MENJADI GARAM DAN TERANG DUNIA (Matius 5:13-20)
Matius 5 – 7 disebut sebagai Khotbah Yesus di
Bukit, yang didengar oleh orang banyak. Yesus membuka khotbahNya dengan
ucapan-ucapan berbahagia. Yesus menguatkan para pengikutNya, bahwa setiap orang
dapat memperoleh kebahagiaan. Di dalam khotbah di Bukit ini kita menemukan
nilai-nilai Kristiani, standar etika, dan ketakwaan religious. Khotbah ini
mengajarkan, bagaimana sikap anak-anak Tuhan menghadapi gaya hidup manusia yang
terus berkembang.
Yesus dalam Matius 5:13-20 yang merupakan
cuplikan dari Khotbah di Bukit menyebutkan bahwa para pengikutNya adalah ‘garam
dan terang dunia’. Garam sangat bermanfaat untuk memberi cita rasa bagi makanan
dan sebagai bahan pengawet dari pembusukan. Tanpa garam, makanan memang menjadi
hambar. Garam akan bermanfaat apabila garam itu meresap pada makanan yang
digarami. Garam itu melebur hancur, tetapi keberadaannya sangat berpengaruh.
Garam memberikan pengaruh baik untuk yang digarami, tetapi garam itu sendiri
menjadi tidak tampak.
Ungkapan Yesus yang mengatakan ; ‘Kamu adalah garam dunia’ berarti kehadiran pengikut Yesus haruslah memberi pengaruh yang baik bagi dunia. Pengikut Yesus menggarami dunia agar tidak terjadi pembusukan oleh kelompok-kelompok jahat. Yesus mengajar para pengikutnya agar senantiasa berbuat baik bagi orang lain, sebagaimana garam ‘membantu’ makanan menjadi lezat dan awet. Perbuatan yang baik dan bermanfaat tidak akan hilang begitu saja. Setiap orang yang memberi pengaruh baik akan dapat dirasakan orang-orang sekitarnya. Perbuatan yang baik itu akan menjadi terang bagi banyak orang untuk meneladaninya. Dengan pengaruh itu maka dunia akan bergerak ke arah yang lebih baik.
Yesus menyadari agar dapat menjadi garam
dan terang memerlukan pemahaman dan penghayatan yang benar terhadap hukum
Taurat. Matius 5:17 menyebutkan bahwa
Yesus tidak datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi,
melainkan untuk menggenapinya. Kata ‘menggenapi’ tidak berarti bahwa dengan
kedatangan Yesus nubuat-nubuat
Perjanjian lama telah genap atau bahwa Yesus melengkapi hukum Taurat. Yang
dimaksud ialah bahwa dengan penuh kuasa, Yesus menjelaskan arti dan makna hukum
Taurat sebagaimana dimaksudkan oleh Allah. Hukum Taurat memang tidak
menyelamatkan tetapi harus tetap dipelihara sebagai pagar yang mengatur hidup keagamaan.
Dengan penjelasan Yesus itu maka orang Kristen tidak bebas dari pelaksanaan
hukum Taurat, melainkan perlu lebih memahami sehingga tercapai tujuan dari
makdsud hukum Taurat itu.
Yesus perlu memberi ketegasan tentang hukum
Taurat ini karena telah terjadi perdebatan-perdebatan di antara para pengikut
Yesus. Ada yang mengatakan bahwa hukum Taurat itu usang, sehingga tidak berlaku
lagi. Selain itu ngotot mengatakan masih berlaku tetapi memberikan tafsiran
yang salah. Orang-orang Farisi melakukan kewajiban keagamaan tetapi penuh
kemunafikan. Dalam menyembah dan membawa persembahan kepada Tuhan haruslah
berlaku setia dan jujur. Bukan hanya sewaktu-waktu dan bukan untuk dilihat
orang. Matius 6:1-6 mengatakan : ‘Ingatlah, jika kamu melakukan kewajiban
agamamu, jika engkau memberi sedekah, apabila kamu berdoa, janganlah kamu
melakukannya supaya dilihat oleh mereka; janganlah kamu mengharapkan upah dari
manusia ! Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya ! Itulah
kemunafikan orang-orang Farisi.
Justru dengan hukum Taurat itu menjadi penuntun
bagi umat Tuhan untuk melaksanakan kewajiban keagamaan (20). Pengikut Tuhan
Yesus haruslah membuang kemunafikan tetapi hendaklah memiliki ‘kebenaran yang
lebih benar’. Kebenaran yang lebih
benar berarti pengikut Yesus tidak sekedar melaksanakan hukum Taurat, melainkan
selalu mempraktekkan hukum kasih, sekalipun tidak disaksikan orang lain.
Demikianlah pengikut Yesus melaksanakan kewajiban agama dengan benar sesuai
dengan kehendak Allah. Ritual keagamaan harus benar dalam penghayatan, sehingga
prakteknya menghasilkan buah yang dapat dirasakan dalam kehidupan nyata. Dengan
demikian, pengikut Tuhan menjadi garam dan terang. Lagi pula, keutamaan menjadi
garam dan terang bukan untuk manusia tetapi bagi kemuliaan Tuhan.
Dalam perkembangan zaman ini segala
sesuatunya tampak makin terbuka ; kejahatan dan kebaikan begitu tampak nyata.
Dalam alam keterbukaan ini diberikan kebebasan kepada setiap orang. Manusia
tidak lagi takut menyuarakan kebenaran, keadilan, penegakan hak azasi manusia.
Pada awalnya tidak sedikit manusia kehilangan nyawa untuk memperjuangkan
kebenaran, kita sebut saja Munir. Perjuangan itu berlangsung dalam proses panjang.
Nelson Mandela menghabiskan sebahagian besar masa hidupnya untuk memperjuangkan
keadilan, bahkan harus mendekam dalam penjara selama 27 tahun. Mungkin, baik
Nelson Mandela atau Munir dan pejuang lainnya, kelak akan dilupakan orang.
Namun, kebaikan yang telah dilakukan akan terus diperjuangkan sampai setiap orang
sungguh-sungguh menikmati keadilan dan perdamaian dunia. Mereka telah menjadi
garam dan terang dunia.
Bagaimanakah orang Kristen dalam praktek kehidupan
nyata ? Tidak sedikit orang Kristen melakukan tiga hal ; (a) tidak memperlihatkan
dirinya sebagai Kristen, (b) memperlihatkan dirinya sebagai orang Kristen
melalui asesoris belaka, (c) mempertontonkan kekristenannya secara vulgar, yang
malah menjadi sandungan.
Tuhan Yesus menyebut kita adalah garam
dunia. Garam memberi pengaruh yang baik bagi makanan, sekalipun ia menjadi
tidak tampak. Yang aneh, banyak orang yang berkata atau berbuat tetapi yang
menonjol adalah dirinya. Segala yang ia lakukan tidak memberi arti bagi sekitarnya.
Sebab, yang menjadi perhatian orang adalah penonjolan dirinya. Kalaupun
kehadirannya memberi pengaruh tetapi pengaruh buruk. Ia tidak menjadi garam.
Sebagai garam dunia, kita hendaknya memberi
pengaruh yang baik bagi dunia sekitar kita ; entah di keluarga, gereja, dan
masyarakat. Sekalipun kita tidak diingat orang tetapi jika perbuatan baik itu menjadi
teladan bagi banyak orang, maka kita telah menjadi garam dan terang dunia.
Kebaikan orang-orang percaya akan memberi pengaruh bagi banyak orang untuk
memuliakan Bapa yang di sorga. AMIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar