20 Oktober 2017

Mazmur 96:1-9 TUHAN MAHA BESAR



      CERITAKANLAH KEBESARAN TUHAN
                 Mazmur 96:1-9

Dua hal yang dihimbau pemazmur dalam nas ini untuk dilakukan umat Tuhan adalah bernyanyi dan bercerita. Bernyanyi sudah menjadi bagian dari peribadahan umat Tuhan. Namun kali ini, pemazmur tidak sekedar mengajak bernyanyi (lagu lama) tetapi melantunkan nyanyian baru. Nyanyian baru yang dimaksud bukan soal not atau liriknya melainkan muatan/isi lagu itu sendiri. Isi nyanyian itu tentu begitu penting. Karena pentingnya, selain dinyanyikan, pemazmur juga menghimbau supaya isi/muatan nyanyian juga perlu diceritakan. Selanjutnya, pemazmur tidak ingin nyanyian itu sekedar lagu dan cerita belaka tetapi agar konten lagu tersebut dapat diimplementasikan di dalam kehidupan umat.

Inti muatan nyanyian dan yang perlu diceritakan itu adalah tentang perbuatan Allah yang ajaib. Allah itu adalah keselamatan. Pemazmur merasakan bahwa Allah Yang Maha Besar itu adalah sumber keselamatan. Itulah yang menjadi inti nyanyian dan  perlu diceritakan supaya orang lain dan banyak bangsa bertekut lutut kepadaNya.
Dia adalah Allah yang memberi keselamatan dahulu, sekarang dan yang akan datang. (a) Allah itu telah membebaskan umatNya dari perbudakan serta menuntunnya dalam perjalanan selama empat puluh tahun, dari Mesir hingga memasuki tanah Kanaan. (b) Allah menjagai umatNya dari ancaman musuh berbagai bangsa. Allah melakukan semua itu dengan keajaiban. Pengasihan Allah begitu nyata dirasakan oleh umatNya. (c) Allah juga yang memberi keselamatan kekal bagi umat percaya, yang dilakukan oleh Tuhan Yesus Kristus.
Allah Israel adalah Allah dari segala allah bangsa-bangsa. Ada cerita kuno di Timur Tengah tentang persatuan dewa-dewa, yang disebut amphyktiony. Para dewa-dewa itu mengakui bahwa dewa yang terhebat dan terkuat adalah dewa yang berasal dari Kanaan. Ia lebih dahsyat dari pada segala dewa lain. Maka disepakatilah, bahwa yang menjadi ‘big boss’ para dewa itu adalah dewa yang berasal dari Kanaan. BagiNyalah keagungan, kekuatan, dan kehormatan.
Pemazmur tidak ingin umat Tuhan berhenti pada pengenalan dan penghayatan tentang Allah yang ajaib itu. Buah dari penghayatan itu adalah dimana umat perlu mengekpresikannya (afektif) dengan membawa persembahan. Persembahan yang benar kepada Tuhan bukanlah sekedar memberikan materi, tetapi haruslah memberikannya dengan hormat, yaitu melalui penyembahan. Umat datang dengan gemetar (hormat) karena merasa tidak layak dengan persembahan yang diberikan. Persembahan diberikan dengan kerendahan hati. Persembahan yang benar kepada Tuhan adalah persembahan yang diberikan melalui ibadah. Inilah yang disebut penyembahan dan persembahan.
Nyanyian, cerita, penyembahan, dan persembahan menjadi tanda ketaatan umat kepada Allah yang ajaib itu.

Kita orang-orang percaya telah mewarisi tradisi dari umat Tuhan untuk bernyanyi dalam ibadah. Walaupun nyanyian bukan menjadi inti tetapi menjadi bagian penting dalam ibadah. Kita merasa kurang afdol beribadah jika tidak disertai nyanyian. Gereja bahkan menambah nyanyian jemaat dengan paduan suara atau vocal group. Semua itu untuk menambah semaraknya ibadah.
Namun perlu kita renungkan, sejauh mana penghayatan kita terhadap isi/muatan nyanyian itu. Adakah kita mengimplementasikannya nyanyian-nyanyian yang dikumandangkan ?
na dila parende’ adalah kritik terhadap para penyanyi yang tidak mengimplementasikan isi/muatan nyanyian itu dalam hidupnya. Nyanyian hanya sebuah lagu kosong, hampa, tanpa makna. Lebih perlu lagi dikritisi atau tepatnya kritik bagi kelompok-kelompok paduan suara, yang bukan saja tidak mengimplementasikan nyanyian, melainkan hanya ajang ‘mempertontonkan kehebatan’, bahkan sering kali menimbulkan kegaduhan di antara sesama. Kelompok paduan suara seperti ini perlu dibubarkan ! ….hahahahha….. ngak usah tersinggung ya ! Tapi kalau ada yang tersinggung berarti kritik ini benar. Silahkan bubar …. Itu nambah dosa !
Nyanyian pujian atas kebesaran Tuhan mestinya mendorong setiap umat untuk memberlakukannya secara langsung. Umat datang menyembah dan disertai persembahan. Persembahan yang dimaksud adalah materi, yang juga bersumber dari Tuhan. Pada masa lalu, persembahan berbentuk barang (umumnya hasil panen atau hewan), tapi kini persembahan itu berbentuk uang, hepeng, duit, money. Itu jelas (ay.8), bukan hati ! Yang perlu direnungkan, berapa persembahan yang saudara beri kepada Tuhan ? Jangan memberi persembahan berdasarkan yang di sebelahmu atau tetanggamu, … jangan juga berdasarkan harga lontong, tapi berilah berdasarkan seberapa besar yang Tuhan percayakan kepadamu. Lalu, ajak hatimu untuk memberi persembahan itu dengan rela. Itulah persembahan yang penuh sukacita.
Melalui penyembahan dan persembahan yang benar itulah, maka kita telah turut menyanyikan dan menceritakan kebesaran Tuhan. AMIN

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar