21 Oktober 2016

Yesaya 1:10-18 (Khotbah Minggu)


      BERTOBAT DAN KORBAN PERSEMBAHAN

Kehidupan beragama tampak makin semarak pada masa kini. Tempat beribadah (gereja) makin banyak dikunjungi, bahkan ada yang dua kali beribadah pada minggu yang sama di tempat berbeda. Asesoris/simbol agama muncul begitu hebatnya, baik yang bergantungan di tubuh penganutnya maupun tertempel di rumah atau mobil. Nuansa agama juga sangat terasa di pasar swalayan dengan pajangan asesoris agama dan mengalunkan musik pada saat atau menjelang hari perayaan sebuah agama. Semua itu cukup membanggakan bagi para penganut agama itu. Secara khusus, nuansa keagamaan bagi orang Batak Kristen sangat terasa pada bulan Desember s/d Maret. Mereka merayakan Natal dan Bona Taon dengan ibadah, baik untuk parmargaon maupun parsahutaon. Sebagai orang beragama, kita tentu mengapresiasi semua itu.

Apakah Tuhan menuntut simbol dan perayaan agama itu ? Apakah juga Tuhan menuntut kesalehan dari umatNya ? Yesaya dengan keras mengecam para pemimpin-pemimpin sebagai manusia Sodom dan manusia Gomora.  Sebutan ini hendak menyebutkan bahwa para pemimpin telah berlaku jahat. Sodom dan Gomora dikenal tempat sex bebas, yang mengakibatkan kota itu dimusnahkan. Demikianlah para pemimpin itu disebut sebagai ‘manusia pezinah’. Mereka datang ke Bait Suci Tuhan untuk beribadah, memuji Tuhan, memberi korban persembahan, dan berdoa. Mereka menunjukkan diri mereka sebagai orang saleh dengan melaksanakan kewajiban agama.
Tetapi Tuhan mencela praktek agama para pemimpin itu. (a) Korban persembahan. Mereka memberi korban persembahan, tetapi Tuhan tidak berkenan atas korban persembahan mereka. Tuhan mencium bau busuk atas korban persembahan mereka. Kehadiran para pemimpin itu bukan memuji Tuhan tetapi dianggap sebagai penghinaan (menginjak-injak) atas Bait Suci. (b) Doa. Doa adalah komunikasi (perjumpaan) dengan Tuhan. Orang Yahudi memiliki tradisi berdoa dengan wajah menghadap ke atas. Namun Tuhan memalingkan mukaNya dari pandangan mereka. Tuhan tak berkenan mendengarkan doa mereka.
Kesalehan agama yang dilakukan para pemimpin itu adalah kemunafikan. Penyembahan dan persembahan mereka tidak didasarkan dari hidup yang benar. Hidup keseharian mereka dilumuri dosa. Mereka hidup dengan kejahatan, membiarkan terjadinya penindasan pada orang lemah, mereka tidak membela anak-anak yatim, mereka mengabaikan hak para janda.
Melakukan dan membiarkan kejahatan adalah dosa. Tuhan menghendaki agar mereka menghiasi hidupnya dengan kebenaran. Para pemimpin itu perlu terlebih bertobat. Pertobatan yang Tuhan kehendaki : (a) Membasuh diri. Membersihkan diri bukan dengan kesalehan belaka, tetapi agar para pemimpin itu tidak lagi berbuat jahat. (b) Berbuat baik. Berbuat baik bukanlah dengan melepaskan diri tetapi turut melibatkan diri dalam pergumulan dunia. Sebagai orang yang memiliki kuasa, mereka harus menghentikan segala kejahatan : mengupayakan keadilan, mengendalikan orang-orang kejam, membela hak anak-anak yatim, memperjuangkan perkara janda-janda! Dengan keterlibatan para pemimpin itu, maka Tuhan berkenan ‘berperkara’ dengan mereka. Tuhan berkenan berjumpa dengan umatNya. Kehidupan yang demikianlah yang disebut BERTOBAT. Perbuatan-perbuatan baik itu yang berkenan bagi Tuhan, dan hal itu jauh lebih utama daripada persembahan korban yang penuh kejahatan.

Kita memang bergelimang dengan dosa, datanglah kepadaNya dengan remuk hati. Tuhan berkenan mengampuni kita yang berdosa. Kita perlu membersihkan diri dengan menjauhi kejahatan. Firman Tuhan yang menegor harus mengubahkan diri kita hingga turut ambil bagian dalam terciptanya keadilan, kasih dan damai sejahtera. Yesus Kristus adalah kebenaran, Ia telah melakukan kesetiaan dan keteguhan melalui kematianNya di kayu Salib. Ia telah menebus kita.
Berbuat baiklah. Seorang filsuf berkata : ‘Orang yang baik akan memilih lebih baik menderita oleh karena perlakuan jahat daripada melakukan kejahatan. Hidup dengan berbuat baik, kebenaran, kesetiaan dan keteguhan kepada Tuhan; maka kita akan memperoleh kebahagiaan, damai sejahtera dan keselamatan yang kekal.
Firman Tuhan ini memanggil kita turut memberitakan Berita Sukacita bagi setiap orang. Kalaupun kita tak dapat menghempang kejahatan secara langsung, tapi janganlah ikut dalam kejahatan itu, dan berdoalah bagi pelaku kejahatan, semoga ia mengalami pertobatan. Kita dipanggil untuk membebaskan orang-orang dari kungkungan kegelapan dan penderitaan. Itulah pertobatan.
Orang-orang yang datang ke rumah Tuhan adalah anak-anak Tuhan yang mau berjumpa dengan Tuhan. Kita bersyukur atas kasih Tuhan, karena kita merasakan berkatNya. Kita juga datang ke rumahNya membawa dan menyerahkan ragam pergumulan (sakit, ekonomi, pekerjaan dsb). Kita ingin agar Tuhan campur tangan di dalam pergumulan itu. Kita menyembah Tuhan dengan nyanyian, doa, persembahan. Pujian kepada Tuhan itu tentunya karena umat telah merasakan kasih Tuhan. Ibadah memang puncak dari respon kita atas kasih Tuhan. Ibadah kita akan menjadi benar apabila di dalam hidup keseharian kita berlaku benar, saling mengasihi. Demikianlah pertobatan yang Tuhan kehendaki, sehingga penyembahan dan persembahan kita berkenan bagi Tuhan. Marilah kita hidup dengan benar. AMIN

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar