24 September 2014

Matius 21:23-32 (GKPI, 28 September 2014)



MEYAKINI KUASA YESUS KRISTUS

Duet tokoh dalam kitab Injil : Yohanes dan Yesus cukup menggetarkan masyarakat Yahudi. Yohanes menyerukan pertobatan dan melayankan baptisan, serta mempersiapkan jalan bagi Sang Juruselamat. Sedangkan Yesus melakukan banyak hal ; penyucian Bait Allah, mujizat, serta pengajaranNya yang mengagumkan. Yohanes dan Yesus sedang melakukan pembaharuan secara total. Imam-imam Kepala serta tua-tua bangsa Yahudi turut merasakan perubahan  masyarakat.  Namun, mereka merasa terusik dengan gerakan pembaharuan itu. 
Mereka menemui Yesus yang sedang mengajar di Bait Allah dan mengajukan pertanyaan kepada Yesus mengenai sumber kuasa yang ada padaNya. Yesus tidak serta merta memberi jawab atas pertanyaan para imam dan tua-tua itu. Yesus balik bertanya, ‘dari manakah kuasa baptisan Yohanes : dari sorga atau dari manusia ?’ Pertanyaan Yesus ini mengingatkan mereka ketika Yohanes membaptis Yesus. Matius 3:16-17 mencatat : ‘Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya, lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan’. Dengan mengingat peristiwa baptisan yang dilayankan Yohanes pada Yesus, maka Yesus telah memberi jawab atas pertanyaan imam-imam dan tua-tua itu, bahwa kuasa yang ada padaNya bersumber dari Allah. Oleh sebab itu, Yesus bukan mengelak dari pertanyaan mereka, justru Yesus sedang memberi jawab atas pertanyaan itu. Namun, dasar manusia degil maka mereka pura-pura tidak tahu. Mereka terpaksa bersikap seperti itu karena takut kehilangan legitimasi dari masyarakat. Sebab, jika mereka mengatakan bahwa kuasa Yesus bersumber dari manusia, maka mereka telah menjadikan Yohanes  sebagai pendusta. Padahal, semua orang telah mengakui bahwa Yohanes adalah ‘nabi Perjanjian Lama’ yang terakhir, yang memperingatkan umat akan penghakiman Allah. Sedangkan, jika mengakui kuasa Yesus bersumber dari Allah maka mereka akan menuai kecaman atas sikap mereka selama ini kepada Yesus. Mereka sedang menghadapi dilema, sehingga cari ‘ilmu selamat’ pura-pura tidak tahu.
Namun, Yesus tidak menghendaki dialog ini berhenti begitu saja. Yesus mengangkat sebuah kisah tentang sikap dua orang anak terhadap perintah ayahnya. Sang ayah menyuruh anaknya untuk bekerja di kebun anggur. Pertama, sang ayah memerintahkan anak sulungnya, dan si anak menjawab ‘Baik, bapa. Tetapi ia tidak pergi.’ Kedua, sang ayah memerintah anak bungsunya, dan si anak menjawab: ‘Aku tidak mau. Tetapi kemudian ia menyesal lalu pergi juga.’ Lalu Yesus bertanya, siapakah diantara kedua anak itu yang melakukan perintah ayahnya?  Imam-imam dan tua-tua itu tanpa beban berkata “Yang terakhir”. Yesus membenarkan jawaban mereka. Anak kedua ini yang sebelumnya memberontak tetapi kemudian menyesali dan menaati perintah ayahnya. Anak kedua ini adalah gambaran orang-orang yang sering dipinggirkan karena dipandang sebagai orang-orang berdosa tetapi kemudian menyadari dan menyesali dosanya kemudian berbalik menjadi taat. Mereka itu adalah para pemungut cukai dan orang-orang sundal. Sekalipun mereka berbuat banyak dosa, tetapi mereka menyesal dan percaya kepada Yesus. Sedangkan anak sulung adalah gambaran orang-orang yang telah dipilih Allah, namun tetap berkutat di dalam dosanya. Mereka adalah orang-orang pilihan, yang memiliki hak istimewa tentang kerajaan sorga. Namun mereka tidak pernah menyesali dosanya, bahkan menolak Yohanes yang menyerukan pertobatan. Dalam suatu perkara di persidangan, menyadari dan menyesali kejahatan sangat penting. Menyesali kejahatan dari seorang terdakwa dapat menjadi alasan kuat bagi seorang hakim untuk memberi keringanan hukuman. Bertobat berarti menyesal, menyadari kejahatannya dan mengubah jalan pikiran dari yang jahat kepada jalan yang benar.  Dalam hal inilah Yesus mengaitkan nama Yohanes, yang menyerukan pertobatan sehingga orang banyak menyesali dosanya dan membaptiskan dirinya. Namun, para imam-imam dan tua-tua Yahudi belum layak menerima masuk ke dalam kerajaan Allah karena mereka belum mengalami pertobatan atas dosa-dosanya. Yang terdahulu telah menjadi yang terkemudian. Mereka dipandang sebagai orang terhormat tetapi tidak memelihara kehormatannya. Mereka hidup dalam kemunafikan. Karena itu, melalui perumpamaan ini menjadi jelas bagi mereka bahwa orang Israel tidak begitu saja berkenan di hadapan Allah hanya karena mereka adalah keturunan Abraham. Mereka harus sadar bahwa selama ini mereka tidak  mentaati Allah. Kini, tiba saatnya bagi mereka mengubah pemahaman mereka terhadap Yesus dan bertobat.

Kuasa Yesus yang bersumber dari Allah merupakan kebenaran. Segala yang Yesus nyatakan adalah kebenaran, sebab Yesus adalah Anak Allah yang telah mati bagi dosa manusia dan bangkit kembali. Yesus Kristus adalah Juruselamat bagi manusia. Yesus memiliki kuasa untuk memberi keselamatan bagi setiap orang yang menyesali segala kejahatannya. Yesus Kristus menawarkan keselamatan bagi yang berkenan memutuskan segala ikatan dosanya.  Yesus Kristus tidak menghendaki manusia binasa dalam dosanya. Mari kita yakini, bahwa hanya kuasa Yesus Kristus saja yang  dapat memberi keselamatan. Mari sungguh-sungguh dan percaya pada kuasa Yesus.
Kita patut bersyukur atas kasih karunia Tuhan, sehingga kita memperoleh keselamatan. Buah keselamatan itu tidak kita genggam sendiri tetapi turut mewartakan Kristus, agar orang banyak turut menerima Kristus dan beroleh keselamatan. Kita perlu merenungkan dan terus menerus menumbuh-kembangkan iman kepada Yesus Kristus. Pertumbuhan iman itu akan menggerakkan kita melakukan yang Allah inginkan dari hidup kita. Kita yang telah mengalami kasih Allah mestinya mencerminkan kasih itu dalam tindak-tanduk kehidupan kita, baik sebagai pribadi maupun dalam persekutuan Gereja.
Kita dapat mewartakan Kristus melalui perbuatan baik. Semua itu merupakan ungkapan syukur atas nikmat kasih Tuhan Yesus. ‘Iman tanpa perbuatan adalah mati’(Yakobus (2:17). Keselamatan itu dapat kita bagikan melalui ragam pelayanan, dari talenta yang Tuhan telah anugerahkan bagi kita. AMIN

Artikel Terkait



1 komentar:

  1. Terima Kasih Pak Pendeta Gurning, selamat menaburkan firman pd pelayana mimbar esok hari ..........“Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan menjadi pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri” (Yak. 1:22). Salam Soli Deo Gloria.

    BalasHapus