MENGIKUT YESUS
TANPA DALIH
“Selidiki aku, lihat hatiku, apakah ‘ku
sungguh mengasihimu Yesus? Kau yang maha tahu, dan menilai hidupku, tak ada
yang tersembunyi bagi-Mu. T’lah kulihat kebaikan-Mu; yang tak pernah habis
dihidupku, kuberjuang sampai akhirnya, Kau dapati aku tetap setia.” Ini merupakan sebuah lagu yang
mengungkapkan tentang kesungguhan hati dalam mengasihi Tuhan Yesus. Ungkapan
terdalam yang meminta Tuhan untuk dapat melihat jauh ke dalam hati si penulis.
Supaya penulis jauh dari penilaian dirinya yang subjektif; merasa benar, namun
senantiasa meminta Tuhan untuk menyelidiki hatinya. Sebab, hanya Tuhan yang
tahu dan sanggup menilai tanpa ada yang tersembunyi.
Demikian halnya yang diungkapkan oleh Matius pada perikop ini,
yang mengisahkan tentang orang-orang yang mau mengikut Yesus. Dalam hal ini
para pelakunya adalah seorang ahli Taurat dan seorang yang sudah menjadi murid
Yesus. Intinya, semua itu mau mempertanyakan bagaimana caranya mengikut Tuhan
Yesus ? Apa dasar dari sikap yang sesungguhnya dalam mengikut Yesus ? Disinilah
semua orang ditantang, sekaligus disadarkan untuk melihat jauh ke dalam hati,
motivasi apa yang mendorong seseorang untuk datang mengikuti-Nya.
Seorang ahli Taurat berkata: “Guru,
aku akan mengikut Engkau, kemana Engkau pergi.” Yesus tahu dan mengenal
semua orang yang mengikut-Nya. Jawab-Nya: “Serigala
mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak
mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” Yesus hendak menjelaskan bahwa serigala adalah
binatang yang suka mengembara tetapi ia selalu memiliki , demikian juga burung
terbang ke sana – ke mari senantiasa tersedia sarangnya. Akan tetapi Anak
Manusia tidak memiliki persediaan apa-apa. Anak Manusia justru akan menderita selama
hidup-Nya di dunia, Ia akan menjadi pengembara dan menempuh jalan hidup yang
tidak aman, sering ditolak bahkan dimusuhi orang. Konsekuensinya, semua orang
yang mengikuti Yesus akan menempuh jalan yang sama, yakni tidak aman dan
dimusuhi oleh dunia. Yesus menjadi Anak
Manusia yang jaya dan mulia karena penderitaan-Nya di dunia.
Seorang yang lain, yaitu salah seorang murid-Nya juga berkata: “Tuhan, izinkanlah aku pergi dahulu
menguburkan ayahku.” Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Ikutlah Aku, dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati
mereka.” Bukankah perkataan itu terlalu kasar untuk orang yang berkewajiban
menguburkan orangtuanya yang sudah mati ? Atau apa yang hendak dikatakan Yesus
dengan perkataan itu ? Adat istiadat Timur Tengah mewajibkan setiap anak untuk
taat kepada orangtuanya. Ia wajib memelihara dan menjaganya hingga orangtuanya
itu masuk ke liang lahat. Sesudah ayah dan ibunya mati, barulah ia bebas
menentukan pilihan dan jalan hidupnya. Karena itu, pergi jauh meninggalkan
orangtua, bagi seorang anak adalah perbuatan hina dan terlarang. Yesus tahu
akan budaya itu, dan Yesus tidak untuk mematahkan budaya itu. Tetapi Yesus
tahu, bahwa itu hanyalah alasan. Kelak, setelah alasan itu berlalu akan muncul
alasan lain untuk tidak mengikut Yesus. Terlalu banyak alasan manusia untuk
tidak mengikut Yesus.
Mewakili pertanyaan dari kedua orang di atas (ahli Taurat dan seorang
murid yang masih muda), Yesus hendak memberikan sebuah pemahaman baru kepada
semua orang banyak yang sedang mengikuti-Nya. Mengikut Yesus berarti sama
dengan menjadi hidup dalam Kebenaran dan Kasih yang dinyatakan-Nya, yang lahir
dan didorong oleh kesadaran diri dalam mengenal-Nya secara nyata. Kesadaran itu
juga yang akhirnya menjadi motivasi dalam sebuah perjumpaan dengan Allah yang
hidup; yang nyata dan kekal. Itulah tujuan Allah yang hadir dalam diri Yesus
untuk membangkitkan semua orang dari kematian; kehidupan yang semu, yang
terlihat hidup secara fisik, namun rohnya mati.
Mengikut Yesus bukanlah karena tuntutan tradisi yang telah
dipelihara secara turun-temurun, seperti yang dimengerti oleh ahli Taurat, dan
juga bukan hanya sekedar keinginan semata seperti anak muda yang sedang
bergelora melihat Yesus yang tampil sebagai motivator kondang. Tentunya Yesus
tahu betul dan sangat mengenal setiap motivasi orang-orang yang mengikuti-Nya. Yesus
hendak mencelikkan mata dan membuka hati mereka, supaya mereka sadar dan mau
ikut, atau berdalih ketika Yesus datang memanggil.
Setiap orang harus berani memutuskan hubungannya dengan
warisan-warisan dari masa lampu yang menjadi penghalang (band. 1 Rajaraja
19:21). Kita harus siap menyambut tugas pelayanan ketika hendak masuk dalam
Kerajaan Allah tanpa merepotkan diri dengan kewajiban-kewajiban yang menjadi
penghalang. Kita harus meneladani cara Yesus menilai dunia ini, yang kadang
terbalik dengan cara dunia ini pada umumnya. Secara sederhana, mengikut Yesus ‘ya’
tanpa embel-embel; tanpa dalih. Tuhan menghendaki kita menjadi pelayanNya. Seorang
pelayan Tuhan haruslah orang yang giat bekerja. Seringkali kita berdoa untuk
dipakai oleh Tuhan, tetapi jika kita hanya berdoa tanpa mau bekerja (melayani),
kita tak mungkin dipakai oleh Tuhan. Ungkapan nanti dululah, yang lain dululah, belum waktunya, kalau
sudah aman barulah, dsb., masih sering menjadi alasan untuk tidak melayani. Mengikut
Yesus berati bersedia melakukan kebenaran dan kasih melalui kesederhanaan dari
setiap talenta maupun karya yang kita miliki. Tentunya kesediaan mengikut Yesus
haruslah lahir dari motivasi yang murni. Motivasi murni adalah sebuah dorongan
berbentuk energi bio-psiko-spiritual dari dalam hati manusia yang membuat dan
memampukan setiap orang untuk memilih dan sanggup melakukan setiap pilihan yang
diambil. Motivasi itulah yang akan menentukan, apakah seseorang bersedia
melayani atau berdalih.
Melayani Tuhan
adalah suatu panggilan. Banyak cara Tuhan untuk memanggil orang menjadi
hambaNya. Namun, panggilan Tuhan juga membutuhkan respon. Dalam panggilannya
sebagai seorang hamba Tuhan, harus mempersiapkan diri dengan segala resiko.
Setidaknya kesiapan untuk tidak mendapat sanjungan duniawi, tetapi memiliki
pengharapan akan keselamatan. Oleh sebab itu, jangan pernah patah semangat
dalam melayani bersama Tuhan.
Berapa banyak orang yang bersedia ketika diajak untuk terlibat
melayani sebagai pelayan (penatua) ? Berapa banyak pemuda dan remaja yang
bersedia ikut ketika diajak masuk dalam persekutuan pemuda? Berapa banyak
jemaat yang bersedia memberikan talentanya menjadi pemain musik, pemandu kidung
atau dalam pelayanan lainnya? Dimanakah semua orang yang mengaku mau mengikut
Yesus, sementara gereja-Nya masih sangat membutuhkan para pelayan?
Firman Tuhan mengingatkan dan sekaligus mengajak kita: marilah
ikut, datang dengan kesungguhan hati dan masuklah untuk mengambil bagian dalam
panggilan-Nya memberitakan kabar baik; memberitakan Kerajaan Allah yang telah
hadir dalam setiap kebaikan-Nya di hidup kita. Itulah panggilan Tuhan Yesus
kepada semua orang yang percaya, sekaligus merupakan kesaksian iman yang kita
nyatakan dalam membangun motivasi dan perbuatan kasih kita. Sesungguhnya setiap orang percaya adalah orang-orang yang memiliki
panggilan. Panggilan bukan hanya kepada penatua tetapi setiap orang percaya. Itu berarti, kita semua adalah orang-orang yang dipanggil untuk melayani. Pelayanan bukan saja berkhotbah atau maragenda. Tetapi pelayanan memiliki
pengertian yang luas. Misalnya : membersihkan gereja, menyambut pengunjung
gereja, mengajak orang lain supaya ke gereja. Senyummu pun dapat menjadi bagian
dari pelayanan. Inti dari pelayanan adalah membuat orang lain dapat
merasakan kenyamanan, ketentraman, kebahagiaan, sukacita, dan tentunya iman
yang bertumbuh. Untuk melakukan itu
memang tidak mudah,
membutuhkan pengorbanan. Tetapi pada akhirnya, siapa yang melakukan pelayanan itu ia akan menerima
upah. Ia akan berbahagia.
AMIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar