1 Juni 2016

Wahyu 22:1-5 (Minggu, 5 Juni 2016)



     TUHAN MENERANGI UMATNYA UNTUK MEMELIHARA LINGKUNGAN HIDUP

Tuhan itu baik. Kalimat indah diucapkan apalagi sungguh dinikmati. Kebaikan Tuhan itu berlangsung sejak manusia diciptakan. Tuhan terlebih dahulu mempersiapkan segala kebutuhan manusia, termasuk hidup harmonis dengan alam. Tuhan membuat taman di Eden dilengkapi sungai, sehingga pohon-pohon bertumbuh. Tuhan menempatkan Adam dan Hawa di tempat asri nan indah itu untuk merajut cinta kasih. Adam memasukkan kakinya ke dalam air dan Hawa mempermainkan air dengan tangannya. Mereka memadu kasih di alam segar sambil meneguk air jernih dari sungai mengalir. Tuhan berpesan kepada Adam dan Hawa, ‘Aku senang melihat kalian menikmati taman ini. Keturunan kalian pun akan sangat gembira berada di tempat seperti ini. Karena itu, peliharalah taman ini !’ (Kejadian 2:18). Adam pun tersenyum dan Hawa tersipu malu atas ungkapan Tuhan itu. Dalam hati mereka berkata, ‘Engkau sungguh baik. Semoga anak-anak kami kelak tetap dapat memelihara dan menikmati keasrian alam ini’. 

Kini, semua telah berubah. Alam begitu rusak dan kotor. Manusia tidak lagi bersahabat dengan alam. Panas atau gerah adalah kata-kata yang sering terucap dari mulut manusia. Musim tak lagi teratur. Manusia mengeluh ; mengeluh saat matahari memancarkan sinarnya, mengeluh saat matahari tak menampakkan diri, mengeluh saat datang hujan, mengeluh saat musim kemarau. Manusia susah mencari makanan serta kesulitan memperoleh air bersih. Bencana alam (banjir, longsor, kekeringan) terjadi di berbagai tempat. ‘Mungkin Tuhan mulai bosan, melihat tingkah kita atau alam yang enggan bersahabat dengan kita’ cuplikan dari sebuah lagu Ebiet G. Ade. Tentu jawabnya bukan pada rumput yang bergoyang, tapi manusia perlu merenungkan sikapnya terhadap lingkungan.

Tuhan tidak akan membiarkan alam ini porak-poranda. Tuhan telah menjadikan alam dengan keseimbangannya terhadap hidup manusia. Tuhan menghendaki agar alam turut mengungkapkan keagunganNya bagi manusia. Namun, jika manusia terus menerus merusak bumi ini, maka Tuhan akan membaharuinya menjadikan langit dan bumi baru. Itu yang dinubuatkan nas ini, yaitu kehidupan masa depan yang indah.
Ada sungai yang mengalirkan air yang sangat jernih. Manusia menikmati air yang menyegarkan tubuh. Air itu mengalir ke luar dari takhta Allah dan takhta Anak Domba itu. Air sungai itu membasahi taman indah sehingga memberikan pertumbuhan yang baik bagi pohon-pohon. Pohon-pohon itu menghasilkan makanan bagi manusia yang tak pernah habis. Anak-anak Tuhan tak pernah kekurangan, sebab tiap bulannya pohon itu menghasilkan makanan. Selain kebutuhan pangan, pohon-pohon itu juga menghasilkan daun-daun yang dapat menyembuhkan penyakit. Segala jenis penyakit, sekalipun sakit keras dan menjijikkan dapat disembuhkan daun dari pohon tersebut. Intinya, tidak ada lagi laknat, tidak ada lagi najis di dalam kehidupan manusia.
Hidup indah hanya terjadi jika yang memerintah (mengelola) adalah Anak-anak Tuhan bersama dengan Allah. Seluruh anak-anak Tuhan akan memerintah dengan memandang pada wajah Allah. Allah akan selalu memberi ‘kode’ untuk dilakukan anak-anak Tuhan. Wajah Allah menyinari umatNya, memberi kesejukan dan kedamaian. Mereka akan memperlakukan setiap orang dengan adil. Anak-anak Tuhan tidak perlu memikirkan kehidupan jasmani. Tak ada lagi keserakahan sebab semua telah Allah sediakan. Seluruh anak-anak Tuhan hanya menaikkan pujian tanpa putus-putusnya, semua beribadah menyembah Tuhan.

Allah menempatkan manusia di bumi ini dengan kuasa untuk mengelola, sehingga terpenuhi kebutuhan hidupnya. Walaupun populasi manusia bertambah, sesungguhnya Allah telah menyiapkan kesejahteraan hidup umatNya. Allah memberikan segala kelengkapan untuk memelihara dunia ini, termasuk alat teknologi untuk kemudahan mengolah bumi ini. Namun, manusia jatuh ke dalam keserakahan. Manusia mengeksploitasi bumi yang didukung teknologi dengan mengabaikan hukum, etika, dan moral.
Selain eksploitasi bumi yang luar biasa, manusia juga tidak peduli terhadap lingkungan ; limbah industri, kebakaran hutan yang tidak dapat dipadamkan; perambahan suaka alam, polusi udara di daerah perkotaan, penghancuran terumbu karang, penimbunan hutan bakau untuk pemukiman, pembuangan sampah tanpa pengolahan. Ketidakpedulian terhadap lingkungan ini telah menimbulkan bencana alam ; banjir, longsor, kemarau panjang. Bumi menjadi rusak. Jika manusia terus merusak bumi ini, maka akan dapat menimbulkan kepunahan hidup manusia
Seminar tentang kepedulian terhadap alam sudah sejak dahulu dan sering diselenggarakan, namun yang muncul adalah kepura-puraan. Seminar lingkungan hidup tapi menggunakan gelas plastik untuk menyajikan konsumsi adalah kemunafikan.
Gereja adalah ‘mandataris’ Allah untuk menguasai, mengelola dunia ini. Sepatutnya kita memelihara dan memanfaatkan lingkungan bagi kehidupan manusia, sebagai bagian dari karya Tuhan yang berkelanjutan. Sesungguhnya, Tuhan menyediakan air kehidupan, air yang bukan saja membasahi tenggorokan tetapi melegakan hati (rohani) manusia. Tuhan akan memenuhi rasa haus dan lapar anak-anakNya. Ia juga adalah Tabib yang memberikan penyembuhan luka-luka karena dosa. Tuhan telah mencukupkannya bagi tiap-tiap orang, termasuk untuk generasi yang akan datang.
Mari kita menghentikan keserakahan atas nilai-nilai dunia ini. Ingat, orang serakah tidak akan ikut menjadi penghuni langit dan bumi baru yang disiapkan Tuhan. Mereka akan terus gelisah di bumi yang dirusaknya sendiri dan hidup dengan umpatan yang terucap spontan karena pe-el-en sering padam. Tapi bagi orang taat akan firmanNya, maka sinar cahaya wajah Allah cukup menerangi hidupnya. AMIN

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar