17 Juni 2014

Matius 10:24-39 (Minggu, 22 Juni 2014)



MENGAKUI YESUS DI DEPAN MANUSIA (Matius 10:24-39)

Kata Yesus kepadanya: "Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami (Yohanes 14:9).
Pengalaman bersama Yesus telah membuat para rasul paham benar akan segala tugas yang harus mereka emban. Yesus mematangkan panggilan para rasul untuk memasuki medan pelayanan yang begitu hebat dan mengerikan. Yesus mengingatkan mereka akan ancaman dan resiko yang sangat mungkin mereka hadapi. Tetapi Yesus juga memberikan penguatan bagi para murid, ‘Jangan kamu takut’. Tiga kali Yesus mengatakan kalimat itu. Yesus mengungkapkan kalimat ini untuk menguatkan para rasul, karena mereka akan diutus untuk memberitakan Injil. Tugas dan medan pelayanan pemberitaan Injil memang ganas dan mengerikan. Matius 10:16 menggambarkan tantangan itu seperti domba masuk ke tengah-tengah serigala. Domba yang lugu akan segera diterkam dan dicabikcabik oleh serigala untuk dijadikan makanan empuk.  

Yesus mengungkapkan secara konkrit ancaman yang akan dihadapi para murid : (a) Beezebul. Beezebul adalah penghulu/ketua setan-setan, yang anti terhadap kuasa Tuhan. Setan Beezebul memiliki kuasa menggoda manusia untuk menggagalkan kehendak Allah. Yesus telah berhadapan dengan setan itu (ingat kisah pencobaan). Kalau Yesus sendiri sebagai Guru dicobai oleh setan itu, apalagi para murid pasti akan mendapat tawaran iblis satu ini. Setan itu memang tidak dapat mematikan tubuh mereka, sebab para murid telah diperlengkapi dengan kuasa mengusir roh-roh jahat (Mat. 10:1). Tetapi yang perlu dicermati, kuasa roh-roh jahat itu akan berusaha memporakporandakan tugas panggilan mereka. Kuasa roh-roh jahat berusaha menggagalkan pemberitaan Injil dengan cara menawarkan nilai-nilai dunia yang dapat menggiurkan. Oleh sebab itu, para murid jangan tergoda setan itu, melainkan fokus senantiasa memberitakan Injil. (b) Pembunuh tubuh. Ancaman ini datang dari para penguasa dan imam-imam yang tidak menyukai pemberitaan Injil itu. Mereka memiliki kuasa untuk menangkap, menganiaya, dan menjebloskan ke dalam penjara atau menjatuhkan hukuman mati.
Tetapi dalam semua ancaman itu, Yesus memberikan kekuatan. Yesus mengambil contoh dari burung pipit. Burung pipit adalah jenis burung kecil, tidak memiliki manfaat, harganya murah. Tetapi burung yang demikian pun tidak luput dari penjagaan Allah. Yesus hendak menguatkan para rasul, bahwa burung yang demikian saja ada dalam penjagaan Tuhan, apalagi murid-murid yang dipakai Tuhan untuk mewartakan Injil tentu akan dalam perlindungan dan pemeliharaanNya. Allah akan memberikan keselamatan bagi para rasul menghadapi tugas pengutusan itu. Yesus menguatkan dengan perkataan ‘jangan kamu takut’.
Selain menghadapi ancaman dari luar dirinya, pemberitaan Injil juga akan mendapat tantangan dari dalam. (a) dari keluarga. Yesus datang sebagai Raja damai, dan damai di atas dunia menjadi tujuanNya. Namun, karena berbagai aneka tanggapan manusia terhadap Injil itu, maka sangat mungkin terjadi pedang (pertentangan). Yesus mengetahui bahwa pemberitaanNya dapat menyebabkan perselisihan di dalam keluarga ; bapa dengan anak, ibu dengan anak perempuannya, bahkan dengan menantunya.  Pertentangan dapat terjadi karena yang seorang sudah paham benar arti Injil sedangkan yang lain belum paham. Tidak tertutup kemungkinan, di keluarga para rasul pun hal itu dapat terjadi, yang kemudian menggagalkan tugas pengutusan itu. (b) dari diri sendiri. Pada puncaknya, Yesus memberitahukan resiko yang dihadapi para rasul. Mengikut Yesus bukan hanya menimbulkan perselihan dalam keluarga tetapi juga kesiapan memikul salib, yaitu merelakan nyawanya. Nyawa adalah jiwa atau diri yang sesungguhnya. Oleh sebab itu hanya manusia yang memiliki hubungan benar dengan Allah dalam Kristuslah bersedia mengorbankan seluruh pribadinya.
Kesiapan atas tugas panggilan dengan segala resiko yang ditanggung merupakan nilai pengakuan mereka terhadap Yesus. Mereka telah sekian lama bersama-sama dengan Yesus, tetapi nilai apakah yang mereka miliki ? Pengalaman bersama Yesus mestinya membuat para murid menyadari arti kehadiran Yesus. Dalam kesetiaan mewartakan Injil merupakan pengakuan mereka terhadap Yesus di hadapan manusia. Pengakuan yang demikian akan menjadi bukti dan kekuatan setiap orang percaya saat menghadapi ‘pengadilan’ hidup kekal. Karena itu, memberitakan Injil bukan sekedar kepentingan dunia ini tetapi menyangkut eskatologi, Kerajaan Allah. Oleh sebab itu, ikatan duniawi, termasuk hubungan keluarga menjadi nisbi dibanding pengharapan eskatologi. Satu hal yang penting dalam dunia ini dan relasinya dengan kerajaan sorga adalah, para murid harus mengakui Yesus di depan manusia.

Melihat ancaman dan resiko yang harus ditanggung untuk memberitakan Injil, rasanya hati kita menjadi kecut. Memang, ketika kita masih menempatkan nilai-nilai dunia ini dalam hidup kita, maka kita tak kuasa untuk memberitakan Injil. Jangankan nyawa, terkadang memberikan dukungan untuk memberitakan Injil pun kita sulit. Berbagai ketakutan, kekhawatiran, kesombongan dalam dunia ini merupakan sikap penyangkalan terhadap Yesus. Tidak sedikit orang membuat ‘teologi angkutan’ bahwa mengumpulkan kekayaan dunia ini dapat membawanya masuk ke dalam sorga. Kehidupan eskhatologis bukan sekedar lanjutan dari hidup kini dan di sini, melainkan sama sekali berbeda. Segala yang kita miliki akan kita tinggalkan, yang ada tinggal pertanggungjawaban.
Mengikut Yesus membutuhkan kesiapan menyerahkan nyawa. Namun, Yesus tidak menghendaki kematian konyol bagi pengikutNya. Yesus tahu benar hati manusia yang sungguhsungguh mengikutNya, yaitu menolak segala yang menghambat pekabaran Injil dan menolak segala ketakutan yang membuat tidak nyaman karena nilai-nilai dunia semata. Bagi orang yang demikian, Tuhan Yesus akan memberi hati yang penuh sukacita atas ketaatannya mengikut Yesus. Dan pada akhirnya, setiap orang yang mengakui Allah di hadapan manusia, maka ia memperoleh keselamatan yang Tuhan sudah sediakan. AMIN


Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar