27 Oktober 2017

Matius 22:34-46 LAKUKANLAH KASIH



        KASIH KEPADA ALLAH DAN SESAMA

Umat Tuhan sudah mengenal ‘kasih’ sejak zaman Perjanjian Lama. Kata itu sudah menggema dalam ajaran umat Tuhan. Para penguasa agama telah mengumandangkan itu dalam ajarannya, yang tertuang di dalam Taurat. Sayang sekali penguasa agama memberikan ‘tafsir terlalu dalam’. Mereka mengurai hukum Taurat itu dengan 613 aturan (kasuistik), yang membuat membuat orang kecil dan lemah menggelepar. 

Kehadiran Yesus adalah juga hendak dan telah memberlakukan kasih itu. Sentuhan Yesus terhadap para janda, yatim-piatu, orang miskin dan orang lemah merupakan penegakan terhadap hukum kasih. Sesungguhnya Yesus tidak merasa perlu lagi mengungkapkan kata kasih ini, sebab Dia sudah memberlakukan hukum itu dalam setiap gerak hidupNya. Tetapi Yesus harus menjelaskan karena orang-orang Farisi dan Saduki serta seorang ahli Taurat datang menjumpai dan bertanya pada Yesus. Orang Farisi dan Saduki mencobai Yesus dengan mengajukan pertanyaan tentang hukum yang terutama. Yesus menjawab ‘pertanyaan jebakan’ itu dengan menggabungkan Ulangan 6:5 dengan Imamat 19:18. Yesus memperlihatkan bahwa mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama manusia tidak dapat dipisahkan.
Jelas, Yesus dan ahli Taurat itu sama-sama mengajarkan kasih dari sumber yang sama, Taurat. Bedanya, Yesus melakukan kasih dan Ia sendiri adalah kasih, sedangkan para ahli Taurat hanya sebatas kata-kata. Mereka justru menerapkan hukum kasih itu untuk memeras orang lain.
Memang hukum yang pertama dan yang terutama adalah ‘mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi’. Sebutan ketiga unsur kepribadian manusia itu dimaksudkan untuk menekankan keutuhan manusia itu, bahwa kepatuhan manusia kepada Tuhan bukan formalitas  atau seadanya saja, tapi mendalam secara total. Mengasihi Tuhan itu hendaknya dengan perasaan yang penuh, pimpinan akal budi, dan tindakan yang dinamis. Kasih kepada Tuhan semacam inilah yang mendorong manusia dapat mengasihi sesamanya. Sebab mengasihi sesama berarti mengasihi ciptaan Allah, gambar wujud Allah itu. Tanpa didasari kasih kepada Allah secara benar mustahil mengasihi sesamanya secara benar.  
Sedangkan sesama manusia yang dikasihi itu bukanlah sesama umat Israel saja tetapi semua orang yang membutuhkan pertolongan (Luk, 10:29-37), bahkan musuh (Matius 5:44). Sementara, diri sendiri dipakai sebagai titik tolak dalam mengasihi sesama. Manusia yang cenderung mengasihi diri sendiri itu diajak untuk tidak berhenti dalam mengasihi diri sendiri justru mengasihi sesama.
Kasih itu bersumber dari Allah dan Allah itu kasih. Yesus anak Daud itu adalah Allah yang hadir di bumi. Matius mengaitkan silsilah Yesus dan sumber kuasaNya. Yesus adalah anak Daud. Nama Daud memiliki otoritas dalam kehidupan umat Tuhan. Farisi dan Saduki, serta ahli Taurat tidak dapat menyangkal wibawa nama Daud. Dari keturunannyalah lahir Mesias. Itulah Yesus. Dia adalah Mesias yang diutus Tuhan.
Dengan demikian, hukum kasih yang disampaikan oleh Farisi, Saduki, dan ahli Taurat adalah Yesus sendiri. Yesus adalah kasih. Maka, Farisi yang selalu menentang Yesus berarti telah menentang ajaran mereka sendiri. Terungkaplah kemunafikan Yahudi dan Farisi.
Penjelasan Yesus itu telah membuah Farisi dan Saduki terkapar. Sejak itu mereka tidak lagi berani mencobai Yesus, sampai kelak iblis besar menggoda mereka kembali untuk bersekongkol menggiring Yesus ke kayu salib.

Praktek agama kebanyakan secara format dan seremonial
Antusias jemaat untuk beribadah saat ini patut diapresiasi. Beberapa gereja kewalahan menampung kehadiran jemaat. Gedung gereja bertambah, dan tak sedikit gereja menambah jadwal beribadah. Semua ini menunjukkan semangat beragama (seremonial) makin tinggi. Namun, bagaimanakah implikasi dari setiap ajaran Tuhan dalam keseharian ? Bolehkah disebut relasi seorang jemaat dengan lainnya sangat baik ? Adakah suasana sukacita terasa di dalam persekutuan gereja ? Bolehkah kita bersyukur seperti Paulus yang melihat jemaat Tesalonika melakukan imannya (1 Tes.1:3) ?
Berhentilah bicara kasih jika kita sama sekali tak melakukannya. Kasih dapat dipraktekkan apabila kita memperbaharui komitmen mengasihi Tuhan dengan sebulat hati, jiwa dan kekuatan. Dari komitmen itu dipraktekkan tindakan-tindakan konkrit, seperti yang telah dicontohkan oleh sang Guru, Yesus Kristus. AMIN

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar