9 Agustus 2014

1 Raja 19:9-18 (Epistel)


LAYANILAH TUHAN (1 Raja 19:9-18)

Di dalam hidup ini, kita seringkali menghadapi pergumulan. Akibat dari pergumulan, tidak sedikit manusia mengalami rasa stress. Banyak hal yang membuat manusia menjadi stress : Tuntutan hidup , membuat kesalahan sendiri, menyaksikan peristiwa yang tidak benar. Termasuk pilpres yang tak berkesudahan. 

Bagaimana manusia menghadapi tekanan yang ada dalam dirinya tentu tergantung pada berat pergumulan dan kedalaman imannya. Akibat tekanan yang dihadapi, seringkali manusia merenung/menenangkan diri. Tetapi ada juga yang kemudian mengkompensasikan diri (tidak lagi hidup apa adanya). Dan  tidak sedikit orang yang tertekan lebih memilih mengakhiri hidupnya. Mudah-mudahan tidak terjadi pada capres sekarang ini. Hidup tertekan dan penuh pergumulan tidak memandang status sosial, ia bisa dialami oleh siapa saja. Bahkan dalam bacaan firman Tuhan tadi, hidup tertekan ini dialami oleh seorang hamba Tuhan, bernama Elia. Elia adalah seorang nabi tetapi ia menghadapi tekanan hidup yang luar biasa. Elia merasakan tertekan karena umat Tuhan tidak lagi taat kepada perjanjian Tuhan. Tugas seorang nabi atau hamba Tuhan adalah, bagaimana agar   umat itu tetap setia kepada Tuhan. Ini sebuah tanggung jawab moral dari seorang hamba. Rasa tertekan dapat juga terjadi karena terjadinya perusakan rumah ibadah dan penganiayaan terhadap orang-orang percaya dan para hambaNya. Keadaan ini sungguh-sungguh membuat Elia bergumul. Itu sebabnya, Elia pergi ke gua. Elia sangat merasa takut oleh ancaman dan putus asa sehingga ia bersembunyi di gua itu. Elia pergi ke gua untuk menenangkan diri dan berdoa. Saat Elia berada di dalam gua itu, Tuhan datang menampakkan diri. Tuhan bertanya : “Apakah kerjamu di sini ?” Sapaan Tuhan ini mengagetkan dan menyadarkan dirinya. Spontan Elia menjawab : “Aku bekerja segiat-giatnya bagi Tuhan”. Dua kali ucapan ini disampaikan oleh Elia (ayat 10 dan 14). Perjumpaan Tuhan dengan Elia di gua itu telah mengalirkan Roh Tuhan kepada Elia. Sehingga Elia memperoleh semangat baru. Di dalam pergumulan yang berat sekalipun bukan menjadi penghambat untuk bekerja bagi Tuhan. Sebab kuasa Tuhan lebih besar dari rintangan apapun. Sesungguhnya tidak ada rintangan untuk bekerja bagi Tuhan.
Hal lain yang perlu kita lihat dari firman Tuhan ini, ay. 11 - 13, tentang sifat Tuhan. Dikatakan ketika ada angin keras, gempa, dan air “Tuhan tidak ada”. Tuhan ada justru ketika “angin sepoi-sepoi”. Ini merupakan suatu penyataan Allah. Tuhan dapat hadir dalam semua ruang dan tempat. Tuhan bisa hadir bersamaan dengan angin, dengan gempa, dengan api. Tetapi kali ini Tuhan hadir dalam suasana “angin sepoi-sepoi basa.” Tuhan hadir dalam damai. Walaupun Elia menghadapi berbagai kekerasan, tetapi sebagai hamba Tuhan, ia harus senantiasa penuh kelembutan.  Walaupun tidak ada nabi yang lain untuk bekerjasama, tetapi Tuhan selalu hadir memberi pertolongan. Tuhan menginginkan agar Elia melayani dengan segala ketenangan dan damai sejahtera. Tetapi “ketenangan” tidak dapat disamakan dengan adem-ayem saja. Tuhan menginginkan Elia melakukan pelayanan dengan segala ketenangan tetapi mampu memberi perubahan dalam berbagai hal.

Bekerja bagi Tuhan merupakan tanggung jawab setiap orang yang menyatakan dirinya percaya kepada Tuhan. Sesungguhnya, tidak ada alasan apapun bagi orang percaya untuk mengatakan “saya tidak belum dapat melayani Tuhan”. Orang percaya tetapi mengatakan, “saya belum dapat melayani Tuhan”, sesungguhnya meniadakan kasih Tuhan. Seolah-olah tangan, kaki, mulut, pikiran, anak, harta,dan pekerjaan yang diberikan Tuhan tidak berfungsi. Padahal, apapun yang Tuhan berikan kepada manusia mempunyai fungsi untuk melayani Tuhan.  Oleh sebab itu, jika orang percaya mengatakan belum bisa atau tidak mau melayani Tuhan, berarti penyangkalan atau meniadakan pemberian Tuhan pada diri kita. Mengapa sulit atau menyulitkan diri melayani Tuhan? Bukan karena kita tidak memiliki kekuatan untuk melayani Tuhan, tetapi karena kita tidak memberi ruang bagi Roh Tuhan menguasai diri kita. Kita menutup pintu hati untuk memberi Roh Tuhan bekerja di dalam diri kita. Seharusnya kita mengundang dan memberi Roh Tuhan bekerja di dalam diri kita. Sehingga Roh Tuhan itu menggerakkan kita untuk melayaniNya.  “Aku bekerja segiat-giatnya bagi Tuhan.” Ungkapan ini sebuah semangat, yang perlu ada di dalam diri kita, bukan hanya pada tugas-tugas pokok tetapi melayani tanpa batas bagi kemuliaan nama Tuhan. Bekerja bagi Tuhan jangan dipahami sebagai beban, tetapi mestinya dipandang sebagai berkat. Bekerja segiat-giatnya, melayani Tuhan ; merupakan tugas dan tanggung jawab dan bukti orang yang percaya kepada Tuhan. AMIN
                

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar