26 Juni 2014

Yeremia 28:5-9 (Epistel)



KATAKANLAH KEBENARAN

Nabi dikenal sebagai penyambung suara Tuhan. Mereka menerima wahyu/penglihatan dan menyampaikannya sebagai nubuat ; baik itu berupa hukuman atau keselamatan. Seorang nabi yang memegang teguh panggilannya akan menyatakan firman itu dengan benar, tidak menambah atau mengurangi inti dari firman Tuhan. Melenceng dari firman Tuhan atau menyampaikan sesuatu yang bukan berdasarkan suara Tuhan, maka itu bukanlah  nubuat atau wahyu.  Seorang nabi hanyalah menubuatkan sesuatu peristiwa tanpa mengetahui waktu dan suasana peristiwa, sebab segala nubuatan akan dilakukan oleh Tuhan sendiri. 

Di dalam nas ini tampak dua orang nabi, yakni Yeremia dan Hananya yang berbicara di depan imam-imam dan rakyat Yehuda. Mereka membicarakan tentang peristiwa pembuangan yang baru saja terjadi. Babel telah memporakporandakan Israel ; menghancurkan Bait Allah dan mengambil serta perkakas-perkakas (perlengkapan) rumah Tuhan. Mereka kemudian turut mengangkut (menawan) orang-orang Israel untuk dijadikan budak di Babel. Perbuatan Babel ini sangat menyakitkan hati orang Israel.
Sebelumnya, nabi Yeremia telah menubuatkan peristiwa pembuangan itu. Tuhan telah mengatakan hal itu kepadanya, dan peristiwa itu akan berlangsung lama, bahkan sampai mereka memiliki cucu (27:7). Namun, setelah pembuangan Babel berlangsung dua tahun, munculah nabi Hananya dengan perkataan bahwa pembuangan itu akan berakhir dua tahun lagi (ay.2-4). Mengapa kedua nabi ini berbeda ? Adakah mereka keduanya menerima wahyu dan diutus Tuhan menyatakan nubuat itu ? Adalah hal yang tidak mungkin, ada yang palsu !
Bagaimanakah nabi Yeremia menanggapi ucapan Hananya ini ? Yeremia merespon ucapan nabi Hananya dengan kata : ‘Amin’. Kata itu berarti adanya keyakinan, kepastian pada pengharapan. Yeremia berharap memperoleh kabar baik dan menginginkan kedamaian bagi negeri yang dicintainya itu. Namun, nubuat Yeremia dan Hananya tidak mungkin benar keduaduanya. Hanya satu yang sungguhsungguh berasal dari Tuhan.  Yeremia tidak percaya dengan waktu yang disebutkan Hananya. Kata ‘moga-moga’ adalah bentuk ketidakyakinan Yeremia atas nubuat Hananya. Ketika Yeremia menubuatkan kejatuhan Yehuda ke tangan Babel banyak yang menantangnya. Yeremia berusaha meyakinkan semua pihak di Yehuda agar menyerah total kepada Yehuda, sebab hal itu merupakan kehendak Allah (Yeremia 27:1-11). Namun, nubuat Yeremia itu ditantang oleh nabi-nabi nasionalis ; mereka mengolok-olok dan menganiaya Yeremia. Nabi-nabi nasionalis itu juga terus-menerus membangun kekuatan militer dan mendorong masyarakat untuk melanjutkan pemberontakan melawan Babel. Pada perjalanan waktu, nubuat Yeremia akhirnya menjadi kenyataan.
Hananya tergolong nabi nasionalis. Atas dasar rasa nasionalis bagi negeri yang dicintainya itu, Hananya menginginkan pemulihan bangsanya sesegera mungkin. Keinginan yang cepat ini dapat dilakukan dengan mengajak masyarakat Yehuda berperang melawan Babel. Cara-cara yang demikian telah dilakukan oleh beberapa nabi sebelumnya tetapi hal itu tidak membawa hasil. Di sini Yeremia kembali mengingatkan bahwa peristiwa pembuangan adalah kehendak Allah. Oleh sebab itu, pemulihan bangsa itu juga hanya dapat dilakukan Tuhan dengan cara dan waktu Tuhan sendiri. Yeremia mengingatkan bahwa Tuhan tidak menghendaki pemulihan umatNya dengan perang melainkan berlangsung dalam damai sejahtera. Hanya nabi-nabi yang melakukan sesuatu dengan damai maka nabi itu dapat disebut sebagai nabi yang benar-benar diutus Tuhan. Di sini Yeremia kembali hendak menegaskan, bahwa pembuangan ini adalah pekerjaan Tuhan, maka untuk memperoleh pemulihan itu juga hanya oleh Tuhan sendiri. Hananya yang menghendaki pemulihan dalam waktu dekat dengan cara berperang menunjukkan bahwa  Hananya bukanlah nabi yang diutus Tuhan. Ia hanya nabi palsu.  Lalu berkatalah nabi Yeremia kepada nabi Hananya: "Dengarkanlah, hai Hananya! TUHAN tidak mengutus engkau, tetapi engkau telah membuat bangsa ini percaya kepada dusta (28:15). Hananya tidak menyatakan suatu penglihatan (wahyu) tetapi ia hanya menyampaikan keinginan nasionalisnya belaka untuk sekedar menyenangkan (nabi penjilat). Tuhan tidak mengutus Hananya untuk bernubuat, tetapi karena ia bernubuat sendiri, maka Tuhan akan mengutus dia ke kematian pada tahun itu juga (28:17).
Pemulihan umat Tuhan dari perbudakan Babel bukanlah pekerjaan mudah. Dalam teori perang dan atau mencapai kebebasan diperlukan kekuatan persenjataan. Perang identik dengan kekerasan, seperti membuat musuh itu mengalami bencana besar (sakit sampar/kelaparan). Yeremia tidak menghendaki kekerasan seperti itu. Baginya, kemenangan juga dapat diperoleh dengan cara damai. Justrus dengan cara damai itulah seorang nabi benar-benar diutus Tuhan. Yeremia ingin memperoleh segala harapan itu dengan kedamaian, bukan perang yang penuh kekerasan. Yeremia hendak melihat bahwa kemenangan itu hanya dapat diperoleh dalam penyertaan Tuhan. Tuhan menyertai, berarti segala tindakannya berada dalam kendali Tuhan.

Banyak pergumulan yang dihadapi oleh orang-orang percaya ; baik secara pribadi, keluarga, maupun gereja. Pergumulan-pergumulan itu harus dilihat dalam terang firman Tuhan. Mengapa semua itu bisa terjadi, dan bagaimana menyelesaikannya haruslah memandangnya secara rohani (benar).  Kita membutuhkan penyelesaian atas berbagai masalah itu. Kekerasan bukanlah satusatunya menyelesaikan konflik, bahkan dapat menimbulkan masalah baru. Sebagai anak-anak Tuhan, kita haruslah selalu berupaya menciptakan suasana damai.
Dunia memang menuntut kecepatan dalam segala sesuatu. Tetapi dalam tuntutan zaman ini kita tetap berada di dalam kebenaran, tidak melakukan dusta sekedar menyenangkan orang lain. Itu sangat berbahaya. Tetapi marilah kita senantiasa melihat kehendak Allah berlangsung di dalam kehidupan ini. Tindakan itu akan membuat orang merasakan kesejukan, ketenangan batin, dan menikmati damai sejahtera. AMIN

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar