26 Mei 2020

Yesaya 63:11-14 PENTAKOSTA

         ROH TUHAN YANG MENUNTUN





Bernostalgia merupakan saat yang menyenangkan. Kita tentu suka bercerita masa lalu ; entah itu tentang keindahan alam, akrabnya persahabatan, tingginya sopan-santun, hormatnya seorang murid terhadap guru, kebersamaan waktu mendirikan gereja. Tentunya banyak masa lalu yang begitu indah.
Nabi Yesaya pun, seakan mengingatkan umat Tuhan pada masa lalu. Umat Tuhan pernah mengalami masa yang begitu indah. Salah satu keindahan hidup yang tak pernah lekang dari hidup umat Tuhan adalah ketika mereka dikejar oleh musuh. Mereka terbentur / terhalang oleh sungai. Tetapi, Musa yang memimpin umat saat itu mengulurkan tongkatnya sehingga air terbelah (kering). Umat Tuhan pun dapat melintasi, dan mereka selamat dari kejaran musuh.
Seluruh keindahan hidup itu diyakini sebagai tindakan Tuhan terhadap umatNya. Yesaya melihat, bahwa dalam peristiwa besar itu sebagai pekerjaan Tuhan, yang memberikan RohNya dalam diri Musa dan hati umat. Roh itu juga yang menuntun umat Tuhan berkelana selama 40 tahun di padang gurun, sampai mereka tiba di tanah yang Tuhan janjikan.
Di tanah Kanaan, umat Tuhan masih menikmati hidup indah ; aman, tenteram, dan damai. Namun setelahnya, umat Tuhan mengalami benturan demi benturan hidup. Perebutan kekuasaan, datangnya serangan dari musuh, bahkan mereka menjadi umat buangan.
Seluruh sejarah itu melekat dalam hidup umat. Peristiwa indah diyakini sebagai pekerjaan Tuhan yang menaruh RohNya dalam hati umatNya. Roh Tuhan menyertai umatNya, sehingga mereka menikmati hidup indah.
Sementara, ketika Roh Tuhan tak lagi menyertai, maka umat mengalami kesulitan-kesulitan dalam menjalani hidup.
Pada masa zaman Yesaya, umat Tuhan sungguh mengalami situasi yang rumit. Penyembah berhala muncul dimana-mana, para pemimpin tidak berlaku adil, yang kuat menindas yang lemah, hak para janda dan yatim diabaikan. Kemerosotan moral sungguh menghinggapi seluruh kehidupan umat. Akibatnya terjadi pebuangan.  
Menggumuli situasi yang sulit ini, nabi Yesaya mempertanyakan : ‘dimanakah Dia (Allah) yang menaruh Roh Kudusnya di dalam hati umat ?
Dalam pandangan Yesaya, penderitaan yang dialami oleh umat Tuhan adalah karena mereka memberontak dan mendukakan Roh Kudus. (ay. 10) : ‘Tetapi mereka memberontak dan mendukakan Roh Kudus-Nya; maka Ia berubah menjadi musuh mereka, dan Ia sendiri berperang melawan mereka.
Bentuk pemberontakan mereka adalah perilaku manusia yang menjijikkan bagi Roh kudus. Apabila manusia sudah jauh dari kesucian, maka Roh Kudus tidak berkenan tinggal dalam hati manusia. Selanjutnya, manusia yang tidak dalam penyertaan Roh Kudus, maka ia hidup terombang-ambing. Hanya derita demi derita menyertai hidupnya.

Hari ini kita diingatkan bahwa Tuhan telah mencurahkan Roh KudusNya. Roh itu berdiam dan bekerja dalam hidup manusia. Roh itu menuntun manusia supaya hidup sesuai kehendak Tuhan. Karena itu, kehadiran Roh Kudus memberi dampak positif bagi diri manusia dan lingkungannya. Roh Kudus membuat manusia menikmati hidup dalam kasih, sukacita, dan damai sejahtera. Roh Kudus menyertai manusia menjalani hidup di dunia ini, sampai manusia ini beroleh keselamatan kekal.
Di dalam Kisah Rasul 2, roh itu dikatakan ‘tampak lidah-lidah seperti nyala api’.
-          Api adalah pembakar, yang dapat memurnikan benda.
-          Api adalah symbol pembakar semangat
Kita adalah orang-orang yang telah menerima Roh Kudus. Orang yang hidup dalam tuntunan Roh Kudus memiliki semangat dan pengharapan.
Seiring dengan itu, orang yang telah mengalami pencurahan Roh Kudus adalah orang-orang yang telah dimurnikan jiwanya, pikirannya, hatinya.
Dunia saat ini dilanda covid19, yang mengkhawatirkan manusia. Kita menghendaki supaya masalah corona ini segera berakhir. Belajar dari kitab Yesaya ini, sesungguhnya bukan soal kapan pandemik ini berakhir. Tetapi,  apakah Roh Tuhan sudah mendiami hati kita. Apakah Roh Tuhan berkenan tinggal dalam hati setiap orang.
 Pandemic corona dapat mengingatkan kita atas penyertaan Roh Tuhan. Jika kita mengurai sikap dan prilaku manusia saat ini, terlalu banyak kejahatan : korupsi, keserakahan, kecongkakan, penyalahgunaan kuasa, iri hati, dendam, benci dan banyak lagi perbuatan manusia yang bertentangan dengan firman Tuhan. Semua itu merupakan pemberontakan dan mendukakan Roh Kudus.
Di tengah-tengah suasana sulit ini pun tak sedikit yang makin mendukakan Roh Kudus. Negara atau lembaga, termasuk gereja dan perorangan mengucurkan banyak dana untuk kemanusiaan. Apakah semua itu berlangsung dengan baik, jujur, dan tulus ? Masihkah ada yang korupsi ? Bukankah tidak sedikit menyebut dirinya sebagai orang miskin, dengan mengabaikan berkat Tuhan, sekedar beroleh bantuan ?
Tidakkah ada memposisikan diri agar disebut sebagai pahlawan ?
Manusia pun makin banyak menyebut / memanggil nama Tuhan. Kiranya seruan itu timbul dari keyakinan. Seruan menjadi tidak berarti, jika tidak disertai oleh Roh Tuhan. Itu namanya teriak-teriak !!! Seruan kepada Tuhan adalah seruan yang disertai Roh Tuhan.
Jika nabi Yesaya mempertanyakan : ‘Di manakah Dia yang menaruh Roh Kudus-Nya dalam hati mereka, ? – maka kita yang dilanda corona perlu merenungkan : ‘Mengapa Roh Kudus meninggalkan kami’ ?
Firman Tuhan melalui hambaNya Yesaya mengingatkan kita, bahwa penyelesaian masalah tidak dapat hanya mengandalkan  manusia tetapi oleh penyertaan Roh Kudus. Karena itu, mari kita memohon kepada Tuhan, agar RohNya menyelimuti seluruh dunia ini dan tinggal di dalam hati setiap orang.
Mengakhiri renungan ini, saya membacakan firman Tuhan yang memberi pengharapan bagi kita,  saat dunia dirundung derita oleh pandemik corona.  (Yesaya 54:7-8) :
54:7 Hanya sesaat lamanya Aku meninggalkan engkau, tetapi karena kasih sayang yang besar Aku mengambil engkau kembali.
54:8 Dalam murka yang meluap Aku telah menyembunyikan wajah-Ku terhadap engkau sesaat lamanya, tetapi dalam kasih setia abadi Aku telah mengasihani engkau, firman TUHAN, Penebusmu. AMIN

15 Mei 2020

1 Tawarikh 17:16-27 ROGATE

       DOA UCAPAN SYUKUR

Minggu ini disebut Minggu ROGATE = berdoa.
Kita semua pasti sudah pernah berdoa dan masing-masing memiliki pengalaman iman dalam berdoa. Ada yang merasakan doanya langsung dikabulkan ; ada juga yang merasakan doanya terkabul setelah melalui proses panjang ; dan ada juga merasa doanya tak terkabulkan. Yah...itu semua adalah pengalaman iman dalam berdoa.
Komunikasi yang indah dengan Tuhan adalah ketika kita boleh bersyukur. Tanpa rasa syukur maka komunikasi hanyalah kemunafikan. Karena itu, doa harus selalu diawali dengan puji dan hormat kepada Tuhan. Kita perlu mensyukuri atas segala yang telah kita alami dalam hidup ini. Siapapun dan apapun yang melekat pada kita, bersyukurlah.
Daud berkehendak memindahkan ‘tabut perjanjian Tuhan’ dari tenda-tenda ke tempat yang lebih wajar (17:1). Niat Daud ini begitu tulus, karena merasakan penyertaan Tuhan di dalam hidupnya. Ia hendak mengungkapkan syukurnya kepada Tuhan. Niat tulus ini tentunya membutuhkan pengorbanan materi. Namun Tuhan melarangnya, Tuhan malahan menjanjikan untuk membangun keturunannya (17:4).
Karena itu, dalam doanya (16), Daud berkata : ‘Siapakah aku ini, ya TUHAN Allah, dan siapakah keluargaku, sehingga Engkau membawa aku sampai sedemikian ini?Daud merasakan betapa kecil dan tak berartinya dirinya. Daud gentar atas kedaulatan Tuhan yang berlaku baginya untuk mengemban perkara yang besar yang tidak sebanding dengan keberadaannya yang berdosa.
Daud pun makin memuji dan memuliakanTuhan dengan dalam doanya (20-22) : ‘Ya TUHAN, tidak ada yang sama seperti Engkau dan tidak ada Allah selain Engkau..... bangsa manakah di bumi seperti umat-Mu Israel, yang Allahnya pergi membebaskannya... Engkau telah membuat umat-Mu Israel menjadi umat-Mu untuk selama-lamanya dan Engkau, ya TUHAN, menjadi Allah mereka.
Daud pun memohon agar Tuhan meneguhkan janjiNya, agar Tuhan memberkatinya dan keluarganya dapat tetap setia di hadapan Tuhan. Daud memohon Tuhan semesta alam, Tuhan yang akan menjadi pelindung agar rencana besar itu dapat terjadi dalam dirinya dan keturunannya. Nabi Daud adalah orang yang dipilih Allah menjadi penerus keturunan bagi kehadiran Yesus Kristus di dunia ini. Dari keturunan Daud hadir Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia itu.

Dalam hidup orang Kristen, doa menjadi penting dilakukan. Lewat doa kita ucapkan pujian kepada Tuhan, mengaku dosa, dan menyampaikan permohonan kepada Tuhan. Doa bukanlah memaksa kehendak tetapi penyerahan kepada Tuhan dengan segala ketulusan. Daud hendak membangun tempat tabut perjanjian secara tulus sebagai rasa syukurnya tetapi Tuhan menganugerahinya dengan berkat yang besar.
Kita saat ini bergumul atas wabah corona yang melanda seluruh dunia. Dampak yang ditimbulkan sangat membuat umat manusia menderita. Pergumulan berat ini telah berlangsung selama dua bulan. Kita berharap masalah corona segera berakhir. Doa yang dipanjatkan juga fokus pada berakhirnya corona ini. Apakah kita kecewa pada Tuhan jika satu ... dua ... tiga bulan lagi, corona belum berakhir ? Jangan !!! Doa adalah penyerahan sepenuhnya kepada kehendak Tuhan. Kita tidak boleh memaksa Tuhan sesuai dengan kehendak kita karena pengalaman kasus corona di tempat lain. Kita tidak dapat memastikan/memaksa corona berakhir dalam tiga bulan. Ketika kita berdoa maka Tuhan empunya kendali atas semua itu. Kita cukup mengambil bagian dengan mematuhi segala aturan dari yang berkompeten atas corona, yaitu pemerintah dan para medis. Kita memohon kepada Tuhan, agar kita diberi kesehatan dan kekuatan dalam situasi sulit ini.
Ada kisah seorang ibu janda. Ia memiliki masalah. Sebagai seorang ibu janda, ia tidak memiliki kekuatan menghadapi musuh. Ia membawa persoalannya kepada hukum, tetapi pengadilan mengabaikan permohonannya. Ia kehilangan kekuatan. Tinggal satu kekuatannya, berdoa !!!
Sungguh, hati sang hakim tergerak, ia berkata dalam hatinya : ‘Walaupun aku tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun, namun karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia, supaya jangan terus saja ia datang dan akhirnya menyerang aku’. (Selengkapnya Lukas 18:1-8). Apapun argument hakim itu, tapi atas doa ibu janda ini, Tuhan mengubahkan keputusan hakim itu.
Ditengah-tengah kesibukan ini, terlebih sebagai kepala keluarga, haruslah memberikan waktu berdoa bagi keluarganya. Jika saat ini, dimana kita semua beribadah, maka fungsi kepala keluarga sebagai imam harus nyata. Dengan demikian, keluarga kita makin diberkati Tuhan.
Persoalan rumah tangga dapat saja menimbulkan konflik yang tak terselesaikan sampai matahari terbenam. Itu akan menimbulkan penderitaan yang berat.  (Efesus  4:26) : ‘Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu.’
Di dalam doa ada kuasa Allah, sehingga doa dapat menjangkau hal-hal yang kelihatannya mustahil.
-          Doa membuat hati tenang
-          Doa memberi kita kekuatan
-          Doa menyembuhkan orang sakit.
-          Doa telah membawa pertobatan sekian banyak jiwa.

Satu hal yang membawa kita pada kemenangan pergumulan hidup ini adalah, seperti nama minggu kita ROGATE = berdoa. Roh akan membimbing kita untuk berdoa kepada Allah. Dengan doa, kita memiliki kekuatan menghadapi pergumulan hidup ini. Berdoalah dengan penuh syukur kepada Tuhan si Empunya hidup. AMIN

7 Mei 2020

Wahyu 12:10-12 (Minggu, 10 Mei 2020)

   MENYANYIKAN KESELAMATAN DARI TUHAN

 

Kitab Wahyu adalah sebuah kitab yang menarik, karena berisikan pemikiran serta kesusasteraab apokaliptik. Dalam kitab Wahyu diperlihatkan keadaan umat Tuhan dan penglihatan, terutama menyangkut akhir zaman. Dikisahkan pada akhir zaman, kuasa jahat akan menindas umat yang setia pada ajaran Kristus. Tetapi pada akhirnya kejahatan itu akan dihancurkan dan umat beriman akan diselamatkan. Kristus menang melawan kejahatan dan menyelamatkan semua orang percaya.
Penulis kitab Wahyu adalah seorang hamba Tuhan yang bernama Yohanes. Ia berada di pulau Patmos sebagai orang buanagan karena firman Allah dan kesaaksiannya tentang Kristus. Dari pulau buangan ini, ia menyapa pendengarnya ssebagai : ‘saudara dan sekutu dalam kesusahan .... dan ketekunan menantikan Yesus. Artinya, Yohanes paham benar bahwa umat Tuhan sedang mengalami tekanan. Melalui sapaan ini, Yohanes hendak menguatkan orang-orang percaya yang sedang mengalami kesusahan.
Orang-orang percaya sedang mengalami pergumulan iman. Pemerintahan Romawi mengharuskan rakyat menyembah dewa. Kemudian hari, diberlakukan pemujaan terhadap kaisar. Pada masa pemerintahan Domitian, kaisar melaksanakan pendewaan atas dirinya sendiri. Ia menyebut dirinya sebagai allah. Siapa saja yang tidak menyembah kaisar akan dinyatakan sebagai penghujat allah serta dinilai penghianat kerajaan. Mereka akan ditangkap, dianiaya, dan dibunuh.
Tentu saja, orang-orang Kristen yang hidup pada masa itu tidak mau menyembah dewa dan kaisar. Hal ini membuat mereka mengalami tekanan dari pemerintah Romawi
Namun, orang-orang percaya tidak goyah atas ancaman itu. Mereka begitu kokoh mempertahankan iman kepada Kristus. Yohanes melukiskan  keyakinan orang percaya sangat jelas. Dalam ay.4b disebutkan : ‘Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut’.
Orang-orang percaya begitu teguh beriman kepada Yesus Kristus. Adalah lebih baik mati dari pada menyembah kaisar. Akibatnya, banyak orang Kristen yang menjadi martir.
Dalam sebuah buku (SEMAKIN DIBABAT SEMAKIN MERAMBAT) dikisahkan penderitaan orang Kristen.
1. Pada  suatu hari  terjadi kebakaran  di sebuah pusat perbelanjaan di kota Roma. Lalu muncul issu, bahwa yang membakar itu adalah orang-orang Kristen. Spontan setiap orang Kristen ditangkap, dipukuli dan dihukum.
2. Pada waktu yang lain, kebencian kepada orang Kristen cukup dengan
    satu pertanyaan : Apakah engkau Kristen ? Jika orang itu mengatakan “Ya” maka ia akan dihukum mati.
3. Sebuah kematian yang menarik adalah kematian seorang hamba Tuhan bernama Ignatius. Ia dijatuhi hukuman dengan cara diberikan kepada singa untuk dimakan.
     Sebelum dihukum, Ignatius sempat menulis surat kepada jemaat-jemaat yang isinya demikan :
Saya menuliskan kepada semua jemaat dan memesankan agar semua mengetahui bahwa saya rela mati untuk Tuhan. Biarlah saya dimangsa binatang-binatang buas karena melaluinya saya dapat mencapai Tuhan. Saya adalah gandum Tuhan. Jika saya digiling oleh gigi binatang-binatang buas, kiranya nyatalah bahwa saya roti yang murni.
Lebih baik merangsang binatang-binatang buas untuk menjadi kuburanku agar tidak ada yang tersisa dari tubuhku. Dengan demikian, saat “tertidur” saya tidak menjadi beban bagi siapapun. Saya menjadi murid Kristus yang benar bila dunia tidak melihat tubuhku lagi. Berdoalah kepada Tuhan, agar saya melalui semuanya ini (hal.15-16).
Surat Ignatius ini, menggambarkan bagaimana kejamnya penderitaan orang percaya. Namun, sehebat apapun resiko yang mengancam, mereka tidak pernah gentar. Adalah lebih baik mati dari pada ‘menjual’ iman. Apa yang membuat begitu hebat keyakinan mereka ? Karena ada pengharapan. Kematian tak lagi menakutkan, sebab mereka memiliki pengharapan akan keselamatan kekal.
Penulis kitab Wahyu meng-iman i bahwa penderitaan pasti berakhir. Yohanes menerima Wahyu, bahwa keselamatan telah tiba, dimana Allah kita akan berkuasa. Pada saat itu, para pendakwa orang-orang percaya akan mendapat hukuman. Mereka akan dilemparkan ke bawah atau api neraka.
Sementara, orang-orang yang percaya dan setia kepada Tuhan akan bersukacita di sorga, yang kekal itu.

Hidup ini memang penuh derita. Penderitaan manusia nampak dalam kegelisahan, ketakutan, sungutsungut, dan tangis.
Tetapi firman Tuhan memberikan harapan baru bagi kita akan adanya langit dan bumi yang baru.
Dunia yang penuh derita ini akan lenyap. Namun, di tengah-tengah dunia yang penuh derita ini, diuji keimanan kita. Sejauhmana ke dalaman iman kita kepada Tuhan. Adakah di saat-saat yang sulit, kita sungguh-sungguh makin mengandalkan Tuhan ? Bukankah manusia terlalu memfokuskan diri pada dunia yang jahat ini ?
Tuhan sedang menuntun kita pada hidup baru. Dan itulah sesungguhnya tujuan hidup orang percaya. Orang-orang beriman  tidak boleh dikalahkan dan larut dalam dunia ini. Orang-orang percaya akan beroleh kemenangan dan keselamatan yang telah disiapkan oleh Tuhan kita. Karena itu, tetaplah bersukacita karena kita memiliki pengharapan keselamatan dari Tuhan.
Kita memang saat ini sedang menderita karena wabah corona. Tetapi sebagai orang percaya jangan pernah goyah. Ada Tuhan kita yang maha kuasa dan penuh kasih. Kita harus percaya kepada Tuhan Yesus. Ia menjaga dan melindungi kita. Berharap dan berserahlah kepadaNya, sampai kita beroleh kemenangan pada keselamatan kekal itu. AMIN.