HIDUP ATAU MATI
UNTUK TUHAN
(Roma 14:1-12)
Kedatangan Tuhan adalah peristiwa yang
paling utama dalam kehidupan orang Kristen. Sambil menantikan kedatangan Tuhan
itu, orang-orang percaya membangun persekutuan, penyembahan dan persembahan.
Persekutuan mestinyalah terpelihara baik dengan tidak membedakan suku bangsa,
warna kulit, budaya, marga. Semua menyatu hanya untuk memuliakan Tuhan. Mereka
adalah orang-orang percaya akan kasih dan kuasa Tuhan.
Demikianlah jemaat Roma yang terdiri dari
orang-orang Yunani dan Yahudi bersatu dalam persekutuan di Roma. Tetapi,
ruparupanya latar belakang belakang : agama, budaya, pengalaman hidup, dan
status sosial sangat mempengaruhi hidup persekutuan jemaat Roma. Perbedaan
latar belakang itu ternyata memberi dampak buruk dalam perjalanan hidup
persekutuan. Beberapa cara hidup praktis telah membuat mereka memiliki
pandangan berbeda. Perbedaan praksis yang sering muncul di dalam persekutuan
itu adalah soal makanan dan hari keramat. (a) Makanan - sebahagian menganggap
bahwa semua makanan boleh dimakan, tetapi sebahagian berpendapat bahwa hanya
sebahagian yang boleh dimakan. (b) Hari - sebahagian menganggap adanya
hari-hari penting tetapi sebahagian menganggap semua hari itu sama.
Jika perbedaan hidup praktis ini tidak
terkelola dengan baik maka masalah ini menjadi pemicu retaknya persekutuan. Akibatnya,
tujuan dari persekutuan itu menjadi kabur, dan hari kedatangan Tuhan pun
menjadi dapat menjadi malapetaka. Karena itu, Paulus mengingatkan mereka agar
tetap memelihara persekutuan.
Saling menerima dalam persekutuan
Setiap orang yang berada di dalam
persekutuan adalah atas perkenaan Allah. Dia yang membenarkan dan menerima
orang-orang yang tergabung dalam persekutuan. Mereka yang menggabungkan diri ke
dalam persekutuan mestilah tunduk kepada Allah, mereka menjadi hamba Allah.
Karena orang yang berkumpul di dalam persekutuan itu adalah hamba Allah, maka
hanya Allah yang layak memberi penghakiman kepada hambaNya. Oleh sebab itu,
tidak seorangpun anggota persekutuan ber-hak menghakimi anggota yang lain.
Setiap orang yang merasa imannya lebih kuat maka haruslah menerima orang yang
imannya lemah tanpa mempercakapkan (mempersoalkan) pendapatnya.
Sebenarnya Paulus tidak sedang membuat
ukuran iman seseorang tetapi sebagai ‘jalan tengah’ agar setiap anggota
memelihara keutuhan persekutuan itu. Bagi Paulus, yang mereka perdebatkan
tentang makanan dan hari-hari penting bukanlah hal prinsip. Yang utama,
bagaimana agar setiap anggota menantikan kedatangan Tuhan itu dalam sukacita.
Jika ada orang yang menganggap imannya lebih kuat karena dapat makan daging,
biarlah dia bersyukur. Tetapi janganlah menghina orang yang hanya makan
sayur-sayuran saja. Mereka yang hanya makan sayur-sayuran saja janganlah
menghina orang yang sekali makan tiga tapak saksang. Bilang saja, ‘mantap santapannya
bro….’. , Sebab, selain menantikan kedatangan Tuhan tidaklah ada yang mutlak.
Kebersamaan orang-orang percaya haruslah terpelihara dengan baik.
Yakin dalam hatinya
Dalam menyikapi cara pandang hidup praktis,
Paulus menekankan suara hati. Setiap orang melakukan tindakan hendaknya
benar-benar yakin dalam hatinya bahwa tindakannya itu berkenan bagi Allah atau
tidak bertentangan dengan kehendak Allah. Suara hati berfungsi sebagai instansi kritis yang
mengarahkan dan memberi norma. Suara hati menilai apa yang baik dan apa yang
jahat. Namun, suara hati itu juga tidak boleh begitu saja mengabaikan hukum
Allah. Setiap orang haruslah benar-benar ia yakin bahwa tindakannya sesuai
dengan imannya dan suara hatinya. Jika ia telah yakin, maka biarlah tindakannya
itu disyukuri.
Kasih
Pangkal tolak dan dasar dari etika
Paulus ialah karya keselamatan,
peristiwa kematian dan kebangkitan Yesus, yang di dalamnya Allah secara mutlak
memberikan keselamatan bagi dunia ini. Dalam kematian Yesus itu, Allah
menyatakan kasihNya dengan menyelamatkan manusia. Kematian Kristus adalah
tindakan kasih. Oleh sebab itu pula, seluruh tindakan dan perbuatan orang-orang
percaya haruslah juga di dalam kasih. Seluruh tindakan dan cara hidup orang
percaya haruslah untuk memuliakan Tuhan. Persekutuan orang-orang percaya tidak
boleh tercabik-cabik karena hal-hal yang tidak penting, apalagi hanya demi
kepentingan sendiri atau kelompok. Tetapi semua terpanggil untuk melakukan
kehendak Allah. Sebab pada akhirnya, seluruh tindakan dan perbuatan haruslah
dipertanggung jawabkan kepada Dia, yang adalah Kepala Gereja.
Persekutuan orang-orang percaya merupakan
kumpulan orang-orang yang dipanggil Tuhan untuk menerima keselamatan. Gereja
sebagai persekutuan memiliki tujuan untuk menantikan kedatangan Tuhan. Dalam
persekutuan itu sangat mungkin timbul perbedaan dalam melihat suatu
permasalahan. Namun, hendaklah segala perbedaan itu, pada akhirnya, haruslah
untuk kemuliaan Tuhan.
Sekalipun kita merasa memiliki ide
cemerlang, tetapi kita tidak boleh memaksakan kehendak. Sebab, di dalam
memuliakan Tuhan bukan diukur dari keberhasilan kita mencapai yang kita
kehendaki tetapi terpeliharanya persekutuan di dalam gereja. Kita tidak boleh
menganggap rendah gagasan orang lain, tetapi kita membuka ruang bagi setiap
orang mengekpresikan imannya.
Aneh, acapkali perbedaan-perbedaan yang
tidak begitu penting di dalam suatu persekutuan menjadi sumber perpecahan. HIDUP
ATAU MATI UNTUK TUHAN bukan harus tercapainya ide atau gagasan kita. Itu namanya
sombong. HIDUP ATAU MATI UNTUK TUHAN berarti kesiapan kita merendahkan diri
sehingga tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain, yang menyebabkan kekacauan dalam persekutuan. Tuhan
menghendaki terpeliharanya persekutuan yang kudus.
Sesungguhnya, setiap orang percaya adalah
orang-orang yang telah menyerahkan dirinya menjadi milik Tuhan. Demikianlah
hidup dan mati kita menjadi milik Tuhan. Kita tidak lagi hidup dengan keegoisan
tetapi menyerahkan seluruh hidup kita dalam tuntunan Tuhan dan senantiasa memuliakan
namaNya. AMIN
Terima kasih
BalasHapus