10 Juni 2014

1 Tesalonika 2:1-8 (Minggu, 26 Oktober 2014)



MENYUKAKAN ALLAH YANG MENGUJI HATI

Paulus untuk pertama kali mengunjungi Tesalonika pada Tahun 50. Paulus datang ke Tesalonika setelah pelayanannya di Filipi. Paulus tinggal di Tesalonika bersama dengan Silas dan Timotius. Tesalonika merupakan sebuah kota berpenduduk padat dan makmur. Masyarakatnya cukup mengecap pendidikan, sehingga ini menjadi peluang untuk menghadirkan Injil. Pendekatan Paulus terhadap masyarakat golongan atas makin mendukung untuk kehadiran Injil dapat diterima masyarakat Tesalonika. Tetapi oleh karena, Paulus harus segera (mendadak) meninggalkan Tesalonika. Situasi ini membuat jemaat Tesalonika belum sepenuhnya memahami ajaran Paulus.

Paulus menuliskan suratnya ini untuk mengisahkan pengalaman selama pelayanannya di Tesalonika. Paulus menganggap perlu mengisahkan ini untuk memberi jawab atas tuduhan yang dilontarkan oleh musuh-musuhnya. Namun, Paulus dalam suratnya ini juga memberikan beberapa pengajaran lain yang dianggap penting dalam kehidupan berjemaat di Tesalonika.
Paulus terus menerus mendapat tekanan, dianiaya bahkan dipenjarakan di Filipi. Keadaan itu membuat Paulus harus meninggalkan Filipi. Keadaan ini bagikan berkat terselubung. Paulus melanjutkan perjalanannya ke Tesalonika. Kehadiran Paulus di Tesalonika, walaupun hanya sebentar tetapi telah membuat berdirinya persekutuan (gereja). Sama halnya di tempat lain, Paulus juga tidak lepas dari ancaman di Tesalonika. Tetapi Tuhan memberi keberanian kepada Paulus untuk tetap mewartakan Injil. Keberanian Paulus bukan didasarkan pada dirinya sendiri tetapi oleh pertolongan Allah (iman). Paulus melukiskan perjalanan imannya itu dengan sebutan ‘perjuangan yang berat’.
Dalam suratnya ini Paulus mengingatkan masa-masa pelayanannya di Tesalonika. (a) ada ketulusan. Paulus mengatakan bahwa ajarannya langsung dari Allah, dan tindakan-tindakannya jujur dan murni. Dalam prakteknya, segala perbuatan, tindakan, dan perbuatan Paulus bukan untuk mencari keuntungan. Paulus melakukan pelayanan pemberitaan Injil hanya karena dilayakkan oleh Tuhan. Paulus mengungkapkan hal ini untuk membedakannya dengan kelompok lain yang saat itu juga menyebarkan ragam ajaran di Tesalonika. Ajaran-ajaran itu sesat dan motifasi mereka hanyalah upaya memperoleh keuntungan. (b) Motifasi memberitakan Injil. Selain tanpa mencari keuntungan materi, Paulus juga tidak harus mengatakan hal-hal yang sekedar menyenangkan hati orang lain, harapan-harapan yang kosong (bermulut manis), melainkan untuk menyukakan Allah. Paulus mengarahkan segala pemberitaan Injil untuk kemuliaan Allah, bukan untuk dirinya. (c) Sikap memberitakan Injil. Paulus melukiskan pelayanannya bagaikan seorang ibu yang mengasuh dan merawat anaknya. Seorang ibu bukan hanya mengandung dan melahirkan tetapi ia juga merawat anaknya itu dengan segala keramahan. Paulus dengan segala tanggung jawab disertai rasa kasih dan sukacita telah memberitakan Injil di Tesalonika.Semua itu dilakukan Paulus untuk menyukakan hati Allah.
Melayani Tuhan (memberitakan Injil) bukanlah pekerjaan manusia semata. Tuhan menuntun hambaNya melakukan yang seharusnya dilakukan. Oleh sebab itu, setiap orang yang memberitakan Injil ada kerelaan membuka diri kepada Tuhan, mau dituntun oleh kehendak Tuhan. Manusia tidak dapat mengandalkan dirinya sendiri, dan kemauan sendiri, apalagi memanfaatkan orang lain dengan kedok memberitakan Injil.
Karena itu, memberitakan Injil bukan penonjolan diri dan untuk memperoleh keuntungan melainkan untuk memuliakan Tuhan. Memberitakan Injil dengan tulus hati disertai keramahan, itulah yang menyukakan hati Allah. AMIN


Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar