28 Desember 2018

Mazmur 149:1-9 PUJILAH PEMBERI KEMENANGAN



                 PUJILAH KEMENANGAN

Hidup manusia selalu dilanda pergumulan, entah itu pergumulan pribadi atau pergumulan bersama. Lalu, bagaimana setiap orang merasakan dan memandang pergumulan itu ? Tentu berbeda-beda, ada orang memandang pergumulan itu sebagai akhir hidup, dan kemudian putus asa ; ada juga orang memandang pergumulan itu sebagai ujian hidup baginya, untuk kemudian melangkah lebih mantap. 

Umat Tuhan telah lepas dari pergumulan yang hebat menghadapi musuh berat. Dalam pergumulan itu, Pemazmur memandang peran Tuhan. Kalau umat Tuhan bebas dari cengkeraman musuh, maka pemazmur melihat bahwa kemenangan itu adalah berkat kuasa Tuhan. Karena itu, pemazmur mengajak umat Tuhan untuk memuji Tuhan dengan nyanyian baru. Nyanyian baru yang dimaksud adalah, dimana umat boleh merasakan pengasihan Tuhan di dalam hidupnya.
Ibadah adalah sebuah kebutuhan dan aturan dalam hidup umat Tuhan. Orang-orang yang tekun melakukan ritual agama, termasuk ibadah disebut sebagai orang saleh. Dalam ibadah hendaklah bersukacita. Sukacita mereka didasarkan atas pengasihan Yang menjadikan mereka, yaitu Tuhan. Tuhan yang menuntun umatNya sehingga beroleh kemenangan. Tuhan adalah raja atas umat pilihanNya. Pemazmur mengajak umat bersorak-sorai sebagai wujud sukacita mereka kepada Tuhan. Pemazmur menganjurkan mereka dalam Ibadah Penyembahan dan Pujian ini berupa tari-tarian, yang disertai dengan alat musik rebana dan kecapi, yang berdentang dan berdenting.
Sorak sorai dan tarian yang diiringi alat-alat musik tetaplah dalam rangka memuliakan Tuhan. Adanya pengakuan terhadap kuasa Tuhan, itulah yang menunjukkan orang yang rendah hati. (dpl, rendah hati bukanlah diam-diam seperti orang ‘sok kudus’ yang ngak jelas). Orang rendah hati adalah orang yang mengandalkan Tuhan dalam segenap hidupnya. Ia percaya kepada penataan Tuhan atas hidupnya. Orang yang demikian dikatakan (4) : Tuhan memahkotainya dengan keselamatan.
Orang-orang saleh dan rendah hati akan menikmati hidup yang tenang dan sukacita. Betapa indahnya pemazmur melukiskan hidup orang saleh dan rendah hati juga bersorak-sorai di tempat tidurnya. Maksudnya bukan seperti anak-anak yang jingkrak-jingkrak di tempat tidur, melainkan ia mengagumi kuasa Tuhan dalam hidupnya, dan kemudian menghantar tidurnya dalam mimpi indah.
Orang-orang saleh dan rendah hati juga mengagungkan Tuhan dalam hidupnya. Ia menyerahkan seluruh hidupnya kepada kuasa Tuhan. Musuh yang sempat mengekang mereka tidak perlu dibalas dendam. Mereka cukup memegang ‘pedang bermata dua’ di tangannya. Pedang bermata dua yang dimaksud bukanlah benda tajam melainkan firman Tuhan. Mereka tidak perlu melakukan pembalasan atau dendam kepada musuh mereka, sebab itu adalah hak Tuhan (Ulangan  32:35).  Serahkan pada Tuhan segala pergumulanmu. Hidup orang saleh dan rendah hati sungguh dapat merasakan kasih Tuhan dalam hidupnya.

Ibadah adalah perjumpaan umat dengan Tuhan, untuk bersyukur melalui penyembahan – persembahan. Perjumpaan dengan Tuhan bukanlah dalam rangka mengemis dengan cara cengeng. Menarik ajakan pemazmur untuk bersorak sorai, menari dengan alat-alat musik saat ibadah. Banyak gereja melakukan hal ini pada hari Natal dan perayaannya. Ada tari-tarian waktu pembukaan acara, ada tari lilin, yang diiringi aneka alat musik. Semua itu menghangatkan suasana Ibadah Natal. Tapi mengapa setelah Natal semua itu menghilang ya ? Mengapa semaraknya ibadah hanya pada Natal dan perayaannya atau yang dianggap Ibadah Besar ? Apakah demi kekudusan ? Jika demikian maka Natal dan perayaan besar lainnya menjadi tidak kudus. Atau, apakah karena gereja tidak mau repot mempersiapkannya ? Barangkali, jika ini dilakukan juga pada Ibadah Minggu biasa, maka sangat mungkin menambah gairah beribadah. …. sekedar renungan, untuk dilakukan….

Saleh dan rendah hati menjadi penting dalam hidup orang percaya. Setiap orang perlu melakukan aturan-aturan agama yang dianutnya. Kesetiaan untuk melakukan aturan-aturan agama menunjukkan kita sebagai orang saleh. Ibadah adalah salah satu yang menjadi tekanan dalam kita bergereja. Dalam ibadah ini kita dituntun untuk memuji dan bersyukur kepada Tuhan. Dalam ibadah kita berjumpa dengan Tuhan dan dalam ibadah yang ditata sedemikian rupa akan membuat kita merasakan jamahan Tuhan. Bagaimana pun, kita perlu menunjukkan hidup saleh sebagai bagian dari surat Kristus yang berjalan untuk pewartaan Injil.

Hidup dengan rendah hati haruslah juga terus menerus dibangun dalam diri setiap orang percaya. Kita meyakini, bahwa seluruh hidup kita karena kuasa Tuhan. Keberhasilan dan kegagalan dalam hidup hanyalah ukuran manusia, yang membuat kita menjadi sombong dan kecewa. Tetapi orang yang rendah hati akan melihat bahwa segala hidup ini berada dalam tuntunan Tuhan. Ia dapat menerima segala sesuatu yang terjadi dalam hidupnya. Ia tidak marah, rewel, banyak kritik. Ia mampu menerima hidup apa adanya setelah melakukan berbagai upaya dan usaha. Karena itu, pujilah si Pemberi Kemenangan. AMIN

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar