7 April 2016

Mazmur 30:2-13 (Epistel)



        UMAT YANG MEMBERITAKAN KEMASYHURAN TUHAN

Banyak dan ragam peristiwa yang terjadi di dalam hidup kita. Pernahkah kita merenungkan peristiwa demi peristiwa yang kita alami, dan menemukan makna dari setiap peristiwa itu. Atau, kita membiarkan segala peristiwa itu berlalu begitu saja. Mungkin peristiwa yang teramat berat sekali pun akan berlalu begitu saja tanpa pernah kita renungkan untuk menemukan maknanya. Adakalanya kita perlu berhenti sejenak untuk merenungkan setiap peristiwa yang sedang kita alami atau yang telang berlalu.  

Pemazmur menyempatkan dirinya berhenti sejenak untuk merenungkan perjalanan hidup yang pernah dilaluinya. Hasil perenungan pemazmur ini memiliki nilai yang tinggi sekali, sebab ia memiliki pengenalan tersendiri tentang Tuhan. Pemazmur ini menyadari bahwa seluruh hidupnya berada di dalam kuasa  Allah. Perenungan itu meyakinkan pemazmur bahwa Tuhan telah  memberi keselamatan kepadanya, baik dari ancaman musuh maupun penyakit yang nyaris merenggut nyawanya. Tuhan masih memberi kesempatan bagi pemazmur mengisi kehidupan ini.
Tuhan itu memang dapat murka tetapi itu hanya sesaat. Namun, kemurahan hati Tuhan jauh lebih besar dari murkaNya. (30:6) “Sebab sesaat saja Ia murka, tetapi seumur hidup Ia murah hati; sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi terdengar sorak-sorai.”  Suasana hidup yang silih berganti itu dirasakan Pemazmur sebagai kehendak Allah yang baik. Pengalaman hidup ini menjadi kesaksian bagi Pemazmur. Allah bertindak bagi manusia agar manusia itu terbentuk menjadi manusia seutuhnya, manusia yang beriman. Manusia memang membedakan senang dan susah tetapi bagi Pemazmur, segala tindakan Allah adalah anugerah bagi manusia. Seandainya pemazmur ini masih hidup maka ia pasti menyukai lagu KJ. No. 439.
Kesaksian Pemazmur tidak berhenti sekedar perbuatan Allah bagi dirinya tetapi ia bergerak mengajak orang lain supaya turut merasakan perbuatan Allah dan setiap orang yang telah merasakannya patut bernyanyi dengan penuh ucapan syukur.
Pengenalan dan pemahamannya tentang Tuhan telah meneguhkan iman pemazmur dengan kokoh. Tuhan itu sungguh baik bagi umat yang yang setia kepadaNya. Namun adakalanya Tuhan memalingkan wajahNya dari orang-orang yang jahat. Ketika Tuhan menyembunyikan wahNya maka manusia jahat itu patut terkejut.
Bentuk nyata dari rasa syukur Pemazmur adalah ia masih hidup. Karena itu, ia akan bersyukur dengan memberitakan kesetiaan Tuhan. Jika Tuhan telah mencabut nyawa pemazmur maka ia tak dapat lagi bersyukur dan memberitakan kasih setia Tuhan. Tetapi atas hidup yang diberikan Tuhan kepada pemazmur, maka itu adalah kesempatan baginya untuk bersyukur dan memberitakan Tuhan. Kesempatan hidup yang diperoleh pemazmur akan digunakan untuk bersyukur dan memberitakan kesetiaan Tuhan. Maka bagi pemazmur ini, “Hidup adalah pelayanan bagi Tuhan.”
Pemazmur menyadari, bahwa Tuhan sungguh-sunguh telah mengubahkan dirinya. Ia yang menderita telah dapat menari-nari dengan sukacita. Pengasihan Tuhan cukup menyentuh jiwa pemazmur. Karena itu, ia tak bisa berdiam diri, ia terus memuji Tuhan dengan menyanyikan syukur.

Tuhan kita adalah Tuhan yang murah hati. Kemurahan hati Tuhan harus kita syukuri melalui kehidupan kita. Kita bisa mensyukurinya dengan melakukan pelayanan secara sukacita. Hidup sukacita adalah hidup manusia yang berkualitas. Melayani dengan sukacita adalah perbuatan orang-orang yang dapat merasakan kasih Allah.
Ada banyak orang yang bisa bersaksi bahwa kemiskinan mendorong ia menjadi orang yang berhasil. Kemiskinan yang dialami membuatnya bekerja keras sehingga ia menjadi orang yang berhasil. Kemiskinan bukan dilihat sebagai penderitaan tetapi berkat Tuhan. Dengan demikian seluruh kehidupannya disyukuri.
Karena itu, hendaklah engkau menjalani kehidupan ini dengan mengucap syukur kepada Tuhan. Mengucap syukur kepada Tuhan dengan melakukan segala perintahnya, hidup dengan benar, menjauhi segala yang tidak berkenan bagi masyarakat dan gereja. AMIN.

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar