17 Juni 2014

Yeremia 20:7-13 (Epistel)



JANGAN MELAWAN HAMBA TUHAN

Yeremia adalah nabi muda dan tidak pandai bicara. Namun, kalau sudah Tuhan yang memilih dan menetapkan maka kuasa Allah akan bekerja baginya. Yeremia tak kuasa menolak panggilannya. Ia pasrah. Kemudaan Yeremia cukup membuatnya untuk membaca situasi dan kemampuan menyampaikan firman Tuhan secara tajam dan mengena dalam konteksnya. Akibatnya, Yeremia menghadapi resiko yang teramat berat. inilah yang diungkapkan Yeremia dalam nas renungan ini.

Yeremia mengungkapkan pergumulan yang dihadapi dirinya sebagai hamba Tuhan. Firman yang disampaikan seringkali menusuk tajam hati orang yang mendengar firman yang disampaikan. Menyayat hati pendengarnya. Mungkin, kalau Yeremia menyampaikan firman, ia mengabaikan ‘pengkultusan’. Yeremia tidak mau dibelenggu oleh status para pendengarnya. Akibatnya, Yeremia menjadi bahan tertawaan dan olok-olok. Tak mengherankan, kalau ia turut mendapat hinaan dan penganiayaan. Situasi pahit yang dialami Yeremia terkadang membuatnya hampir jatuh, putus asa, dan ingin berteriak melepaskan seluruh beban berat dalam dirinya.  Tetapi hanya dalam sekejab saja ia memiliki semangat baru yang menumbuhkan keberanian. Ketakutan dan keberanian silih berganti muncul dalam diri sang nabi Yeremia.
Dalam pergumulan yang dalam, Yeremia tidak hendak menyesali panggilan Tuhan atas dirinya. Olok-olok yang menyakitkan hati dan penganiayaan telah mewarnai kehidupan Yeremia. Yang lebih menyedihkan, orang-orang yang dekat kepadanya justru turut mengejek dan menantikan kesalahan yang diperbuatnya. Tetapi semua itu tidak menyurutkan panggilannya, bahkan dengan berbagai ancaman itu membuatnya merasakan seperti ada api yang menyala-nyala. Inilah kekuatan yang membuatnya terus bersemangat. Kuasa Tuhan mengalir dalam diri hambaNya, nabi Yesaya.
Seorang hamba Tuhan yang benar akan selalu menjauhi kejahatan dan kekerasan. Ia lebih banyak hidup dalam ketulusan. Sebab sesungguhnya Tuhan akan menyertai hambaNya. Maka, apabila orang-orang menentang hamba Tuhan, sesungguhnya ia memperbuat sesuatu kepada Tuhan. Sikap hamba Tuhan yang demikian seringkali dimanfaatkan orang sebagai kelemahannya. Lalu orang-orang jahat melakukan yang tidak patut dilakukan. Akibatnya, perbuatan orang yang memperolok hamba Tuhan sesungguhnya ia sedang memperolok Tuhan. Tak mengherankan orang-orang yang berlaku demikian pada seorang hamba Tuhan akan tersandung jatuh. (11b) mereka menjadi malu, suatu noda yang selamalamanya tidak terlupakan.
Yeremia sadar bahwa ia tak kuasa menghadapi dan melawan semua orang yang merendahkan dan menganiaya. Yeremia mempasrahkan seluruh hidupnya bagi yang memanggil dan mengutusnya. Yeremia yakin, bahwa Tuhan yang memanggil, memilih, dan mengutusnya menyampaikan firmanNya juga telah melihat dan menguji batin dan hati hambaNya.  Hal ini ditandai dengan menyerahkan seluruh pergumulan (perkaranya) kepada Tuhan. Dalam kepasrahan, Yeremia menyanyi dan memuji Tuhan. Yeremia percaya, Allah yang mengutusnya itu akan senantiasa melepaskannya dari perbuatan jahat, sebab ia telah dipenuhi kuasa Tuhan.

Barangkali hanya sedikit orang yang mau menjadi hamba Tuhan. Panggilan tidak hanya diterima dan melakukan tugas rutin, tetapi sangat diperlukan ketulusan dan kepasrahan pada Tuhan dalam pelayanannya. Hamba Tuhan memiliki tugas yang teramat berat ; menyatakan kebenaran, yang sering bertentangan dengan keinginan manusia dunia. Tak mengherankan, seorang pengkhotbah disorot dari berbagai sudut, terlebih kekurangannya ; hidupnya, bicaranya, keluarganya, khotbahnya. Sedikit saja melenceng dari harapan maka yang terjadi adalah olok-olok dan kekerasan. Sebagai hamba Tuhan, ketika ada pergumulan dalam hidup ini, maka perlu merenungkan dan mencoba menemukan penyebanya. Tetapi apapun penyebabnya, kita harus senantiasa hidup benar.
Sebagai pendengar firman Tuhan, maka yang utama kita lakukan adalah mendengar, mengerti, dan melakukan firman yang ditaburkan. Firman yang ditaburkan para hamba Tuhan mestinya mengubahkan diri kita kepada kebenaran. Ketika orang menghadapi sebuah penderitaan, maka masyarakat secara spontan akan memberikan penilaian ; apakah ia baik atau jahat. Apabila ia jahat, terlebih pernah menyakiti hamba Tuhan, maka penderitaan itu akan menjadi sebuah cerita (buruk) yang sulit dilupakan orang. ‘Patut do antong posa diae ibana, ai dialoalo do antong naposo ni Tuhan i’. Karena itu, janganlah melakukan kejahatan bagi seluruh ‘perangkat’ Tuhan, tetapi lakukanlah firman Tuhan yang ditaburkan hambaNya. AMIN

Artikel Terkait



4 komentar:

  1. Terimakasih buat renungan yang memberkati kita semua.
    sekalipun Yeremia adalah yang dipilih langsung oleh Tuhan sejak dalam kandungan namun tetap saja Tuhan masih mengijinkan segala pergumulan dalam hidupnya....
    bagaimana dengan kita....???
    apakah kita bisa tetap setia dalam kebenaran Tuhan....???
    semoga renungan kisah nabi Yeremia dapat memampukan, membangkitkan semangat kesetiaan iman kita atas kebenaran Firman Tuhan dan kita juga bisa tetap setia untuk mengaplikasikan segala kebenaran yang dikehendaki Tuhan dalam kehidupan kita...amin....!!!

    BalasHapus
  2. Sebagai umat tebusan Tuhan ,kita harus berani menyatakan , mengatakan dan menyampaikan kebenaran meskipun harus pikul salib , meskipun harus melalui via Dilorosa , jalan penderitaan, tetap Bertahan ,sebab pertolongan kita datang hanya dari Tuhan...Tuhan pasti menolong...

    BalasHapus
  3. Terimakasih, : memang untuk mengatakan yang benar, bahkan melawan arus untuk memperoleh jabatan/ pekerjaan pun, sesekali diejek bahkan terlempar jauh dari sahabat kita.

    BalasHapus
  4. Terimakasih atas sharing firman nya amang.

    BalasHapus