25 Agustus 2014

Yehezkiel 33:7-11 (Minggu 7 Sept. 2014)

             DIUTUS UNTUK MEMBERITAKAN PERTOBATAN (Yeh. 33:7-14)

Mengapa ada penderitaan dan apakah itu takdir ; bukankah segala sesuatu dapat diubahkan ? Persoalan hidup demikian menjadi perlu dicermati dalam kehidupan umat Tuhan yang sudah berada di pembuangan. Mereka memahami bahwa pembuangan adalah akibat dosa para pendahulu mereka. Mereka menerima pembuangan itu sebagai takdir dan konsekwensi logis atas dosa nenek moyangnya. Pemahaman yang demikian telah membuat mereka menjadi makin degil, keras kepala, bergelimang dalam dosa, tiada lagi pengharapan. Mereka akan selalu mencemooh orang-orang yang memberikan nasihat, karena semua itu dianggap omong kosong. 

Dalam konteks demikianlah Tuhan menetapkan Yehezkiel untuk mengingatkan umat yang keras kepala itu. Tuhan menyebut Yehezkiel sebagai ‘anak manusia’. Sebutan itu lazim dikenakan kepada seorang hamba Tuhan. Anak Manusia dipahami sebagai kedudukan seseorang yang memiliki otoritas untuk menyampaikan pesan Allah kepada manusia. Demikianlah Yehezkiel menjadi penjaga bagi umat Tuhan, agar senantiasa hidup dalam firmanNya. Itu menjadi sebuah tugas berat dan tanggung jawab besar bagi Yehezkiel. Tuhan akan menuntut pertanggungjawaban dari hamba yang telah diutusNya. Jika Yehezkiel tidak menyampaikan pesan Tuhan, maka Tuhan akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawa hambaNya. Namun, jika hamba Tuhan menyampaikan pesan Tuhan, maka ia beroleh selamat, sekalipun umat tidak mendengar dan melakukannya.  Sebab, Seorang nabi mempunyai tugas menyampaikan firman Tuhan sebagai kritik atas kehidupan umat yang bertentangan dengan kehendak Tuhan. Seorang nabi harus mau dan berani menegur hidup umat Tuhan yang tidak lagi sesuai dengan kehendak Tuhan. Nabi menyampaikan kritik agar  hidup dan ibadah umat Tuhan sungguh-sungguh berkenaan bagi Tuhan. Karena itu, Yehezkiel sebagai seorang nabi harus menyerukan pertobatan bagi umat di pembuangan. Bertobat berarti mengembalikan relasi yang baik antara Allah dengan manusia. Umat Tuhan perlu diingatkan agar berbalik dari tingkah laku  durhaka menjadi manusia yang patuh terhadap Allah.
Agar tujuan itu tercapai, Yehezkiel tidak boleh menyampaikan berita usang. Yehezkiel harus mengubah pemahaman mereka tentang dosa pendahulu dan takdir, agar tidak berkutat dalam kedegilannya. Hukuman dosa memang akan berlanjut kepada generasi ketiga bahkan keempat jika keturunan sang pendosa itu mengikuti perilaku ayah atau leluhur mereka. Akan tetapi, jika anaknya bertobat maka Allah akan mengampuni. Oleh sebab itu, hukuman yang mereka alami sekarang bukan karena perbuatan nenek moyangnya melainkan karena ulah mereka sendiri. Malapetaka yang dialami generasi sekarang merupakan akibat perbuatan dosa generasi sekarang juga, bukan dikarenakan dosa generasi terdahulu. Pemahaman ini harus diubahkan secara tajam dan jelas dalam kehidupan umat Tuhan. Selanjutnya, Yehezkiel mengajak umat mengalami pertobatan agar mereka beroleh keselamatan. Itulah kabar baik, berita baru bagi umat Tuhan, untuk mendorong mereka mengalami pertobatan.

Kita adalah orang-orang yang telah mengalami anugerah kasih Allah. Tuhan mengasihi setiap orang.  Kalau orang Kristen memahami Tuhan itu kasih, maka seharusnya dalam dirinya juga tergambar kehidupan yang penuh kasih terhadap Tuhan, sesama, keluarga, gereja, masyarakat, dan pemerintah. Sebagai orang yang telah menerima kasih, kita perlu membawa setiap orang untuk turut menikmati kasih itu. Mengingatkan orang-orang yang tidak taat pada Tuhan adalah bagian dari kasih itu. Kita perlu membebaskan orang-orang dari ketersesatan, mengasihi orang-orang yang tidak tahu lagi makna hidup, mereka yang sudah kehilangan jati diri, manusia yang tidak lagi memiliki tujuan hidup, manusia yang mengalami kekosongan jiwa, manusia yang kehilangan pengharapan.
Mengingatkan orang lain atas kesalahannya bukanlah hal mudah. Kesalahan dapat terjadi karena ketidaktahuannya, karena kedegilan, juga seringkali karena situasi. Karena itu, untuk mengingatkan seseorang yang jatuh dalam kesalahan membutuhkan pemahaman, kesabaran, kepekaan, kepedulian, dan kelemahlembutan.
Orangtua adalah juga pelayan bagi keluarganya. Ia harus berani membangun keluarga dengan benar. Orangtua masa kini perlu juga mengingatkan anak-anaknya, mengajak ke gereja, dan memperkenalkan aneka kehidupan sosial. Semua itu sangat penting untuk membangun karakternya.
Kita sebagai orang percaya, umat pilihan, perlu merenungkan ulang hidup kekristenan kita. Bagaimana sikap kita melihat, mengambil sikap, dan bertindak atas suatu masalah hidup ? Sangat mungkin banyak hal yang perlu kita baharui di dalam hidup kita. Di sini dituntut kemauan, kemampuan, dan keberanian para hambaNya melakukan pembaharuan. Kalau kita tidak mau berbuat, maka kita menjadi pelayan anti-perubahan. Pelayan yang anti-perubahan berarti membiarkan umat untuk tidak bertemu dengan Tuhan. Pelayan yang kehilangan tanggung jawab moral !
Firman ini menjadi dorongan bagi para hamba Tuhan dalam tugas pelayanan. Sesungguhnya, Tuhanlah yang memilih kita menjadi pelayan untuk menyatakan kasihNya. Kasih Tuhan akan makin nyata jika setiap hambaNya melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai jabatan pelayanan. AMIN

Artikel Terkait



1 komentar:

  1. Bertobatlah saudara/i.......
    Pertanyaan....bertobat seperti apa....??
    Bertobat secara konsisten dlm kehidupan sehari2 sesuai firman Tuhan..baca kitab Yehezkiel.....

    BalasHapus