31 Oktober 2014

Mazmur 43:1-5 (Minggu, 2 Nopember 2014)



        ALLAH TEMPAT PENGUNGSIAN

Hidup bahagia merupakan impian setiap insan manusia. Kehidupan bahagia adalah dimana manusia bebas dari penderitaan ; tidak terbelenggu, merasakan keadilan, terpenuhinya kebutuhan dasar, dan yang utama dapat mengaktulisasikan spiritualitasnya. Ketika manusia mengalami suatu penderitaan yang teramat berat, maka ia gelisah dan berharap adanya penolong. 

Pembuangan yang dialami umat Tuhan cukup membuat mereka menderita, bahkan penderitaan terbesar dalam sejarah hidup umat Tuhan. Mereka orang-orang pilihan ditangkap dan dibawa ke negeri asing untuk dipekerjakan sebagai budak. Hidup mereka telah dikelilingi oleh orang-orang yang tidak saleh, tidak beribadah. Mereka adalah orang-orang yang tidak mengenal Allah. Mereka tidak melakukan kehendak Tuhan tetapi hidup sebagai penipu dan curang. Di tempat pembuangan (pengungsian) ini, sama sekali tidak ada jaminan.
Pemazmur yang senantiasa memuji Allah dan menikmati kebaikan Allah dan dalam hidupnya, tapi kini jatuh ke dalam ketidakadilan. Kerinduan untuk menikmati kehidupan masa lalu begitu menguat dalam dirinya. Di tengah-tengah segala himpitan, ia tetap berharap keadilan Allah. Pemazmur telah menyerahkan seluruh hidupnya pada Allah, dan kini pun di tempat pengungsian ia ingin tetap dapat merasakan penyertaan Allah. Pemazmur menyebut Allah sebagai tempat pengungsian. Pengungsian adalah tempat menetap bagi orang yang mengalami penderitaan karena kekerasan atau bencana alam. Pengungsian memang tidak memberikan segala fasilitas tetapi adanya jaminan untuk berlindung dari berbagai ancaman. Bagi Pemazmur hanya Allah tempat pengungsian yang benar.
Penderitaan yang paling berat sebenarnya dialami umat Tuhan bukanlah soal fisik melainkan spiritualitas. Mereka tidak dapat lagi mengekspresikan imannya. Karena itu, kerinduan yang paling dalam dialami oleh pemazmur ini adalah keluar dari daerah pengasingan dimana ia berada menuju tempat kediaman Allah. Sekalipun Allah dapat dipanggil dari tempat jauh tetapi berada di tempat kediaman Allah menjadi dambaan pemazmur. Pemazmur ingin ke mezbah Allah di gunungNya yang kudus, karena di sanalah  sukacita dan kegembiraan dirasakan. Di situlah ia menyatakan syukur dengan petikan kecapinya. Kerinduan ini hanya dapat terjadi jika Allah menyuruh terangNya, seperti Ia menerangi umatNya melintasi padang gurun, dan kesetiaanNya yang menuntun umatNya memasuki tanah perjanjian. Hanya dengan tuntunan terang dan kesetiaan Allah saja maka pemazmur dapat tiba di rumah Allah.
Menyembah Allah adalah kehidupan yang terindah bagi pemazmur. Itulah kebahagiaan yang dinantikan pemazmur. Doa permohonan pemazmur memang belum terjawab, namun dalam keyakinan akan pertolongan Allah, maka ia dapat mengatasi tekanan yang dialaminya. Bagi pemazmur tidak ada alasan untuk  gelisah. Yang penting ialah bahwa harapan akan pertolongan dan campur tangan Allah tidak dilepaskan. Di dalam pergumulan yang dialami terlihat hari esok, dimana pertolongan telah tersedia. Menantikan saat yang berbahagia ini, di situlah pengharapan menaklukan rasa gelisah.

Pemazmur cukup kuat membedakan jiwa dan tubuh. Apabila jiwa manusia tertekan, maka itu memberi pengaruh pada tubuh jasmani. Jiwa yang tertekanlah yang menimbulkan kegelisahan hidup ini, bukan kejasmanian. Jika kita atau gereja masih mengutamakan yang duniawi maka diperlukan revolusi mental. Yang utama, manusia mensyukuri segala kehidupan yang dialami, sebab saat itulah ia menikmati kebahagiaan.
Di dalam Kristus kita menikmati keadilan Allah yang tidak didasarkan atas kebenaran kita melainkan atas kebenaran yang berlandaskan kasih Kristus. Kita menjadi orang-orang yang benar di hadapan Allah karena Kristus. Di dalam Kristus kita dekat kepada Allah sekalipun kita mengalami desakan dan tekanan musuh-musuh iman. Dalam Kristus kita senantiasa dapat menyeru Bapa dan mohon pertolonganNya. Kristus adalah Terang yang memungkinkan kita berjalan menuju kediaman Bapa. Dalam Kristus, arah dan sasaran perjalanan kita selalu pasti dan tepat. Kristus yang adalah Terang dan Kasih akan menghantar kita sampai kepada kehidupan  kekal. Kerinduan akan kehidupan itu menguatkan kita menghadapi tantangan hidup ini.
Sikap pemazmur terhadap rumah Tuhan hendaknya juga menjadi sikap hidup kita ; dimana ia merindukan kehadirannya di rumah Tuhan. Kita perlu hadir di rumah Tuhan untuk bersekutu setiap minggunya dan bersama-sama sujud pada Tuhan dalam doa-nyanyian-menikmati firmanNya, serta bersyukur atas segala kasih setiaNya. Itulah Persekutuan – Penyembahan – Persembahan. Allah yang adalah Tempat Pengungsian menghendaki semua itu. AMIN

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar