematian Tuhan Yesus menjadi sentral dari kesaksian Kitab Suci. Karena itu, kematian Tuhan Yesus harus diberitakan.

Kematian Tuhan Yesus disebabkan berbagai kejahatan manusia, termasuk kejahatan orang yang dilakukan muridNya sendiri. Kejahatan manusia berlangsung terus-menerus hingga menggumpal menjadi pemberontakan terhadap Tuhan. Itulah dosa. Dosa telah membuat jarak antara Allah dan manusia. Manusia yang berdosa itu tidak lagi dapat menikmati anugerah Tuhan. Kematian Tuhan Yesus sangat tragis; diluar batas prikemanusiaan. Yesus dihianati dengan rekayasa, Yesus digiring sebagai penjahat. Yesus pun  didakwa dengan hukuman mati. Yesus disalibkan. Penggiringan Yesus untuk dihukum mati hingga sampai di kayu salib, sepertinya sebuah kemenangan bagi orang-orang yang berlaku jahat. Namun, pikiran mereka tidak mampu memahami rancangan Allah. Kematian Tuhan Yesus sudah menjadi rencana Allah. Karena itu, orang-orang yang menyalibkan Yesus bukanlah orang-orang yang menang tetapi bukti, bahwa manusia itu penuh kejahatan.
Kejahatan orang-orang Farisi dan ahli Taurat bukanlah kesementaraan tetapi sudah menjadi tabiat. Sejak dahulu kala, nenek moyang mereka sudah terbiasa menyakiti dan membunuh nabi-nabi yang memberitakan kebenaran. Kini, mereka berhadapan dengan Yesus yang adalah kebenaran itu. Sesungguhnya, kedatangan Yesus ke dalam dunia adalah untuk membaharui dan menyelamatkan. Namun, sama seperti nenek moyangnya, mereka pun hendak membunuh Yesus. Yesus  mengetahui rencana pembunuhan terhadap diriNya. Upaya ini akan dilakukan dengan sebuah rekayasa, yang pada akhirnya Yesus ditangkap.  Inilah kejahatan besar : kejahatan yangdirencanakan, lalu kejahatan ditutup dengan kejahatan baru. Betapa besar dan hebatnya dosa umat manusia yang dipresentasikan oleh Farisi dan ahli Taurat. Karena kejahatan yang sudah makin menghebat, Yesus memandang saatnya membuka kepalsuan hidup manusia. Mereka begitu bebal. Yesus tidak menghendaki kehidupan manusia yang tampaknya rohani tetapi sesungguhnya jauh dari itu. Yesus menghendaki hidup umatNya untuk memperbaharui hidup dengan kebenaran.  Saatnya Yesus memberi pengajaran agar mereka tersadar, dengan  menyebut mereka sebagai keturunan ular beludak.  Yesus menyebut  mereka keturunan ular beludak, karena sudah turun-temurun mereka berbuat jahat, menentang kebenaran, bahkan membunuh pembawa kebenaran itu. Beludak adalah ular berbisa. Mulut beludak dapat membuka hingga 180°. Ular beludak memiliki taring yang panjang yang berguna menyuntikkan bisa (racun). Racun yang dihasilkan dapat mematikan.
Yesus mengecam kejahatan mereka tetapi Yesus tetap mengasihi  umatNya. Tuhan Yesus meratapi Yerusalem. Yesus ingin agar penduduk Yerusalem  memperoleh keselamatan. Yesus sungguh-sungguh mengasihi umatNya ; digambarkan seperti induk ayam yang melindungi anak-anaknya, tetapi mereka menolak. Yesus meratapi Yerusalem yang memberontak itu yang menolak pesan-pesan Allah melalui nabi-nabi. Terlebih penolakan mereka terhadap perlindungan Allah yang telah turun menjadi manusia dalam Yesus Kristus. Penderitaan Tuhan Yesus sampai kematianNya di kayu salib adalah bukti kasih Allah yang besar kepada manusia. Dari kayu salib Yesus berseru ‘ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat’. Kematian Yesus adalah pengampunan atas dosa-dosa yang diperbuat manusia.
Pelayanan Yesus berakhir di kayu salib tetapi setelah kebangkitan, Tuhan Yesus menampakkan diri  kepada saksi-saksi pilihan. Melalui mereka inilah orang-orang yang berlaku jahat itu kelak berkata: Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!".  Tuhan memberi pengampunan  dan pembaharuan bagi umatNya.

Gereja, yang di dalamnya terdiri dari orang-orang yang percaya, harus senantiasa mengalami pembaharuan/pertobatan. Itu sebabnya, gereja selalu mengingatkan akan dosa-dosa kita. Kita harus senantiasa mau diingatkan oleh firman kebenaran, agar kita memperoleh pembaharuan. Menuju pembaharuan sangatlah penting tetapi tidak selalu mudah dilakukan. Pembaharuan seringkali mengalami hambatan dari diri dan sekitar kita. Pembaharuan dapat dilakukan oleh orang yang memiliki karakter.
Melalui peringatan kematian TY yang kesekian kali, seharusnyalah kita merenungkan dosa-dosa yang kita perbuat. Dosa mengakibatkan penderitaan ; derita bagi  diri kita dan bagi orang lain. Dosa bukan sekedar untuk kita tangisi tetapi perlu kita sesali dengan cara hidup dalam kebaharuan. Yesus mati sekali untuk selamanya. Yesus tidak akan disalibkan kembali karena dosa-dosa yang kita perbuat, tetapi membuat kita tidak memperoleh keselamatan. Oleh sebab itu, hendaklah kita tidak lagi menambah-nambah deretan dosa. Melalui peringatan kematian TY hari ini, patut pula kita merenungkan apa yang telah kita perbuat bagi Yesus. Orang-orang yang percaya kepada kematian Yesus Kristus seharusnya menjadi orang-orang yang terpanggil membaharui dan menjadi berkat bagi dunia dimana kita berada. AMIN.

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar