18 September 2015

Markus 9:38-50 (Minggu, 27 Sept. 2015)



               SETIAP ORANG AKAN DIGARAMI DENGAN API

‘Hidup itu indah’. Ungkapan ini singkat dan dikehendaki semua manusia. Keindahan hidup adalah ketika kita dapat hidup berdampingan dengan damai bersama seluruh umat manusia. Tuhan menghendaki agar semua orang dapat hidup berdampingan dalam damai. Yesus mengajarkan bagaimana bersikap terhadap orang lain, sehingga tercipta hubungan harmonis. 

Tetapi membangun hubungan indah itu memang tidak mudah. Selain manusia memiliki perbedaan yang dapat menjadi benteng pemisah, di dalam diri manusia juga bercokol dosa ; ada iri, dengki, benci, curiga, cemburu, dan rasa takut. Semua itu dapat menjadi hambatan untuk menikmati keindahan hidup bersama.
Para murid mengetahi ada orang lain (diluar kelompok murid) yang mengusir setan dalam nama Yesus. Para murid Yesus merasa terusik, mereka mengklaim bahwa hanya kelompok mereka yang ber-hak melakukan hal itu. Orang yang tidak ‘bergabung’ dengan Yesus dianggap tidak layak menggunakan nama Yesus. Para murid merasa tersaingi atas orang lain yang dapat mengusir setan.
Yesus meluruskan pemikiran para murid. Bagi Yesus, mereka itu bukanlah musuh sebab mereka sama-sama mengemban tugas yang sama, mengusir setan. Mereka tidak perlu dicegah. Jika pertentangan tidak nampak dengan jelas dan nama Yesus ditinggikan untuk melawan roh-roh jahat, maka orang itu juga telah turut dalam misi yang sama. Yesus melihat tanda-tanda kerajaan itu juga ada pada mereka yang tidak menyatakan pengakuannya secara nyata. Tidak dapat disangkal bahwa tanda kerajaan itu bisa saja terjadi di seantoro dunia dan dilakoni oleh siapa saja. Calvin mengatakan : ‘setiap kemungkinan yang memuliakan Allah harus dibiarkan dan bahkan harus disyukuri’. Perlu disadari, manusia acapkali membuat rumusan ajarannya (dogma) dan itu telah membuat batasan karya Allah. Padahal, Allah dapat bergerak di luar garis-garis batasan yang ditentukan oleh sebuah dogma.
Segala perbuatan yang tidak bertentangan dengan misi Yesus adalah baik adanya. Mengusir setan merupakan misi Yesus. Karena itu, siapun yang melakukan pengusiran setan sesungguhnya bagian dari pekerjaan Yesus. Mereka itu tidak perlu dicegah. Dan sesungguhnya, mereka adalah bagian dari pelayanan Tuhan, apalagi mereka melayani juga dalam Nama Yesus.
Siapapun boleh mengusir setan….bila perlu pakai kampak…Hahahaha….
Segala perbuatan baik akan menerima upahnya sekalipun nilai perbuatan itu kecil. Para murid tentu pernah mengalami kehausan di dalam perjalanan. Mereka sangat mungkin melintasi desa-desa dan singgah sejenak di rumah penduduk, lalu disuguhkan segelas air. Biarpun perbuatan itu tidak seberapa, tetapi Allah tidak pernah melupakan upah bagi yang telah memberinya.
Justru yang perlu diantisipasi dalam membangun hubungan harmonis adalah apabila terjadi saling menyesatkan. Penyesatan dapat terjadi pada orang lain. Tuhan Yesus mencontohkan penyesatan terhadap ‘anak-anak kecil yang percaya’, yaitu mereka yang masih lemah iman, disingkirkan, miskin, janda, yatim piatu dsb. Yesus berkata, ‘orang demikian lebih baik ditenggelamkan agar tidak tampak lagi di bumi ini’. (dinongnong ma i tu tao an….hahaha….). Selain menyesatkan orang lain, setiap orang dapat saja telah menyesatkan dirinya sendiri. Sifat umum manusia seringkali mengklaim dirinya sebagai yang benar, padahal tindakan dan perbuatannyai selain merusak orang lain juga merusak dirinya. Kepada orang yang demikian firman Tuhan berkata (43,45,47) : ‘jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah….jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah….jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah’. Sebab, orang yang masuk ke dalam kerajaan sorga bukan ditentukan oleh nilai-nilai badaninya tetapi hatinya. Jika orang itu dapat mengintrofeksi dirinya sendiri maka ia akan mampu membaharui dirinya dan menjadi sukacita bagi banyak orang.
Heran juga nih…., mengapa tidak disebut juga dengan mulut. Mungkin pada saat itu, orang masih berbicara dengan penuh etika. Padahal, saat ini yang bahaya dalam menjalin hubungan adalah mulut,…’mulutmu adalah harimaumu’.
Pada bagian akhir perikop ini, Yesus menekankan kata ‘garam’ (empat kali). Garam itu begitu penting karena berkhasiat menjadi obat dan mengawetkan makanan agar tidak cepat busuk serta memberi cita rasa. Dalam hal ini, garam adalah firman Allah yang telah dipahami para murid. ‘mempunyai garam dalam dirimu’ adalah nasehat supaya firman Tuhan yang tertulis dalam diri para murid dapat digunakan menciptakan suasana damai dalam kehidupan bersama. Para murid semestinya juga melalui firman Tuhan dapat mencerahkan orang lain agar tidak jatuh kepada keadaan yang buruk, sebagaimana garam ‘membantu’ makanan menjadi tidak busuk tetapi menjadi lezat. Firman Tuhan itu harus menjadi api yang menyala terus-menerus dalam diri para murid untuk membakar semangat imannya dan orang lain kepada Kristus. Dengan firman itu pula setiap orang akan membangun hubungan yang baik seorang dengan yang lain.

Dalam hubungan sesama manusia masih sering terasa ada jurang pemisah, termasuk antara gereja yang satu dengan lainnya. Hal itu bisa saja terjadi oleh sikap introvert tanpa mau membuka cakrawala berpikir bahwa dunia ini begitu luas dan di dalamnya Allah tetap berkarya. Allah berkarya tidak hanya melalui satu orang atau kelompok tetapi Dia bebas memberi kuasaNya bagi setiap orang yang mengandalkan namaNya. Allah berkarya tidak hanya di satu tempat tetapi mencakup seluruh dunia.
Hidup manusia harus menciptakan damai sejahtera. Kita perlu menjaga diri agar tidak menjadi sumber kegaduhan, batu sandungan, pertengkaran dll. (Semoga Sinode Periode GKPI yang berlangsung minggu ini jauh dari kegaduhan). Sebab yang utama sesungguhnya adalah perdamaian.
Segala nilai dunia adalah anugerah Allah, karena itu segala yang kita miliki mestinya dipergunakan untuk kebaikan dan bermanfaat menjalin hubungan yang baik seorang dengan yang lain : Suami-isteri, Persahabatan, dan organisasi. Termasuk tekhnologi, semisal face book harus digunakan untuk kebaikan. Jangan ciptakan pertengkaran melalui fb. Jangan gunakan fasilitas itu jika menjadikan hubunganmu menjadi tidak baik.
Perbuatan-perbuatan baik merupakan bagian pendukung dari hidup berdampingan. Kemampuan seseorang untuk berbuat baik tidak boleh menimbulkan rasa iri hati. Kalaupun kita tidaksepaham dengan orang tersebut, maka kita tidak boleh menyerangnya begitu saja. Sejauh seseorang berbuat baik bagi orang lain, dan ia tidak merugikan diri kita maka orang tersebut mestinya dipandang sebagai bagian dari kehidupan kita, memiliki misi yang sama.
Hidup berdampingan dengan damai merupakan yang utama. Karena itu, kita harus menghilangkan keangkuhan dan kepentingan golongan, tetapi hendaklah mencerminkan kasih Kristus. Berbuatlah baik, beritakan karyaNya, sebab upahmu besar di sorga. AMIN

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar