HIDUP,
DAN DIBERKATI OLEH TUHAN (Ulangan 30:15-20)
Tahun 2014 ini dinamai Tahun Politik.
Berbagai peristiwa politik akan mewarnai kehidupan kita dalam berbangsa dan
bernegara. Puluhan ribu orang bergerak mengkampanyekan dirinya sebagai orang
yang peduli dengan bangsa ini. Kepedulian itu akan diwujudkan apabila ia
berhasil duduk di DPR atau DPRD, atau mungkin menjadi Presiden. Perjuangan
mereka sebagai yang peduli terhadap bangsa ini sangat ditentukan oleh rakyat
Indonesia, termasuk kita pada Pemilu 9 April 2014. Kita diminta menentukan
pilihan pada orang-orang yang kita anggap dapat membawa aspirasi kita. Tapi
jika kita salah pilih, maka harapan tidak menjelma menjadi kenyataan dan gelap
tidak berubah menjadi terang.
Kitab Ulangan banyak mengajarkan agar umat
Tuhan selalu hidup dalam firman Tuhan. Orangtua diingatkan supaya mengajarkan
firmanNya bagi anak-anaknya. ‘Dengarlah,
hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! …haruslah engkau
mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila
engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau
berbaring dan apabila engkau bangun’ (Ulangan 6:4-7).
Nas renungan kita (Ulangan 30:15-20)
disajikan sebagai perkataan-perkataan terakhir Musa kepada generasi Israel yang
akan memasuki tanah perjanjian. Perkataan Musa ini mengacu pada pengalaman umat
bersama Tuhan. Namun perkataan Musa juga mengarah ke depan dan menjadi
pengajaran bagi generasi mendatang.
Musa telah memimpin umat ini dari Mesir
hingga menjelang masuk tanah perjanjian. Sebagai pemimpin umat, Musa memiliki pengalaman
bersama umat ini. Musa melihat kedegilan dan sungut-sungut bangsa ini. Mereka
tidak segan-segan melakukan penyembahan berhala, sebagai pengaruh dari
bangsa-bangsa lain. Mereka acapkali menyembah baal atau
dewa, bahkan mereka pernah membuat patung lembu untuk disembah. Semua itu
mereka lakukan tatkala mereka merasa tidak puas dengan Allah yang diperkenalkan
Musa. Itulah bentuk-bentuk ketidaktaatan kepada Allah. Sikap ini hanya membangkitkan
amarah Tuhan. Memang, adakalanya umat juga menikmati pengalaman indah
bersama Tuhan ; Tuhan mencukupkan mereka dengan makanan, minuman, pakaian, dan
kemenangan menghadapi musuh. Saat ada hidup yang penuh keindahan itu, umat
memang memuji dan memuliakan Tuhan. Tapi jelas, mereka bukanlah bangsa yang setia.
Karena itu, disaat akan memasuki negeri
yang Tuhan janjikan, Musa ingin supaya bangsa ini menetapkan pilihan ; menjadi
bangsa yang ‘setia kepada Tuhan’ atau menjadi ‘bangsa yang menentang Tuhan’. Ketaatan
mematuhi ketentuan-ketentuan dalam perjanjian Allah dengan umatNya akan
membuahkan keberhasilan ; sebaliknya ketidaktaatan akan membuahkan kematian dan
kehancuran. Musa memberikan pilihan bagi umat Tuhan ; apakah mau menjadi bangsa
yang diberkati atau akan binasa.
Musa meyakini, bahwa
Tuhan telah memilih umatNya agar dapat menjadi berkat (Kejadian 12:2). Karena itu, di antara dua pilihan itu,
Musa menasehatkan agar umat Tuhan memilih kehidupan. Pilihlah kehidupan, supaya
engkau hidup; baik engkau maupun keturunanmu (19b). Dengan pilihan itu, mereka masuk
ke negeri yang Tuhan janjikan, memperoleh kehidupan, bertambah banyak, lanjut usia. Mereka yang taat pada perintah
Tuhan, bukan saja diberkati tetapi dapat menjadi berkat bagi bangsa-bangsa.
Itulah hidup yang berarti.
Setiap manusia memiliki pilihan untuk
menikmati hidup bahagia. Banyak upaya yang dilakukan manusia untuk menggapai
kebahagiaan itu. Sungguhkah manusia mencapainya ? Biarlah kita masing-masing
dapat menjawabnya. Dunia memang telah memberikan berbagai fasilitas untuk
menunjang kemudahan bagi hidup manusia, namun manusia tetap dilanda
kegelisahan, galau, takut. Tidak sedikit manusia merasa dirinya terkutuk. Hari-hari
yang dilalui selalu diwarnai oleh keputusasaan, sakit hati, dendam, amarah,
kebencian, stress.
Allah telah memilih kita karena kasihNya ; maka
kita seharusnya mengasihi Allah dan setia kepada firmanNya. Kesetiaan pada
firmanNya akan membimbing kita menjalani dan menikmati hidup ini. Mewarnai
hidup dengan firmanNya, maka seberat apapun hidup yang dijalani tetap merasakan
penyertaan Tuhan. Tidak ada yang melebihi sukacita yang diberikan oleh Tuhan.
Zaman senantiasa mengalami perubahan. Bagaimana
kita menghadapi zaman yang terus berubah ini ? Apa yang kita persiapkan ? Bagi
orang yang sudah lanjut usia tentu sudah mengalami beberapa perubahan zaman. Tapi
pernahkah kita mempersiapkan diri menghadapi setiap perubahan zaman ? Bagaimana
kita memasuki zaman yang masih akan berubah ? Atau, apakah kita belajar setelah
zaman itu tiba ? Itu namanya magurbag (marguru dibagasan). Hidup dengan firman
Tuhan, melakukan perintah Tuhan menjadi hal yang utama menghadapi segala zaman.
Kita perlu mempersiapkan otak kiri anak-anak
kita, tapi kita juga perlu membangun otak kanannya, yaitu firman Tuhan. Dengan
demikian, bagi mereka kelak tidak ada zaman dan situasi yang buruk. Mereka akan
menjadi manusia yang siap menghadapi segala zaman dan menjadi berkat. AMIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar