16 Desember 2013

Kolose 3:15-17 (Minggu, 29 Desember 2013)



HENDAKLAH DAMAI SEJAHTERA KRISTUS MEMERINTAH DALAM HATIMU (Kolose 3:15-17)

Kita baru saja merayakan Natal dengan tema ‘Datanglah, ya Raja DAMAI’. Apakah semua kita merasakan damai itu ? Min (-) satu hari, Panitia Natal tentunya masih was-was dengan Natal yang akan diselenggarakan. Tetapi setelah acara berlangsung, tampak rasa sukacita dari panitia. Bahkan beberapa orang mengungkapkan rasa puasnya atas semua kegiatan.
Damai adalah soal hati manusia. Selama minggu Advent, dan memuncak pada hari Natal, kita disuguhi tema damai. Manusia diingatkan agar membuka hatinya untuk menerima ‘damai yang datang itu’. Hati seorang manusia sangat menentukan hasil tindakannya. Jika hati manusia itu dipenuhi suasana damai, maka segala perbuatan, prilaku, ataupun ucapannya akan menghasilkan kedamaian. Sebaliknya, hati yang tidak terpelihara dengan baik akan menimbulkan masalah, baik diri sendiri maupun orang lain.
Ada seorang pemilik perusahaan. Semua pegawai mengenalnya sebagai seorang yang ramah. Suatu ketika ia datang ke kantornya dan melihat dua orang (selain satpam) sedang beristirahat di depan kantor itu. Lalu sang boss berkata ‘ sudah jam berapa ini ? Mereka menjawab :  jam 09.00, pak. ‘Saya sangat tidak suka melihat pegawai yang tidak disiplin’, kata sang bos. ‘Berapa gajimu sebulan, lanjut si bos. Lalu dijawab oleh mereka 1,5 jt. Sang bos lalu merogoh kantongnya dan memberikan kedua orang itu masing-masing 1,5 jt, sambil berkata ; ‘Anda berdua jangan saya lihat lagi di bekerja di kantor ini’. Kedua orang itu menerima uang itu dan pergi meninggalkan tempat itu.
Sang boss pun masuk ke dalam kantor dan bertanya kepada sekretarisnya, ‘hei, apakah kamu melihat yang dua orang itu tadi ? Jawab sekretarisnya, ‘ya, saya melihat, bapak berbincang-bincang dengan mereka’. Sang boss : jangan saya lihat lagi mereka di kantor ini. Sekretaris : lho, ‘kita membutuhkan barang-barang dari perusahaan mereka pak. Mereka itu adalah pegawai perusahaan rekanan kita yang mengantar barang’. Si boss marah sama sekretarisnya, ‘lho, mengapa anda tidak beritahu bahwa itu bukan pegawai perusahaan kita ? sambil si bapak menggerutu, ia pun pergi ke ruangannya.
Mengapa itu bisa terjadi ? Karena sejak dari rumah, hati sang bos itu tidak berdamai.
Damai akan menguasai kita senantiasa bila kita berkenan diterangi oleh perkataan Kristus. Firman Tuhan itu sangat kaya, yang dapat menjadi kekuatan kita dalam menjalani hidup ini. Damai tidak diperoleh dari nilai-nilai dunia ini, tapi dari yang diberikan Tuhan. (Yohanes 14:27) : ‘Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu.Hidup damai berarti segala tindakannya berasal dari Tuhan dan harus kembali pada kemuliaan Tuhan, bukan bagi diri sendiri. Orang-orang yang sudah hidup damai akan mengalami pembaharuan yang mencakup seluruh hidupnya. Ia telah meninggalkan hidup lama dan menjalani hidup baru, seperti yang Tuhan perintahkan. Orang yang hidupnya dipenuhi damai, ia juga manusia yang rendah hati, jauh dari kesombongan.
Seorang penemu tersohor Samuel Morse. Suatu saat ketika ia ditanya apakah pernah berhadapan dengan situasi di mana ia sama sekali tidak tahu apa yang harus diperbuat, dia menjawab; "Ya..aku pernah berhadapan dengan situasi seperti itu, dan bukan hanya sekali. Dan jika saya tak dapat melihat jalan atau jawaban secara jelas, saya akan berlutut dan berdoa memohon terang, pengertian dan jalan dari Tuhan."
Morse menerima banyak penghargaan oleh karena penemuan-penemuannya di bidang telegraf. Namun ia selalu dengan rendah hati berkata; "Saya telah membuat aplikasi berharga di dunia telegraf, namun itu bukan karena saya lebih baik, lebih hebat dari orang lain, tapi karena Tuhan dalam rencanaNya untuk umat manusia, harus merevelasikan hal tersebut lewat seseorang. Tuhan telah memilih untuk menyatakannya untuk dunia lewat diriku."
Kerendahan hati tidak berarti berpikir bahwa dirimu lebih rendah dari orang lain, tidak juga berarti kita memiliki gambaran yang rendah atas kemampuan kita. Tetapi sebaliknya, kerendahan hati berarti suatu keyakinan bahwa segala yang dilakukan merupakan anugerah Tuhan.
Secara lahiriah, jemaat Kolose mengalami pertumbuhan. Namun, jemaat yang bertumbuh ini tetap dipengaruhi oleh berbagai ajaran. Mereka belajar banyak tentang ajaran Yunani. Hal itu baik, hanya saja mereka tidak mengembalikan semua itu pada Kristus. Sebab ketika sesuatu yang dilakukan tidak kembali kepada Kristus maka dua hal yang mungkin dialami : kekecewaan atau kesombongan. Memang kita perlu menguji diri kita sendiri apakah damai yang dari Kristus sudah tinggal di dalam hati kita. Apakah tindakan kita sudah diperintah dari hati yang penuh damai ? Orang yang hatinya damai tahu apa yang harus dilakukan. Ia juga tahu kepada siapa ia mengadu akan segala keluh kesahnya.
Ada seorang anak remaja, setiap kali ia pulang sekolah, ia menyempatkan diri datang ke gerejanya. Apabila ia datang, pendeta sering melihat dan bertanya pada anak itu, ‘mau ngapain’ ? Sang anak akan menjawab : ‘mau berbicara dengan sahabat’. Suatu saat pendeta itu mendengar anak itu berbicara dengan sahabatNya :
"Engkau tahu, ujian matematikaku hari ini sangat buruk, tetapi aku tidak mencontek walaupun teman2ku yang lain melakukannya.
Ayahku mengalami musim paceklik dan yang bisa kumakan hanyalah kue ini. Terima kasih buat kue ini! Aku tadi melihat anak kucing malang yang kelaparan dan aku memberikan kueku yang terakhir buatnya.
Lucunya, aku nggak begitu lapar.
Lihat, ini sepatuku yang terakhir, mungkin minggu depan aku harus berjalan tanpa sepatu. Engkau tahu sepatu ini akan rusak, tapi tak mengapa, yang terpenting aku tetap dapat pergi ke sekolah.
Oh ya, tadi Ibu memukulku lagi. Sakit sekali, tetapi aku bersyukur karena masih memiliki seorang ibu. Dan rasa sakit ini pasti akan hilang. Lihatlah lukaku ini !!! Aku tahu Engkau mampu menyembuhkannya. Tolong jangan marahi Ibuku ya..? Memang dia sedang lelah dan kuatir memikirkan kebutuhan makanan juga biaya sekolahku. Itulah mengapa dia memukulku.
Ah..bagaimanapun juga aku tahu bahwa Engkau tetap menyukaiku karena aku tidak perlu menjadi siapapun untuk menyenangkan hatiMu. Engkau adalah sahabatku.
Ya..deh…aku harus pergi sekarang. Selamat siang".
Si anak itu pulang. Dan saat melewati Pendeta, si anak melambaikan tangannya dengan senyum penuh sukacita. Itulah damai sejahtera yang dari Tuhan. AMIN

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar