1 Juni 2016

Kolose 3:1-11 (Minggu, 31 Juli 2016)



                         TERUS MENERUS DIPERBAHARUI


Kebangkitan Kristus merupakan kemenangan (kebanggaan) dalam hidup kekristenan, sebab memberi keselamatan bagi setiap orang yang percaya kepadaNya. Seirama dengan iman percaya atas kebangkitan Kristus, maka arah hidup orang percaya bukan lagi dunia ini. Orang percaya memang masih berada di bumi ini dan Tuhan terus memakai umatNya menjadi garam dan terang. Hidup yang demikian boleh terjadi bila orang percaya itu mengarahkan pandangannya pada kehidupan kekal. Jika tidak, maka ia sendiri akan kembali terseret oleh nafsu duniawi yang menjadi sumber dosa bagi manusia. Orang yang sudah percaya kepada Kristus, maka kehidupan dunia bukan lagi sebuah perkara besar. Orang percaya melihat dunia sebagai sebuah panggung untuk mewartakan perkara besar, agar semua umat turut merasakan nikmat sorgawi.   

Orang percaya memang masih berada di atas bumi, tetapi ia harus rela melepaskan ragam sifat buruk dunia. Paulus menguraikan keburukan dalam kehidupan manusia. Sifat buruk itu dipilah dalam dua bagian (a) sifat buruk tersembunyi, dan (b) sifat buruk terbuka. Sifat buruk tersembunyi itu antara lain : percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat, keserakahan. Paulus menasehatkan supaya sifat buruk tersembunyi ini dimatikan. Sifat buruk tersembunyi ini memang tidak segera dilihat oleh orang lain tetapi berakibat dahsyat bagi orang yang menjadi mangsanya. Keinginan untuk berbuat jahat. Tidak puas kalau tidak berbuat jahat. Perbuatan tersembunyi ini sangat menjijikkan dihadapan Tuhan. Itu sebabnya, sifat buruk tersembunyi ini disetarakan dengan penyembahan berhala, karena semua itu akan dilakukan untuk memenuhi keinginan duniawi. Perbuatan itu sungguh menjijikkan bagi Tuhan dan akan mendatangkan murka bagi yang melakukannya. Kejahatan seperti itu harus dikikis habis/dimatikan. Sebab, jika masih ada bekasnya, maka kecenderungan untuk melakukannya kembali sangat terbuka. Dengan melakukan berulang-ulang kejahatan tersebut, berarti ia gagal menjadi manusia baru.
Selain sifat buruk tertutup itu ada juga sifat buruk terbuka : marah, geram, kejahatan, fitnah, kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu. Sifat buruk terbuka ini ada di dalam diri manusia. Sifat ini sebenarnya bukan bawaan tetapi lingkungan sangat memberi pengaruh. Ia memang tidak berakar di dalam diri seseorang, namun ia dapat muncul sewaktu-waktu. Karena itu, apabila sifat buruk itu muncul maka ia harus dibuang. Perubahan manusia harus mengalami proses secara terus-menerus diperbaharui hingga menjadi karakter.
Jemaat Kolose yang baru saja menggabungkan diri dalam persekutuan Kristus, tentu masih segar di dalam ingatannya, bahwa mereka dahulu turut melakukan perbuatan jijik itu. Tetapi Allah telah memindahkan mereka dari manusia duniawi menjadi manusia rohani. Puncak dari terciptanya manusia baru adalah apabila seluruh anggota diikat dalam kesatuan Kristus, dimana tidak ada lagi perbedaan. Semua telah terhisab menjadi manusia baru, yang status status dan kedudukan sama di hadapan Tuhan.

Kematian Kristus merupakan peristiwa penebusan dosa-dosa manusia. Manusia yang berlumur dosa itu telah disucikan Kristus dengan darah kudusNya. Orang percaya selayaknya tidak lagi jatuh ke dalam lumpur dosa. Pilihan mengikut Kristus berarti kesediaan menanggalkan manusia lama serta kelakuan buruknya. Melepaskan kelakuan lama dan buruk bukanlah hal mudah, ia harus dilatih secara terus-menerus. Bersama dengan Kristus, Allah akan terus membaharui manusia sehingga menjadi ciptaan baru. Dengan demikianlah mereka dilayakkan bersama dan satu dengan Kristus. Manusia yang dibaharui hidup dengan menerima Kristus akan menjadi satu dalam kematianNya dan satu dalam kebangkitanNya.
Hidup bersama Kristus tidak mengenal kompromi dengan kejahatan, baik jahat tersembunyi maupun jahat terbuka. Hidup orang percaya tidak lagi hanya memikirkan dunia, yang memang hanya menjanjikan kesemuan. Namun, hidup orang percaya mengarah pada kehidupan rohani, yang dapat memberikan kepuasan, kenikmatan, sukacita, dan kedamaian hidup. AMIN

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar