3 Maret 2017

Yohanes 4:5-26 (Khobah Minggu)



        YESUS SUMBER AIR KEHIDUPAN

Haus...haus....haus....suasana yang terus dirasakan manusia dalam hidupnya. Manusia pun mencari yang dapat melegakan rasa hausnya. ‘air’ itulah yang dapat melegakan manusia dari rasa hausnya. 

Sikhar adalah nama sebuah daerah yang terletak antara Yerusalem dengan Galilea. Daerah tersebut dihuni oleh orang Samaria. Di tanah itu terdapat sebuah sumur, yang menjadi sumber air bagi penduduknya. Yakub pernah membeli tanah di sini dan membangun sebuah mezbah (Kej. 33:18-20). Itu sebabnya nama Yakub terus diingat oleh orang yang tinggal di Sikhar. Orang Samaria bukanlah penduduk asli Sikhar, melainkan pendatang. Mereka tinggal di daerah itu atas pemberian dari bangsa Assyur.
Ketika Yesus melakukan perjalanan dari Yerusalem ke Galilea, maka Dia harus melewati Sikhar. Yesus merasa letih, terlebih saat itu sedang terik matahari. Sejenak Yesus beristirahat dan tepat di dekat sumur Yakub itu. Seorang perempuan Samaria datang hendak mengambil air ke sumur itu.
Perjumpaan ini tentu saja menimbulkan ketegangan, karena perempuan ini mengetahui bahwa Yesus adalah orang Yahudi. Orang Yahudi memandang rendah orang Samaria. Orang Samaria dan Yahudi memiliki sejarah yang buruk, sehingga hubungan keduanya tidak pernah akur. Selain hubungan yang kurang harmonis itu, orang Samaria memiliki perbedaan dengan orang Yahudi ; Bait Suci orang  Samaria ada di gunung Gerizim (1 Raja 16:32), sedangkan orang Israel memiliki Bait Suci di Yerusalem. Orang Samaria hanya menggunakan buka Pentateukh, sedangkan orang Yahudi turut menggunakan kitab para nabi. Perbedaan-perbedaan itu makin menimbulkan ketidakcocokan diantara keduanya.
Yesus mencairkan ketegangan dengan membuka dialog (7) : ‘Berilah Aku minum’. Namun, permintaan air tersebut ditolak oleh perempuan Samaria karena ia tak mengenalNya. Yesus kemudian menyebut bahwa inilah bukti bahwa perempuan ini tidak mengenal kasih karunia Allah. Sebab, jika perempuan itu telah mengenal kasih karunia Allah, maka ia akan dapat bermurah hati kepada siapapun.
Ketika Yesus meminta air itu, mestinya perempuan Samaria itu mencoba memahami siapa yang meminta itu. Tetapi perempuan Samaria ini tak paham. Pikiran perempuan Samaria ini hanya tertuju pada air dunia, air yang tak pernah memberi kelegaan. Ia akan terus merasa kehausan, tak pernah terpuaskan.
Perempuan Samaria ini hanya hafal dengan pemberi sumur yang menghasilkan air ini, yakni Yakub. Bagi perempuan Samaria ini, Yakub begitu besar. Yesus tidak menyangkal kebesaran Yakub yang memberi air melalui sumur itu. Namun Yesus memberitahu bahwa air dari sumur itu akan membuat yang meminumnya selalu haus lagi. Tetapi Yesus dapat memberikan air hidup, yaitu air yang memberikan kelegaan. Bahkan air yang bersumber dari Yesus akan menjadi mata air di dalam diri yang meminumnya, sehingga memberi kelegaan setiap saat. Air pemberian Yesus akan menyertai orang Samaria itu sampai beroleh hidup kekal. Perempuan Samaria ini makin menyadari penting baginya air hidup yang ditawarkan Yesus.

Nilai-nilai dunia yang semula dianggap dapat memuaskan manusia ternyata sia-sia belaka. Sebagai contoh, sekalipun perempuan Samaria ini gonta-ganti suami tetapi tidak memberikan kebahagiaan. Perempuan Samaria ini sadar bahwa ia tidak pernah menikmati hidup bahagia. Pergumulan rumah tangga dan lainnya menjadi masalah penting ketimbang persoalan air dunia yang hanya menambah kehausan.  
Perempuan Samaria ini sadar akan penyembahannya yang tidak benar karena ia menyembah allah yang tidak benar dan di atas gunung. Bagi Yesus, penyembahan yang benar bukan soal tempat melainkan bagaimana setiap orang menyembah Bapa dengan roh dan kebenaran. Ibadat yang benar dilakukan tatkala orang dipimpin oleh Roh Allah. Yesus telah membuka belenggu perempuan Samaria itu. Yesus hadir menyelamatkan perempuan Samaria. Dia tidak lagi dilelahkan oleh dunia ini sebab ia telah beroleh jaminan untuk kehidupan kekal.
Manusia memang akan terus membutuhkan air untuk kelangsungan hidupnya. Manusia perlu melestarikan lingkungan agar manusia tetap dapat memperoleh air bersih untuk menutupi dahaga kemanusiaannya.
Kebutuhan utama manusia modern pada masa kini adalah rasa haus yang cenderung untuk ‘memiliki’. Karena itu tidak mengherankan jikalau banyak orang menghalalkan cara untuk memiliki lebih banyak. Namun, semua itu menambah rasa haus yang tak pernah terpuaskan.
Kita masih lekat dengan dosa dan keinginan duniawi. Karena hati kita sesungguhnya tidak memuliakan Kristus. Kita cenderung memuliakan diri sendiri dan kuasa dunia. Dalam Kristus tersedia mata-air yang tidak pernah kering dan memuaskan dahaga. Rasa lega hanya ada dalam Kristus. Firman Tuhan (Matius 11:28) berkata, ‘Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu’. Marilah kita datang kehadirat Tuhan dengan benar, menyembah dan memberi persembahan dengan benar. Demikianlah kita menikmati kehidupan penuh kelegaan dan ketenangan. AMIN


Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar