ALLAH MEMPERHITUNGKAN ORANG PERCAYA
Orang Yahudi mengklaim bahwa mereka secara langsung termasuk umat pilihan Allah karena mereka dilahirkan sebagai orang Yahudi. Namun bagi Paulus, orang Yahudi sejati bukanlah manusia yang secara darah daging keturunan Abraham, melainkan ia adalah orang yang telah mengambil keputusan untuk menyerahkan diri kepada Allah di dalam iman sama seperti Abraham.
Allah memanggil
Abraham untuk pergi ke suatu tempat yang tidak diketahui. Ia juga tidak
memiliki perlengkapan yang dapat memberikan jaminan hidup kepadanya. Ia tidak memiliki
dasar atas panggilan Allah. Satu hal yang membuat ia melangkah adalah percaya
pada janji Allah.
Allah pun menjanjikan keturunan
yang banyak baginya, tidak memiliki dasar, karena ia telah mencapai ratusan
tahun. Demikian juga isterinya Sara telah tertutup kandungannya, karena usianya
sudah tua. Allah menjanjikan keturunan kepada Abraham, pada usia yang tidak
mungkin memiliki keturunan.
Namun Abraham percaya
kepada janji Allah bahwa ia akan
menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan. Abraham
melakukan yang Allah perintahkan. Bagi Abraham, Allah berkuasa, Allah dapat
berbuat apa saja diluar kemampuan dirinya.
Abraham tampil sebagai orang yang taat kepada firman Allah, dan percaya
kepada janji Allah yang berkuasa. Dan sebagai orang percaya, Abraham senantiasa
memuliakan Allah (20). Memuliakan Allah berarti menjalani kehidupan yang Allah
kehendaki.
Zaman Perjanjian Baru,
persekutuan orang percaya terus bertumbuh. Persekutuan umat Tuhan begitu
menguat untuk pengharapan hidup yang kekal. Umat Tuhan menantikan kehidupan
kekal itu. Adapun yang mendasari keyakinan mereka adalah bahwa Allah membangkitkan Yesus dari orang mati.
Yesus yang mati dan bangkit untuk menjadikan benar. Pengalaman persekutuan yang
percaya akan kematian dan kebangkitan Yesus untuk pembenaran umatNya, adalah
juga merupakan tindakan iman.
Iman tidak dipengaruhi oleh kondisi/keadaan (19-21) tetapi percaya kepada
janji Allah, sebab Allah berkuasa
Iman yang dimiliki Abraham, itulah yang hendak Paulus sampaikan kepada
jemaat Tuhan yang ada di Roma, dan juga bagi kita saat ini. Paulus menunjuk
pada keyakinan, bahwa pengampunan dan pembenaran diberikan dengan cuma-cuma
sebagai karunia dari anugerah Tuhan. Ini semua tergantung kepada kasih
Allah dan hanya diterima oleh iman.
Dalam dunia ini,
logika menjadi andalan dalam bertindak. Sesuatu
yang tidak masuk logika, sulit dipertimbangkan untuk bertindak. Walaupun pada
kenyataannya, yang tidak masuk logika dapat menjadi kenyataan.
Kita tidak bermaksud
mengabaikan logika, sebab mengabaikan logika dapat dianggap sebagai orang bodoh.
Walaupun tindakan orang beriman memang acapkali seperti orang bodoh.
Yang hendak ditekankan
adalah, kita boleh percaya kepada firman Allah. Firman Allah diyakini dengan
iman, yang membawa manusia kepada kebaikan dan kebenaran.
Firman ini mengajak
kita untuk hidup sebagai orang beriman. Hidup sebagai orang beriman haruslah diwarna dengan memuliakan
Allah. Demikianlah kita hidup sebagai anak-anak Allah
sambil menantikan Janji Allah yang penuh
sukacita dan kebahagiaan kekal.
Janji Allah bukan hanya kepada Abraham tetapi juga kepada semua orang,
dan kepada kita (sekarang ini).
Abraham yang tidak punya dasar dapat percaya, apalagi kita yang memiliki
dasar untuk percaya, yakni Allah telah membangkitkan Yesus.
Anak bukan soal banyak/darah daging, Anak adalah soal kwalitas
Sebagai anak-anak
Allah, maka kita adalah ahli-ahli waris dari janji-janjiNya. Anak-anak Allah
akan mewarisi kehidupan kekal. Inilah yang telah dijanjikan Allah bagi
anak-anakNya. Janji Allah itu begitu indahnya, melampaui segala sesuatu
yang ada pada diri kita.
Kesimpulan Paulus menunjuk kepada dua keyakinan yang telah dikatakan
sebelumnya, yaitu bahwa pengampunan dan pembenaran diberikan dengan cuma-cuma sebagai
karunia dari anugerah Tuhan. Bahwa Abraham diterima oleh Allah dan bahwa ia
menerima kepastian tentang keturunan. Ini semua tergantung kepada anugerah
Allah dan hanya diterima oleh iman.
Jika kita merasa
menderita di dunia ini maka Allah akan mengubahnya di dalam janjiNya. Dan kalau
kita sudah merasa memiliki sesuatu di dunia ini, maka itu tidak sebanding
dengan yang akan Allah limpahkan bagi kita. (Roma 8 : 18) :
‘Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan
dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.’ Segala yang dialami oleh
anak-anak Tuhan, tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan datang.
Inilah janji Allah yang akan diterima oleh anak-anak Allah.
Betapa indahnya
pengharapan anak-anak Allah.
Tanpa mengurangi pengharapan akan
nilai-nilai dunia ini, Paulus mendorong dan menekankan pentingnya pengharapan
yang jauh lebih indah. Pengharapan orang percaya bukan sekedar keamanan dan hal dunia
ini saja, tetapi pengharapan yang melampaui akal dan pikiran manusia, yang
belum dilihat, yaitu pengharapan batin manusia, yaitu tanah air sorgawi. AMIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar