17 Januari 2015

1 Korintus 6:12-20 (Minggu, 18 Jan 2015)



                     MULIAKANLAH ALLAH DENGAN TUBUHMU

Ada semboyan yang menyatakan, bahwa manusia (laki-laki) mengejar tiga ‘TA’ : harta, tahta, dan wanita. Ketiganya tampak saling kait mengait. Dengan harta seseorang dapat memperoleh tahta (kuasa) dan menguasai wanita sebagai pemuas nafsu libidonya. Tahta dapat menjadi alat legitimasi untuk melakukan segala kehendaknya, mengaktualisasikan dirinya. Sementara wanita dapat menundukkan lawan jenisnya untuk memperoleh harta sebagai pemenuhan dirinya. Ketiga ‘ta’ di atas hanyalah ilustrasi, sebab tak dapat dipungkiri bahwa tiga ‘ta’ itu juga dapat menjadi kekuatan memuliakan Tuhan.

Korintus adalah sebuah kota perdagangan, yang dikunjungi berbagai bangsa. Di situ berkumpul berbagai manusia ragam bangsa dan budaya. dari seantaro dunia.  Sebagai kota perdagangan, Korintus menjadi sebuah tempat berlangsung ragam transaksi. Yang dibisniskan bukan hanya barang komoditas tetapi moral manusia turut diperjualbelikan. Di situ berlangsung nafsu duniawi, manusia berlomba mencari kekayaaan, tidak persoalan apakah ia menjual dirinya, yang penting memperoleh yang dikehendakinya. Maka yang terjadi di kota Korintus adalah (6:9-10) ‘ Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu’. Kehidupan yang begitu bebas melahirkan semboyan, ‘segala sesuatu hahal bagiku’. Semboyan ini menjadi senjata bagi kehidupan orang Korintus untuk membenarkan tingkah laku mereka yang jahat.
Dari latar belakang kehidupan yang demikianlah Paulus mendirikan jmaat Korintus. Memasuki kehidupan Kristen, sifat lama mereka masih terbawa-bawa dalam kehidupan Kristen. Masalah yang cukup dipusingkan Paulus adalah mengenai percabulan. Percabulan merupakan perbuatan nafsu duniawi yang paling tampak.
Bagi Paulus, tubuh memiliki arti yang jauh lebih mulia daripada hal-hal yang jasmani saja. Seluruh kepribadian tercakup dalam tubuh itu. Paulus memperkembangkan gagasan tentang orang Kristen sebagai tubuh Kristus. Setiap orang Kristen telah disucikan, dikuduskan, dan telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita. Tubuh adalah bait Allah. Karena bait itu adalah milik Allah, maka orang Kristen tidak bebas merdeka. Paulus tidak ingin mereka tersinggung dengan semboyan “segala sesuatu halal bagiku’. Tetapi Paulus menambah ‘tetapi bukan semuanya berguna’.
Orang Kristen sebetulnya memiliki kemerdekaan yang tidak terbatas, akan tetapi dalam praktek kelakuan etis orang Kristen itu harus ada batas-batas yang ditentukan oleh kasih dan tanggung jawab terhadap sesamanya. Keterbatasan itu menjadi perlu apabila yang tak terbatas itu tak berguna dan tak membangun (1 Kor. 6:12 ; 10:23). Disamping batas-batas tersebut ada lagi batas lain, yang ditentukan oleh keharusan untuk menjaga dirinya sendiri supaya tidak menjadi budak sesuatu hal (1 Kor. 6:12), dan menjaga kesucian jemaat supaya jangan diracuni dunia.
Orang Kristen dituntut untuk mempersembahkan tubuh mereka (Roma 12:1). Dengan kata lain, Tuhan menggugat baik sifat manusia yang yang rohani, yaitu jiwa dan pikiran, maupun sifat manusia yang jasmani, yaitu tubuh dan perilakunya. Sejajar dengan ini, menurut Paulus gereja pun tidak terdiri dari jiwa-jiwa belaka, melainkan dari tubuh-tubuh. Tubuh manusia tunduk kepada Tuhan (6:12 dst), yaitu tubuh itu berada untuk Tuhan dan sesuai dengan kenyataan ini, ketaatan yang dituntut Tuhan juga adalah ketaatan yang penuh, yaitu mencakup baik yang spiritual, maupun yang jasmani. Dengan demikianlah, kerajaan Tuhan menjadi nampak dalam tubuh manusia. Pada intinya, pakailah tubuhmu untuk kemuliaan Allah.

Orang-orang percaya adalah bagian dari yang akan mewarisi kerajaan Allah. Karena itu, orang-orang percaya bukan saja hanya perkataan atau simbol belaka tetapi ia mesti terlihat dan dapat dirasakan oleh sekelilingnya sebagai bagian dari Kerajaan Allah itu. Gerak tubuh dan atau perilakunya mestinya menunjukkan bahwa ia bagian dari ahli waris Allah.
Tubuh orang-orang percaya menjadi cerminan atas yang ‘diakui’ Allah, dan menjadi ‘khotbah’ bagi banyak orang. Tubuh menyangkut banyak hal : perkataan, perbuatan, gaya hidup, keinginan. Tubuh orang Kristen haruslah mencerminkan tubuh Kristus, yaitu menyatakan kasih yang membuat orang lain ‘berkeinginan’ percaya kepada Allah.
Orang Kristen sendiri harus membatasi diri dalam hal-hal yang tak berguna ; berbahasa sombong (omdo), hidup dalam etika yang menyejukkan orang lain, tidak rakus/ menonjolkan diri pada nilai-nilai dunia yang melelahkan banyak orang. Tawaran dunia dan keinginan daging manusia telah membuat kita kehilangan diri sebagai ‘gambar Allah’. Manusia sering kali mencoreng dirinya dari ‘gambar Allah’ menjadi “gambar setan”. Manusia yang diberi Tuhan menikmati segala anugerahnya telah menggantikannya dengan hidup yang penuh kekacauan. Kerakusan pada kekayaan, kekuasaan, dan perselingkungan telah menghapus manusia itu dari hidup yang penuh damai. Manusia tidak lagi memuliakan Allah tapi sadar atau tidak telah memuliakan dirinya sendiri.
Kita mestinya hati-hati dengan berbagai semboyan yang seringkali bertentangan dengan firman Tuhan. “waktu adalah adalah uang’, seringkali membuat kita mengabaikan banyak hal, hanya untuk memperoleh uang. ‘lu…lu…gue…gue’, membuat kita tidak peduli dengan orang lain. ‘hancur demi kawan’, pembelaan terhadap teman tanpa memperhitungkan suatu kebenaran.
Dalam berkarya dan melayani sebagai orang percaya, kita seringkali mengabaikan tanggung jawab untuk menjalankan wewenang Allah dan kerap memilih diam mencari jalan aman demi kepentingan diri sendiri. Tuhan memanggil kita, namun sikap kita seringkali hanya sebatas mendengar dan mencari tahu dan tidak bersedia menindaklanjutinya dengan taat.  Selagi Tuhan memberi kesempatan untuk mendengar sapaan dan panggilanNya, segeralah kita bangkit dan melakukan kehendakNya. Dalam sapaan dan atau panggilan Tuhan terkandung rencana serta jawaban bagi keselamatan bersama.
Sebagai anak-anak Tuhan, kita mestinya senantiasa memuliakan Allah. Memuliakan Allah bukan hanya soal menahan diri dari percabulan, tetapi seluruh pribadi kita harus dipakai secara positif dalam pelayanan demi kemuliaan Tuhan. Firman Tuhan (2 Korintus  3:3) : ‘Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia’. AMIN

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar