16 Juni 2013

Lukas 7:11-17 (Khotbah Minggu, 9 Juni 2013)



PERHATIAN KHUSUS KEPADA JANDA YANG MENDERITA

Kematian dari seorang anggota keluarga atau sahabat sangatlah mendukakan hati. Apalagi bila yang meninggal itu memiliki peran penting dalam kehidupan kita, maka sangatlah menyedihkan. Ingin rasanya kalau orang yang kita kasihi itu dapat hidup kembali. Kematian seorang anak tunggal dari seorang ibu yang telah menjanda dalam bacaan kita tentu sangatlah menyedihkan, mendukakan sang ibu. Kecil kemungkinan sang janda kembali menikah dan memiliki anak. Ia kehilangan keluarga. Dalam konteks orang Yahudi, sang janda seperti dalam bacaan kita ini, maka hidup tidak lagi memiliki arti. 

Yesus melihat orang mati itu diusung ke luar, dan Yesus sungguh-sungguh memahami pikiran dan perasaan sang ibu. Memahami betapa hancurnya perasaan sang ibu maka tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan.
‘Hati yang tergerak oleh belas kasihan’ berarti ; tumbuhnya rasa menyelami hati orang lain yang sedang menderita. Ia tidak berhenti sampai perasaan sedih saja, tetapi ia menempatkan diri turut menderita bersama orang itu. Dengan perasaan itu maka ingin rasanya mengangkat penderitaan itu, paling tidak menjadikan lebih ringan. Agar penderitaan itu tidak sekedar ‘dikasihani’ tapi dapat berubah menjadi lebih ringan maka perlu ada gerak (action). Gerak belas kasihan yang Yesus lakukan adalah : - melembutkan hati sang ibu janda agar tidak lagi menangis, menyentuh mayat sang anak, dan memberikan perintah yang penuh kuasa dengan berkata : ‘bangkitlah’.
Kuasa dan gerak hati yang penuh belas kasih dari Yesus telah membuat anak itu terbangun dari kematiannya. Sang ibu janda dan orang banyak spontan memuliakan Allah. Perbuatan Yesus ini dipahami sebagai lawatan Allah bagi manusia. Allah menyatakan kemurahannya dengan mengubah duka menjadi sukacita atas kehidupan manusia.
Ibu janda ini telah mendapat kemurahan. Orang yang mendapat kemurahan Allah patut juga menyaksikannya bagi orang banyak dan mengaku bahwa Allah telah melawat umatNya (7:16). Kuasa Allah melampaui alam pikir manusia. Bagi Allah ‘tidak ada yang mustahil’. Yesus menggantikan duka yang dialami sang ibu menjadi sukacita. Sang ibu beroleh kemurahan Allah yang menggantikan duka dengan sukacita. Ibu janda ini telah mendapat belas kasih Allah, yang telah menghapus air mata duka atas kebangkitan anaknya.

Gerak belas kasihan merupakan bentuk kepedulian yang mestinya dimiliki setiap manusia sebagai salah satu kebajikan dari orang-orang yang beragama. Jika kita diperhadapkan kepada tema hari ini, itu berarti gereja/orang percaya (kita) diutus menjadi alat di tangan Tuhan untuk menolong semua orang yang dalam penderitaan maupun berduka.
Kehadiran orang percaya hendaklah dapat membangkitkan harapan bagi setiap orang yang merasa kehilangan pegangan dalam menjalani hidup. Kemurahan hati Allah yang dinyatakan gereja dalam pelayanannya akan mendatangkan puji-pujian kepada Allah Bapa di sorga.
Dalam kehidupan keluarga dan gereja (persekutuan), kita perlu lebih menggerakkan rasa belas kasih. Gereja harus lebih besar menampakkan rasa belas kasih. Kita perlu memahami pergumulan saudara kita dan memberikan semangat. Gereja perlu lebih memahami setiap orang dalam persekutuan ketimbang menumbuhkan prasangka buruk, yang dapat  menimbulkan permusuhan. Gereja mestinya membangun manusia yang memiliki gerak belas kasih, sehingga gereja mampu melayani dengan segala ketulusan. Namun kenyataannya, tidak sedikit gereja yang terlalu sibuk menghadapi konflik.
-          Gereja bukannya menyembuhkan orang-orang yang terluka tapi malah melukai.
-          Gereja bukannya sibuk melayani tetapi malah ingin dilayani.
Tuhan Yesus memiliki hati yang luar biasa yakni penuh dengan belas kasihan. Kristus telah memanggil kita menjadi muridNya maka seharusnya kita juga memiliki hati yang penuh belas kasihan terhadap jiwa-jiwa yang telah kehilangan pengharapan. AMIN

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar