11 Agustus 2016

Lukas 12:49-56 KEMUNAFIKAN



 MEMILIH DAN MEMUTUSKAN YANG BENAR DALAM TUHAN

Jika membaca nas ini secara harafiah, maka kedatangan Yesus ke dalam dunia ini membuat kita merinding. Yesus bagaikan pembawa kekacauan hidup manusia dengan membakar dunia. Manusia seperti dihentakkan dari pemahaman yang telah terbangun, bahwa Yesus penuh cinta kasih, lembut, bersahaja dan pembawa damai. 

jangan takut….hahaha… Yesus sedang memberi wejangan kepada para muridNya, agar mereka memahami segala yang terjadi atas tugas panggilannya. Lukas menarasikan Yesus yang sungguh-sungguh hadir di dalam sejarah dunia. Yesus datang membawa api untuk menerangi manusia yang berada di dalam kegelapan dunia. Manusia  telah berjalan di dalam kegelapan karena tidak ada terang. Di dalam kegelapan itu tidak ada kegaduhan, semua berdiam diri. Namun, situasi yang demikian bukan berarti damai. Saat api menyala maka manusia dapat melihat segala sesuatunya. Manusia dapat melangkah dengan selamat.  
Api yang sesungguhnya itu adalah Injil (Kebenaran). Yesus telah datang ke dalam dunia membawa Kebenaran. Yesus telah memilih dan mengutus  para murid untuk mewartakan Kebenaran itu ke segala penjuru. Yesus berharap Kebenaran itu menggelora di dalam hati murid-muridNya dan setiap orang yang mendengar. Api yang menyala akan memberi pengaruh. Yesus menyadari bahwa kobaran api Injil itu cukup membakar (menghentakkan/menyadarkan) manusia. Injil itu memang akan menimbulkan pro-kontra ; ada yang menerima dengan sukacita dan ada yang menolak begitu ganasnya. Puncak dari kobaran api itu adalah menangkap ‘pelaku pembakar’. Yesus akan ditangkap dan dihukum seperti orang yang kesesakan. Ia harus dicemplungkan ke dalam air, sebagai tanda penderitaan (Mazmur 69:2-5). Peristiwa ini sangat dinantikan Yesus sebagai tanda telah dimulainya kehadiran Kerajaan Allah di bumi.
Kobaran api akan terus menyala sampai maranatha. Selama kobaran api menyala akan ada yang berupaya memadamkan. Terjadi pertentangan antara yang mengobarkan api dan yang hendak memadamkan. Pertentangan itu dapat terjadi pada skala kecil tetapi pasti juga mencakup skala besar (gereja dan dunia).
Selanjutnya (ay.54-56), Yesus berkata kepada orang banyak, yang tentunya juga hadir orang-orang Farisi.  Yesus berbicara di hadapan khalayak ramai, dengan konkrit dan tajam. Yesus menohok satu sikap manusia yang masih berada di dalam kegelapan.  
Farisi adalah orang awam namun mengambil posisi penting dalam keagamaan Yahudi. Mereka adalah orang-orang yang memiliki kemampuan menafsir Taurat. Orang-orang Farisi mememperjuangkan hasil tafsirannya, terutama yang berkaitan Sabat, rituil dan soal persepuluhan. Namun, semua itu hanya formalisme kosong (pemenuhan hukum secara harafiah), sehingga bukan menumbuhkan iman percaya kepada Tuhan.
Mereka seperti orang percaya dan setia kepada agama yang dianutnya. Ia tampak melakukan ritual keagamaannya, tetapi mereka sebenarnya tidak percaya. Mereka melakukan ritual agama tetapi hanya formalitas. Mereka berdoa di persimpangan jalan supaya terlihat sebagai orang saleh. Dalam praktek hidupnya, mereka memisahkan diri secara sombong dengan memandang rendah rakyat sambil mempertahankan sifat kelompok mereka pribadi. Arah dan tujuan mereka hanya sebatas nilai dunia yang dianggap menguntungkan dirinya.
Orang-orang Farisi cukup memiliki kepintaran, tahu kapan datang hujan dan kapan datang angin. Sesungguhnya mereka juga paham akan perjalanan sejarah umatnya (nenek moyangnya) ; kapan Tuhan mengasihi mereka, dan kapan Tuhan menjadi murka atas mereka. Orang Farisi mestinya bukan berpura-pura tidak mengetahui perintah Tuhan untuk dilakoni. Mereka menerima dan memberlakukan di dalam hidupnya segala yang berkenan kepada dirinya. Tetapi mereka seolah-olah tidak paham akan segala yang dianggap merugikan dan tidak berkenan kepada dirinya. Itulah kemunafikan.

Kemunafikan !!! Itulah sesungguhnya yang terjadi di dalam hidup manusia. Manusia tampak berlaku saleh, seolah-olah dunia berada pada kondisi tenteram, aman, damai sejahtera. Padahal, manusia hidup dengan ragam kejahatan ; penindasan, keangkuhan, pembiaran atas kejahatan, membela yang salah. Yesus membongkar kemunafikan manusia. Selama ada kemunafikan, maka tidak ada damai.
Kebenaran akan membuat para pelaku kejahatan menjadi gelisah dan selalu menentang kebenaran itu, sekalipun mereka paham atas kebenaran itu. Yesus menyebut pertentangan di dalam keluarga (inti). Keluarga Kristen adalah persekutuan gereja terkecil. Kita adalah persekutuan gereja yang lebih besar. Yesus menghendaki seluruh umatNya hidup dalam kebenaran. Sebab Allah juga menghendaki agar seluruh manusia menjadi ‘keluarga Allah’. Keluarga Allah adalah keluarga yang menyatu dalam kasih dan kebenaran.
Tuhan memberikan hikmat dan mengaruniakan RohNya (hati, jiwa, pikiran) bagi manusia sehingga tahu yang baik dan buruk di hadapan Tuhan. Manusia adalah makhluk bebas. Tuhan memberikan kebebasan bagi manusia untuk memutuskan pilihannya. Jangankan manusia, iblis pun diizinkan Tuhan mencobai hambaNya Ayub, sekalipun pada batas tertentu. Manusia yang telah diberi akal dan budi diberi Tuhan kebebasan untuk memilih dan memutuskan tindakannya. Namun, setiap orang yang menerima Injil itu akan beroleh keselamatan. AMIN

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar