8 Oktober 2014

Matius 22 : 15-22 (Minggu, 19 Oktober 2014)



            YANG WAJIB KITA BERIKAN KEPADA ALLAH

Pajak adalah salah satu penghasilan negara yang digunakan untuk mengelola negeri ini. Pajak yang dibayarkan oleh rakyat tampaknya terus menimbulkan pro-kontra sejak dahulu sampai sekarang. Di Indonesia, masalah membayar pajak bukan lagi soal ‘ya’ atau ‘tidak’ tetapi bagaimana kejujurannya, baik oleh penguasa (pemerintah) sebagai pengelola maupun dari para wajib pajak.

Pada masa Yesus di daerah kekaisaran Roma berlaku peraturan : (1) mata uang yang digunakan adalah dinar dengan gambar raja yang sedang berkuasa . (2) Setiap penduduk di daerah kaisar Romawi dibebankan pajak. Maka, orang Yahudi yang masuk kekuasaan kekaisaran Roma wajib terkena pajak.
Pada masa itu masih terjadi pro-kontra soal setuju atau tidaknya membayar pajak. Sekelompok orang (Farisi dan Herodian) menemui Yesus untuk meminta pendapatNya tentang pajak. Farisi dan Herodian bukanlah orang yang satu pandangan tentang pajak. Orang Farisi/kaum Zelotis adalah orang-orang yang taat pada agama tapi sangat menentang pembayaran pajak ; sedangkan orang-orang Herodian adalah kelompok orang-orang pro-pemerintah yang selalu mendukung kebijakan kaisar, dan tentunya menekankan wajib pajak. Oleh sebab itu, ketika mereka mengajukan pertanyaan boleh atau tidak membayar pajak, maka Yesus dapat terjebak dan ditangkap. Bila jawaban Yesus ‘tolak’ membayar pajak maka Ia akan ditangkap karena dituduh melawan kaisar. Sedangkan, bila Yesus ‘setuju’ membayar pajak maka Yesus dianggap tidak berpihak kepada banyak orang (masyarakat). Ada dua hal yang membuat Farisi enggan membayar pajak : (a) setiap kali mereka dipaksa membayar pajak, maka mereka semakin menyadari bahwa mereka adalah bangsa yang dijajah oleh Romawi. (b) Pada sisi muka dinar itu ada terlihat gambar Kaisar Tiberius, sedangkan pada sisi belakang ada gambar Ibunda Kaisar yang duduk di atas takhta ilahi sebagai inkarnasi dari Damai Sorgawi. Yang lebih menyinggung lagi bagi orang Yahudi, pada pinggir mata uang itu ada tulisan : Kaisar itu adalah Allah dan Imam Agung.
Yesus menegaskan, bahwa dalam dinar yang digunakan untuk membayar pajak itu memang tertera gambar dan tulisan Kaisar, maka dengan penuh hikmat Yesus memberi jawab (21) : "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah."
Pemberian kepada Kaisar adalah suatu kewajiban karena disitu tertera gambar kaisar. Memenuhi pajak adalah kewajiban warga Negara. Kewajiban itu akan digunakan oleh negara menjalankan roda pemerintahan. Dalam hal ini perlu dipahami bahwa kuasa pemerintah berasal dari Allah, dan pemerintah menjalankan kekuasaannya atas perintah Allah. Ketaatan melakukan wajib pajak dan penggunaan yang benar oleh negara, maka di situ juga berlangsung keadilan, khususnya ekonomi. Oleh sebab itu, wajib pajak merupakan tanggung jawab bagi setiap warga Negara.
Yang lebih menarik dari jawaban Yesus ini, dan tentunya menjadi lebih penting adalah kewajiban manusia kepada Allah. Jika pemberian pajak kepada Kaisar berdasarkan gambar dari kaisar, dan sebagai tanda ketaatan kepada pemerintah, maka apa yang patut diberikan manusia kepada Allah, yang adalah gambar Allah (Kejadian 1:26-27) ?  

Martin Luther menyebutkan, bahwa orang Kristen berada di dalam dua kerajaan ; kerajaan Sorga dan kerajaan Dunia (Negara). Namun, bukan berarti kedua kerajaan itu memiliki kedudukan yang sama, bahkan kerajaan kaisar tidak dibandingkan dengan kerajaan Allah. Sebagai warga Negara yang baik, maka kita harus taat kepada pemerintah (pemimpin), sebab 'Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah’ (Roma 13:1). Negara adalah alat Tuhan yang memiliki fungsi memberi rasa keadilan dan kesejahteraan bagi masyarakat. Negara akan dapat menyelenggarakan maksud Tuhan bila ada ketaatan rakyat membayar pajak. Dalam sebuah rumusan disebutkan : Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang —sehingga dapat dipaksakan— dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung. Pajak dipungut penguasa…..untuk menutup biaya produksi barang-barang dan…..untuk mencapai kesejahteraan umum’. Pajak memang mengandung unsur paksaan tetapi jika diselenggarakan dengan baik akan membawa keadilan dan kesejahteraan bagi rakyat, sebagaimana Tuhan kehendaki terjadi bagi umatNya. Dengan demikian kewajiban membayar pajak merupakan suatu cara mencapai keadilan. Karena itu, selayaknyalah orang Kristen taat membayar pajak.
Manusia adalah gambar Allah yang telah dibaharui di dalam diri Tuhan Yesus. Allah adalah penyelenggara dan pemelihara kehidupan umat manusia, sehingga kita patut menyembahNya. Karena kita adalah gambar Allah maka kita patut pula memberikan yang seharusnya kepada Allah. Pemberian orang percaya kepada Allah bukan berdasarkan hitungan angka-angka melainkan penyerahan totalitas hidup manusia sendiri. Segala yang kita miliki bersumber dari Tuhan karena itu kita juga mempersembahkan hidup kita bagi Tuhan. Kita memberikan hati untuk dijamah melalui pelayanan, tutur kata, perilaku, tindakan, dan harta milik untuk kemuliaan Tuhan. Jika untuk pemerintah saja kita wajib pajak, maka terlebih lagi kepada Tuhan haruslah taat atas segala firmanNya. Ketaatan kepada Tuhan harus lebih utama dibandingkan dengan segalanya. Kita sepenuhnya berserah kepada Dia, sebab kita adalah gambar Allah. AMIN


              

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar