5 Juni 2015

2 Korintus 4:13 - 5:1 (Minggu, 7 Juni 2015)



          MANUSIA BATINIAH DIBAHARUI HARI DEMI HARI

Pada gereja mula-mula, kehidupan orang-orang Kristen mengalami ancaman ; baik dari penguasa maupun ajaran-ajaran yang menyesatkan. Semua itu membuat orang-orang Kristen sangat merasa tertekan. Lalu, apakah karena tekanan itu membuat gentar orang Kristen ? Satu kata yang membuat orang Kristen tetap kokoh adalah ‘percaya’. Percaya bahwa Yesus Kristus dibangkitkan. Keyakinan itulah membuat semangat orang Kristen berkobar-kobar, bahkan membuat semakin banyak orang menjadi percaya. Kebangkitan itu membuat orang-orang Kristen mengarahkan hidupnya pada kehidupan kekal. Buahnya, orang-orang Kristen bukan hanya dikuatkan tetapi turut dimampukan bersyukur di tengah-tengah penderitaan itu untuk memuliakan Allah. Bagaimana orang bisa bersyukur sementara penderitaan menghampiri dirinya ? Paulus melihat bahwa manusia terdiri dari lahiriah dan batiniah. Manusia lahiriah hanya mampu memperhatikan yang kelihatan. Tak dapat disangkal, penderitaan yang dialami umat Kristen itu membuat manusia lahiriah mereka makin merosot. Mereka menjadi manusia yang tak diperhitungkan, tetapi semua itu hanya sementara. Penderitaan, ancaman, tekanan, kemiskinan dsb hanyalah lahiriah dan sementara. 

Paulus memiliki kiat menghadapi semua itu. Manusia batiniah yang dibaharui akan dimampukan menghadapi semua pergumulan itu. Manusia perlu membangun hubungan terus menerus dengan Tuhan. Hubungan itu akan membuat batin manusia terus bertumbuh, sehingga memiliki ‘beda rasa’ dengan manusia lahiriah. Kalaupun manusia lahiriah memandang sebuah penderitaan begitu hebat dan tak pernah berakhir, tetapi manusia batiniah akan merasakan setiap derita ringan saja dan semua itu hanyalah sementara. Badai pasti berlalu. Sebab, manusia batiniah akan berfokus pada yang tak kelihatan yaitu kehidupan kekal. Kehidupan di bumi ini adalah sebuah perjalanan. Tubuh dan seluruh perlengkapan yang dipakai manusia dalam ‘perjalanan’ melewati kehidupan ini tidaklah kekal. Allah akan menyediakan tubuh yang baru setelah kematian. Saat itu tiada lagi tangis dan air mata tapi semua hidup dalam sukacita.

Di dalam dunia saat ini, sepertinya tersedia seluruh kebutuhan jasmani manusia. Manusia berusaha dan wajar untuk mengejarnya. Namun, dalam pencarian itu, sadar atau tidak, manusia acapkali meninggalkan Tuhan, manusia itu seringkali mengandalkan pikiran dan kehendaknya sendiri. Hal ini akan tampak dari cara manusia dengan menghalalkan segala cara dan sikap manusia atas hasil yang diperolehnya. Hidup manusia masa kini memang sedang ‘dipaksa’ berjuang untuk beroleh dan menikmati yang disajikan dunia. Manusia seolah-olah harus memiliki nilai-nilai yang ditawarkan dunia ; kekayaan, jabatan, kehormatan, penguasan iptek dsb. Manusia menjadikan dirinya bagai tak berharga apabila tidak memilikinya. Manusia pun berusaha merebut itu dengan menghalalkan segala cara, termasuk menyiksa diri sampai menderita (1 Timotius 6:10). Tapi pada waktu tertentu, suka atau tidak, semua itu harus ditinggalkan.
Firman Tuhan ini menegaskan kepada kita untuk senantiasa membaharui manusia batiniah kita. Manusia batiniah yang terus dibaharui akan memampukan kita melihat kehidupan yang berbeda. Kita tidak akan dibelenggu oleh hidup yang memang penuh penderitaan, tetapi kita akan memandang suatu kehidupan yang penuh sukacita. Ke situlah kita berpengharapan.
Manusia masa kini mengalami berbagai ketakutan dan derita. Masalah penyakit, ekonomi, keluarga, pekerjaan datang menghampiri kehidupan manusia. Manusia yang menderita bukan hanya orang yang tak memiliki nilai dunia ini tetapi juga orang-orang yang memiliki nilai dunia ini. Sesungguhnya, penderitaan itu terjadi karena manusia seringkali bahkan hanya fokus pada nilai-nilai dunia (yang kelihatan). Manusia terbelenggu melihat hidup ini secara lahiriah. Manusia membangun dan mengisi hidup lahiriahnya dan tidak begitu peduli dengan batiniahnya. Maka, manusia terus-menerus berjuang dan berlelah-lelah untuk beroleh nilai-nilai dunia itu. Padahal apa yang diperjuangkan manusia hanyalah sementara
Manusia yang batinnya senantiasa dibaharui maka ia tidak gentar menghadapi semua tekanan dan penderitaan. Sebuah penderitaan bisa saja menurut ukuran dunia mengerikan tetapi bagi orang percaya, sebuah penderitaan itu akan menjadi ringan jika ia mengalami keyakinan bahwa penderitaan itu hanya sementara sampai mengalami kehidupan kekal. Karena itu Paulus berkata (ay.18) : ‘kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan.’ Tetapi, sekalipun orang percaya mengalami kehidupan dunia yang tak diperhitungkan, maka orang itu tetap bisa berbahagia. Itu sebabnya Paulus berkata (ay.16) : ‘meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.’ Sekalipun kita tidak memiliki kekayaan dunia ini, kita akan dapat bahagia jika kita berserah dan memandang kepada Tuhan. AMIN

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar