5 Februari 2016

2 Korintus 3:12 - 4:2 (Minggu, 10 Peb 2016)


               ROH YANG MEMERDEKAKAN
           

Kita sering menyapa orang yang sudah kita kenal sambil memberitahukan raut wajahnya. Misalnya : - eh…kok kamu bersedih, wah….ceria sekali kelihatannya, bah….kok ngelamun ? Yah,…kita memang diberikan kemampuan membaca wajah orang-orang yang ada di sekitar kita. Kondisi wajah seseorang dapat dipengaruhi faktor dari luar maupun dari dalam. Kita bisa memberi perawatan rambut, wajah, kulit, sehingga tampak anggun, cerah, cantik. Itu pengaruh dari luar. Sedangkan pengaruh dari dalam ditentukan oleh hati, jiwa, pikiran kita. Ketika hati kita sedang sukacita, jiwa kita tentram-damai, atau pikiran kita begitu tenangnya, maka wajah kita turut memancarkan sukacita.

Musa dikenal sebagai tokoh yang memimpin umat Tuhan selama perjalanan 40 Tahun. Salah satu peristiwa yang cukup dikenang dalam kepemimpinannya adalah perjumpaannya dengan Tuhan di Gunung Sinai.  Dalam perjumpaan itu, Tuhan mengadakan perjanjian dengan umatNya. Perjanjian Tuhan itu dituliskan/dituangkan dalam dua loh batu, yang sekarang kita kenal Kesepuluh Firman. Perjumpaan Tuhan dengan Musa itu berlangsung selama 40 hari/malam; tidak makan roti dan tidak minum air.
Lalu Musa turun dari gunung Sinai itu dengan membawa dua loh ditangannya. Musa tentu merasa letih-lesu, wajahnya kusam/capek, namun tanpa disadari Musa, kulit mukanya justru bercahaya (Kel. 34:29). Wajah Musa bercahaya karena ia telah berbicara dengan TUHAN dan menerima firmanNya dan siap memberlakukannya.
Bagaimanakah umat menyambut Musa yang membawa dua loh batu berisi firman Tuhan itu ?
1.       Mereka ketakutan
Kehadiran Musa dengan cahaya itu merupakan pancaran sinar Tuhan, yang penuh kemuliaan itu. Namun, umat yang berdosa itu tidak mampu memandang sinar Tuhan pada wajah Musa. Umat yang masih dipenuhi dosa tidak kuasa menatap sinar Tuhan itu.
2.       Umat tidak memahami akan Hukum Tuhan
Musa sangat bersukacita saat menerima perjanjian Tuhan, yang tertuang dalam hukum Tuhan. Namun, tidak demikian dengan umat, umat tidak menerima firman itu dengan sukacita. Pikiran dan hati mereka terselubung oleh dosa. Mereka tidak dapat memahami perjanjian Tuhan itu. Mereka memandang firman Tuhan sebagai beban. Mereka tidak kuasa menikmati janji Tuhan itu sebagai janji keselamatan bangsa itu. Mereka tidak pernah membiarkan firman itu berbicara kepada dirinya. Hati mereka terselubung. Jiwa mereka tidak pernah terpuaskan, hati dan pikiran mereka terkungkung. Mereka tidak dapat menerima firman Tuhan karena mereka belum menerima Tuhan sepenuhnya. Bangsa Israel tidak mengerti maksud sebenarnya dari Hukum Taurat. Paulus mengatakan bahwa selubung ini hanya dapat dibuka  jika orang menafsirkan hukum itu dengan mengimani Yesus sebagai Kristus.
Firman Tuhan berkata (16), jika orang berkeinginan membuka selubung dalam dirinya, maka ia harus berbalik kepada Tuhan. Mereka perlu berbalik kepada Tuhan agar hati mereka dibukakan. Dengan menerima Yesus maka selubung itu akan terkuak, sehingga hati manusia dapat memandang Tuhan. Lalu manusia dapat memahami dan memberlakukan kehendak Tuhan. Dalam hidup yang demikianlah manusia menikmati sukacita. Segala usaha, pekerjaan yang digeluti tidak dipandang sebagai beban hidup tetapi bagian dari panggilan hidup. Saat demikianlah manusia dibebaskan dari tekanan, ia bisa menikmati kehidupan. Itulah manusia yang merdeka. Tuhan memberi RohNya agar manusia merdeka menyatakan kebenaran.

Pergumulan seringkali menghampiri hidup manusia ; entah itu rumah tangga, pekerjaan atau bisnis, ekonomi, pasangan hidup, keluarga, sakit-penyakit, keturunan dsb. Lalu, kita tidak mampu melihat jalan keluar dari pergumulan itu. Kita hanya ingin menuruti keinginan daging. Kita tidak memberi ruang untuk merenungkan maksud Tuhan bagi kehidupan kita. Selain itu betapa sulitnya kita mengubah sebahagian dari sifat-sifat kita yang tidak berkenan bagi Tuhan dan sesama, dan kita mempertahankan keegoisan kita. Semua itu telah membuat kita terkungkung. Kita menjadi tidak mampu memancarkan kasih Tuhan.
Kita lupa, bahwa sesungguhnya kita diutus Tuhan ke dalam dunia ini untuk maksudNya. Kita perlu mengundang Roh Allah mendiami hati kita, sehingga kita dibebaskan dari kungkungan dosa, yang menjadi beban dalam hidup ini. Ay. 17 : ‘Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan. Kehidupan manusia tanpa Roh Allah adalah kehidupan yang terbelenggu, terkungkung.
Banyak hal yang membuat kita terbelenggu dalam hidup ini ; budaya, kemajuan zaman, kekayaan/kemiskinan. Semua ini karena hati manusia tertutup bagi Roh Tuhan.
 Mari saudara-saudara, terima Roh Allah dalam diri kita. Biarkan Roh Allah itu membuka selubung hati kita agar kita beroleh kemerdekaan di dalam Tuhan. AMIN

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar