31 Juli 2015

Yohanes 6:24-35 (Minggu 2 Agustus 2015)



                     YESUS ADALAH ROTI HIDUP

Di dalam hidup ini manusia disibukkan oleh dua hal : bekerja dan makan  atau makan dan bekerja. (bekerja = seluruh aktifitas kita ; makan = termasuk kebutuhan dan kekayaan). Ketika saya masih pemuda/remaja, ayah saya sering berkata : “Godang allang indahan i, asa gogo ho mangula” (banyaklah makan supaya engkau kuat bekerja). Saya berpikir, mestinya ayah saya dulu berkata, ‘bekerjalah supaya banyak makanan kita’. Klo gitu pasti gua udah kaya coi....ini disuruh makan banyak...jadi tidurlah.

Manusia perlu bekerja untuk makan, sehingga ia hidup. Manusia juga sudah memikirkan kwalitas  makanannya, supaya ia lebih dimampukan bertahan hidup. Jika gizi makanannya tinggi, maka  hidupnya akan lebih kwalitas. Selain untuk makan, manusia juga bekerja untuk kebutuhan lainnya, termasuk menyimpan atau mengolah harta, sehingga lebih banyak.
Tetapi dengan semua itu apa yang hendak dicapai manusia ?
Bukankah banyak orang berputar-putar di situ saja ?
-          Apakah manusia mencapai hidup bahagia ?
-          Tidak sedikit orang bekerja keras tapi hasilnya membawa kebinasaan bagi hidupnya.
-          Tidak sedikit menjadi bencana bagi rumah tangganya dan masa depan yang kelam bagi anak-anaknya.
-          Tidak sedikit juga hubungan bersaudara menjadi retak karena rebutan atas harta warisan.
Nas Perikop kita ini dimulai dengan kisah orang banyak yang mencari Yesus. Yesus memang baru saja melakukan mujizat. Yesus memberi makan 5000 orang dengan 5 roti dan 2 ikan. Yesus tahu jelas, bahwa upaya orang banyak itu mencari Yesus adalah untuk terpenuhinya kepentingan sesaat, yakni kebutuhan jasmani. Itu perlu tetapi bukan yang utama. Yesus membaharui pola pikir mereka, sesungguhnya bukan roti itu yang utama. Roti itu adalah tanda. Yang utama adalah supaya mereka percaya kepada Yesus, bahwa Yesus adalah Tuhan. Ini yang utama. Jika mereka tidak percaya bahwa Yesus adalah Tuhan, maka rasa lapar akan terus menggelisahkan hidup mereka, sekalipun diberi roti yang banyak.
Selanjutnya Tuhan Yesus berkata (6:27) : Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal. Upah dari bekerja itu adalah beroleh makanan. Yesus tidak berbicara makanan (upah) secara jumlah melainkan kwalitas. Sekalipun makan banyak tetapi jika makanan itu tidak berkwalitas maka itu tidak akan memberi kepuasan. Karena itu Yesus menghendaki supaya upah dari bekerja itu adalah makanan berkwalitas, yaitu makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal.
Jenis makanan apakah yang dimaksud Yesus itu ? Jelas bukan ubi jalar, melainkan makanan yang berasal dari sorga, ‘Roti Hidup’.  Yesus berkata (6:35) : "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi’.  Manusia akan menjalani hidup ini dengan damai apabila ia menghidupi dirinya dengan ‘Roti Hidup’. Kepuasan dan hidup yang benar itu ada pada Yesus. Hanya Yesus yang dapat memberi ketenangan hidup bagi manusia, yang memberi kepuasan bagi jiwa manusia.

Bekerja merupakan tuntutan dalam hidup ini. Tuhan Allah telah berkata kepada manusia pertama (Kejadian 3:19) : ‘dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu’ (Ingkon hir hodokmu manganhon sipanganonmu). Paulus berkata (2 Tesalonika 3:10a) : jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan’. Intinya, manusia harus bekerja. Dalam pekerjaan itu, kita hendaknya memperlihatkan nilai-nilai Kristiani, yaitu : kerja keras, kejujuran, dan kesetiaan. Praktek kerja demikian akan menjadi teladan dan memotifasi setiap orang untuk berkarya. Pekerjaan demikianlah yang dikehendaki Tuhan.
Tuhan memperkenankan manusia itu bekerja dan mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Tetapi manusia perlu menyadari tentang harta itu. (a) Siapakah sumber pemberi harta/kekayaan itu ? Sesungguhnya, Tuhan adalah si pemberi harta itu. (b) Pemberian itu harus disyukuri. Setiap pemberian harus disyukuri ; entah kita mengukurnya banyak atau sedikit. Karena Tuhan adalah sumber pemberi maka kita harus bersyukur kepada Tuhan. (c) Penggunaan harta. Jika kita mengaminkan bahwa Tuhan adalah sumber pemiliknya maka Tuhan mempunyai tujuan atas pemberian itu. Tuhan ingin supaya segala pemberian itu digunakan bagi kemuliaan Tuhan.
Dengan meyakini bahwa sumber yang kita miliki adalah Tuhan, dan bersyukur kepada Tuhan, serta menggunakannya bagi kemuliaan Tuhan, maka seluruh hasil kerja kita telah menjadi ‘Roti Hidup’. Hidup kita yang dihidupi oleh Roti Hidup akan memberi sukacita, ketenangan, kedamaian ; sampai kita beroleh hidup kekal. AMIN

Artikel Terkait



1 komentar:

  1. Jadi kita perlu "kerja untuk makan" atau "makan untuk kerja bapak?"

    BalasHapus