21 Oktober 2015

Markus 10:46-52 (Khotbah, 25 Okt 2015)



       KUASA YESUS MENYELAMATKAN ORANG BERIMAN
                  
Dalam kehidupan sehari-hari kita berjumpa dengan orang-orang kecil. Sejauh mana kita mau mendengar atau peduli dengan orang-orang kecil. Bukankah orang yang demikian sering terabaikan ? Keuntungan apa yang diperoleh dengan mendengar suara orang bawah, apalagi seorang pengemis yang buta. Namun, mereka adalah orang-orang yang mendambakan sentuhan dan harapan. Demikianlah sesungguhnya keinginan orang kecil. 

Pengemis yang buta ini sadar bahwa ia tidak memiliki sesuatu apapun yang membuat orang menjadi peduli kepadanya. Hanya satu harapannya, ada yang berbelas kasih. Dia pernah mendengar nama Yesus, yang mau mengasihi banyak orang. Ketika si pengemis yang buta ini tahu bahwa Yesus sedang lintas dihadapannya, maka ia berseru : "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!"…. "Anak Daud, kasihanilah aku!". Sekalipun banyak yang menegur dan meremehkan seruan si pengemis yang buta itu tetapi tak menghalanginya untuk beroleh belas kasih Yesus. Semangat si pengemis buta ini tidak pernah surut untuk berseru kepada Yesus. Si pengemis yang buta berseru berulang kali.
Atas belas kasih itulah Yesus memanggilnya. Yesus selalu peduli terhadap orang-orang yang berseru kepadaNya, lebih lagi orang-orang yang memohon belas kasihan, sebab Yesus sendiri adalah belas kasih. Yesus meminta orang yang mengerumuninya untuk menghadirkan si orang buta dihadapanNya.
Panggilan Yesus disambut begitu penuh sukacita oleh pengemis yang buta itu, dengan menanggalkan jubahnya yang kumal itu.  Kita perlu membersihkan diri ketika kita berkehendak menjumpai Yesus. Sekalipun Yesus tetap mau bersahabat dengan orang berdosa, tetapi ada upaya menyucikan diri.
Yesus bertanya dengan lembut kepada pengemis buta itu, “Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?”  Sebuah pertanyaan yang sangat menyejukkan hati si pengemis yang buta. Tuhan Yesus sebenarnya tahu apa yang diminta.…’karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya’ (Matius  6:8) ‘. Namun bagi Yesus, sejauhmana ketulusan jawaban dari si pengemis yang buta ini.
Sang pengemis yang buta itu menjawab : “Guru, supaya aku dapat melihat” (biarlah aku menerima terangku). Ada keinginan yang kuat bagi si pengemis yang buta agar dapat melihat. Permintaan si pengemis yang buta begitu tulus dan jelas, tegas, kongkrit, dan terukur, dan berguna. Permintaannya itu logis karena ia sudah memiliki mata. Hanya saja, matanya itu tidak berfungsi. Ia ingin agar matanya itu berfungsi. Dan ketika Yesus mencelikkan matanya, ia segera menggunakan matanya untuk mengikut Yesus.
Yesus telah menerima segala kuasa dari Allah. Yesus berkuasa untuk menyembuhkan dan menyelamatkan manusia. Bahkan Yesus adalah keselamatan itu. Yesus menjawab : “pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau.” Yesus berkuasa atas kehidupan manusia. Terlebih bagi orang beriman, Yesus mau dan berkuasa untuk menyelamatkannya.
Jawaban Yesus ini menunjukkan bahwa iman bukanlah fasif tetapi aktif. Si pengemis yang buta ini tidak berdiam diri tetapi berseru dan bergerak menjumpai Yesus. Iman si buta ini tumbuh dari pendengaran (akan firman), bukan karena melihat (bdk Ibrani 11:1). Iman tumbuh dari pendengaran. Walau mata si Bartemeus tidak berfungsi, tetapi ia menggunakan telinganya, sehingga ia dapat mengetahui sekelilingnya. Ia dapat mendengar dan sungguhsungguh percaya pada  firman Tuhan. Bagaimana dengan kita yang bisa mendengar firman Tuhan dan melihat ciptaan Tuhan, adakah kita lebih percaya ?
Iman yang tumbuh di dalam hati harus dipelihara dengan teguh pada Tuhan Yesus. Seruan yang berulang-ulang disampaikan pengemis yang buta itu adalah bentuk keimanannya pada Yesus.
Orang beriman juga senantiasa mempersiapkan diri, senantiasa berupaya untuk hidup suci. Orang beriman juga tahu menggunakan segala pemberian Tuhan. Si Buta tahu, apabila Tuhan memulihkan matanya maka ia mau dipakai Tuhan.

Hidup manusia di dunia ini menjadi penuh penderitaan karena buta dengan firman Tuhan. Kita seringkali tidak mau dituntun firman Tuhan. Andaikan kita memahami fiman Tuhan dan memberlakukannya dalam hidup ini, maka hidup adalah anugerah. Hidup ini menjadi sangat menyenangkan. Kita telah menerima berbagai anugerah Tuhan tetapi manusia seringkali tidak menyadari tujuan dari anugerah Tuhan itu. Kita buta atas anugerah yang Tuhan berikan. Tuhan memberikan kita kesehatan, kekayaan, pekerjaan, jabatan, waktu dsb. Pernahkah kita tahu untuk apa semua itu ? Lihatlah orang buta itu. Tuhan mencelikkan matanya, dan ia segera mengikut Yesus.
Kita perlu menempatkan diri sebagai orang miskin dihadapan Tuhan. Sebab (Matius 5 :3 ) : ‘Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.’ Kita boleh dan layak mengemis kepada Tuhan. Namun,  barangkali kita tidak hanya terus-menerus mengemis dalam bentuk  tradisional, yaitu meminta harta, jabatan, jabatan, kesehatan, atau bagaimana saya besok masuk sorga. Tetapi karena kita sudah moderen maka kita juga perlu mengemis secara moderen kepada Tuhan : ‘Untuk apa atau bagaimana saya menggunakan anugerah yang Tuhan telah berikan ini ?’ Atau, apakah Tuhan harus mencabut kembali anugerahNya, atau kita menunggu sampai kita meninggalkan anugerah itu tanpa pernah menggunakannya ? Tuhan berkuasa atas semua itu. Oleh sebab itu gunakanlah segala anugerah Tuhan untuk kehendak sang Mahakuasa.
Si buta pengemis ini sangat beruntung karena ia dapat bertemu dengan Yesus, menyampaikan keinginannya, dan menerima anugerahNya. Lebih bersyukur lagi, dengan anugerah Tuhan yang diperoleh maka ia mempersembahkan matanya dengan mengikut Yesus. Jika sekarang ini adalah saat-saat terakhir saudara dapat berkomunikasi dengan Tuhan, apa yang hendak saudara katakan kepada Tuhan atas segala yang saudara miliki ? AMIN

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar