26 April 2017

Lukas 24:13-35 (Emaus)



         MENYADARI APA YANG DIIMANI

Keadaan hidup ini sering berulang-ulang dengan suasana yang berbeda. Karena itu, mendengar, mengerti, dan mengingat atas suatu peristiwa atau perkataan sangatlah penting. Pengabaian atas semua itu dapat menjadikan keliru dan gagal paham atas suatu peristiwa yang mengikutinya.
Ketika bersama murid-muridNya, Yesus telah mengungkapkan segala peristiwa yang akan terjadi pada diriNya. Yesus mengungkapkan dan mengajarkan banyak hal kepada para muridNya. Andaikan mereka focus pada setiap ungkapan Yesus maka kematian dan kebangkitan Yesus tak perlu membuat para murid takut, khawatir, dan gelisah. Kematian dan kebangkitan mestinya menjadi sukacita bagi para murid. 

Kleopas dan seorang murid lainnya berjalan menuju Emaus pada suasana hati yang kecewa. Mereka hendak pulang ke rumahnya dan sekaligus menyegarkan tubuh dengan air panas (aek rangat – Emaus). Mereka telah letih, sedih, dan kecewa atas kematian serta hilangnya mayat Yesus. Peristiwa yang baru saja terjadi menjadi bahan percakapan antara Kleopas dengan sahabatnya sepanjang Yerusalem – Emaus. Kesedihan yang mereka alami membuat mereka tidak menyadari kehadiran Yesus. Mereka tahu bahwa ada orang bersama mereka tetapi tidak mengenal (sadar) bahwa itu adalah Yesus.
Yesus ‘nimbrung’ atas percakapkan Kleopas dan seorang sahabatnya. Kleopas langsung saja mengungkapkan pikirannya bahwa Yesus adalah seorang nabi yang penuh kuasa (memiliki wibawa), yang mereka harapkan dapat membawa pembebasan (kemerdekaan) Israel dari kekuasaan Romawi. Kleopas juga mengakui bahwa Yesus tidak ada di kubur. Tetapi ini bentuk kekecewaan, sebab Kleopas tidak meyakini berita yang beredar bahwa ‘Yesus itu hidup’. Ketidakyakinan Kleopas ini ditandai dengan kata-kata (22-24) : ‘terkejut, tidak menemukan mayat, tidak mereka lihat’.
Yesus merespon pikiran Kleopas. Yesus mengatakan : "Hai kamu orang bodoh….’. Kebodohan biasanya dikaitkan dengan pikiran (nalar atau logika) tetapi tidak demikian yang dimaksud Yesus tetapi karena ‘betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya’. Para nabi telah sering mengatakan dan mengutip firman Tuhan bahwa peristiwa yang akan terjadi pada Yesus. Tetapi mereka tidak mau memberi hati (tidak mau tahu), apalagi mau memahami, maka tak mungkin pula mereka percaya. Padahal, firman Tuhan telah menuliskan bahwa Mesias harus menderita untuk kemudian menerima kemuliaanNya. HATI YANG MEMBUAT PERCAYA….
Namun, Kleopas dan sahabatnya tidak sepenuhnya lupa atau mengabaikan ajaran dan teladan Yesus. Ajaran Yesus tentang kasih tampaknya masih melekat dalam diri mereka. Sekalipun Kleopas tidak mengenal Yesus (setelah kebangkitanNya) tetapi mereka mengajakNya untuk tinggal bersama di rumahnya, sebab matahari sudah hampir terbenam. Mereka tinggal dan makan bersama. Saat makan bersama itu, Yesus melakukan persis seperti yang dilakukan pada perjamuan malam terakhir, yaitu dengan mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan dan membagikannya. Peristiwa ini mengingatkan mereka kembali akan apa yang pernah dilakukan Yesus. Saat itulah Kleopas seperti tersadar dan sungguh melihat Yesus, tetapi Yesus segera lenyap dari pandangan mereka.
Mereka pun teringat perjalanan antara Yerusalem – Emaus sepanjang 11 KM. Semula mereka begitu lelah dan suasana hati sedih. Tetapi saat mereka telah bersama dengan Yesus maka perjalanan itu begitu ‘mengasyikkan’. Kleopas bersama sahabatnya tidak lagi merasa sedih dan lelah. Semua itu karena mereka sedang berjalan dan mendengar sang Firman. Dengan indah sekali Lukas mengutip ungkapan perasaan mereka saat berjalan dalam penyertaan Yesus (32) : ‘Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?’ Dengan penuh semangat, Kleopas bersama sahabatnya kembali ke Yerusalem untuk memberitakan perjumpaan mereka dengan Yesus. Mereka pun mewartakan Yesus Kristus yang telah bangkit itu dengan sukacita.

Kita telah sering mendengar renungan/khotbah dan membaca Alkitab (firman Tuhan), di berbagai tempat dan waktu. Apakah semua itu memberi pengaruh bagi hidup kita ? Bagaimana firman itu bertumbuh dalam diri kita ? Mengapa kita terus gelisah dan galau menghadapi hidup ini ? Bukankah seharusnya firman itu mengubahkan dan membangun, sehingga kita dimampukan dan dikuatkan menghadapi hidup ini ? Bukankah karena seluruh hidup ini kita arahkan kepada hal-hal yang jasmani, bahkan kita menjadikan firman Tuhan sebagai ‘stempel’ bagi kesuksesan dunia ? Itu juga yang terjadi dalam pikiran para murid Yesus, seperti ungkapan Kleopas (21). Mereka hanya mengharapkan sejauh kebebasan dari kungkungan pemerintahan Romawi. Padahal Yesus melampaui semua itu. Dia bukan hanya Raja bagi Israel saja tetapi bagi semua bangsa. Juga bukan sekedar perolehan jasmani tetapi Yesus memberi kehangatan cinta kasih.
Yesus Kristus tidak pernah meninggalkan kita. Dia senantiasa menyertai perjalanan hidup kita. Dia hadir pada segala waktu dan tempat dan memberikan kesegaran jiwa dan semangat baru. Namun, bagaimana kita dapat merasakan dan menyadari kehadiranNya ? Kita terus dengan tekun membaca, mendengar, merenungkan, serta mengimani firmanNya. Dengan demikianlah kita merasakan dan menyadari kehadiran Tuhan yang menyertai kita. Kehadiran Tuhan akan menguatkan dan memberi semangat yang berkobar-kobar bagi untuk mewartakan Kristus melalui pelayanan. AMIN

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar