ALLAH
MEMULIHKAN ORANG YANG MENDERITA
Dalam suatu Ibadah Syukur, sambutan dari
keluarga yang diwakili sang bapak memberitahukan dasar dilaksanakannya acara
syukur. Dia bercerita tentang perjalanan hidupnya. Sang bapak begitu keras
bekerja sehingga ia mencapai sukses dalam usaha bisnisnya. Ia memang menikmati
hasil kerja kerasnya. Namun, suatu waktu usahanya hancur, sampai terlilit
hutang. Dalam hitungannya, seandainya seluruh harta yang ada dijual maka tidak
cukup untuk membayar hutangnya. Sang bapak menyimpan semua situasi itu,
sehingga tidak banyak orang mengetahui. Yang membuatnya sangat sedih,
kebangkrutan itu memberi pengaruh bagi keluarga intinya. Isteri dan
anak-anaknya yang sudah terbiasa hidup dalam kecukupan, harus ikut menanggung
penderitaan (bapak menangis). Sang bapak sungguh-sungguh tidak tahu lagi harus
berbuat apa. Ia mempertanyakan, dimana Allah yang adil itu ? Dalam kepasrahan
dan penuh tanya tentang Allah, ia tetap menjalankan usahanya. Di dalam
kepasrahan itu, sepertinya ada titik kebangkitan. Sang bapak kembali semangat
dan senantiasa berdoa yang memang tidak pernah lekang dari hidupnya. Dalam
kurun waktu yang tidak terlalu lama, usaha itu mengalami pertumbuhan sampai
dipulihkan seperti semula. (sang bapak kembali mencucurkan air mata).
Mengakhiri kisahnya sang bapak berkata, apa yang terjadi baginya semua di luar
teori-teori bisnis. Sang bapak mengakui ada kuasa yang mengendalikan. Dan
penguasa itu adil. Itulah Tuhan. Kini, tengah-tengah kesibukan bisnisnya, ia
juga mempersembahkan hidupnya menjadi pelayan di gereja. Allah itu adil.
Mazmur 126 ini merupakan kesaksian umat
atas perbuatan Tuhan bagi kehidupan mereka pada masa lalu. Mereka telah menjadi
tawanan dari satu bangsa yang kuat. Mereka mengalami banyak tekanan dan
penderitaan, tidak memiliki kebebasan untuk menyembah Tuhan. Hebatnya kekuatan
bangsa yang menindas, membuat mereka merasa tidak mungkin lagi terbebas.
Perjalanan waktu boleh mengubah segala sesuatu. Umat Tuhan terbebas dari bangsa
kuat yang menindas. Umat Tuhan boleh kembali ke negerinya. Namun, mereka
seperti tidak percaya akan situasi itu. Peristiwa yang terjadi bagaikan mimpi,
sehingga mereka tertawa, mentertawai diri sendiri. Mereka mencoba meyakinkan
diri akan kelepasan ini dengan bersorak-sorai. Sikap umat Tuhan yang penuh
sorak-sorai itu membuat orang lain berkomentar, : "TUHAN telah melakukan
perkara besar kepada orang-orang ini!" Akhirnya mereka sadar, takjub,
heran, tercengang, dan kagum. Mereka percaya, Tuhan yang adil itu telah
memulihkan mereka.
Aneh tapi nyata. Itulah yang dirasakan umat
Tuhan. Tuhan memulihkan, mengembalikan umatNya pada yang semula. Tuhan
memulihkan umatNya, berarti : Tuhan mengembalikan umatnya dari pembuangan ke
negeri mereka di Sion, Tuhan mengembalikan umatnya dari tawanan menjadi bangsa
yang merdeka, Tuhan mengembalikan umatNya dari penindas nan penuh derita
menjadi kelegaan. Umat menjadi sadar, bahwa peristiwa aneh tapi nyata ini
merupakan tindakan Tuhan. Tuhan melakukan pemulihan bukan melalui kekuatan umat
untuk membebaskan diri, tetapi melalui raja lain yang membebaskan mereka. Ini
adalah pekerjaan Tuhan yang bisa membuat kemustahilan menjadi keniscayaan.
Ketidakpastian menjadi kepastian. Penderitaan menjadi kebahagiaan. Tuhan
memulihkan mereka kembali sebagai umat pilihanNya. Kesadaran atas perbuatan
Tuhan ini membuat mereka mencucurkan air mata tetapi air mata sukacita.
Bagi Pemazmur, Tuhan itu adil. Tuhan
memberi keadilan bagi manusia. Tuhan memberi keadilan bagi umatNya. Karena
keadilan Tuhan itu pula, maka pemazmur mengajak umat Tuhan untuk senantiasa
melakukan segala perintah Tuhan. Perintah Tuhan itu terkadang sulit tapi Tuhan
akan memberkati melebihi kesulitan yang melakukannya. Pemazmur menggambarkan
hidup orang percaya seperti kehidupan petani. Mereka memang harus
berlelah-lelah mencangkul tanah, menabur benih, dan merawatnya. Atas semua yang
telah dilakukan, mereka meletakkan pengharapan pada pertumbuhan benih yang
ditabur. Dan ketika tiba waktunya, para petani menuai hasilnya. Mereka membawa
pulang hasil panennya dengan sorak-sorai. Demikian umat Tuhan boleh pulang dari
pembuangan dengan sukacita dan menikmati keadilan Tuhan.
Sadar atau tidak, hidup manusia mengalami
perubahan yang disertai suka dan duka. Lalu, bagaimana manusia menyikapi
perubahan itu ? Ketika datang sukacita, maka kita bersyukur. Tetapi dikala
duka, penderitaan menghampiri hidup, maka hidup menjadi apatis, dan tidak
jarang timbul keputusasaan dan hilangnya pengharapan. Kita tidak sabar dan
ingin segera mengusir realita itu, kita marah pada situasi dan mungkin pada
orang di sekitar kita. Keadilan seperti tidak menyertai kita. Pada kurun waktu
tertentu kita mungkin memang merasa tidak adil. Tetapi sesungguhnya, jika kita beriman,
maka akan ada keadilan. Kita jangan hanya melihat keadilan menurut ukuran kita
tetapi marilah kita memandang keadilan menurut Tuhan. Tuhan itu adil. Belajar
dari umat Tuhan, maka di saat duka, penderitaan menghampiri hidup, kita perlu
memandangnya dengan iman. Kita perlu membangun pengharapan (optimis), bahwa
Tuhan itu adil. Tuhan memberikan keadilan bagi setiap umatNya.
Tuhan memulihkan umatNya. Tuhan
mengembalikan umatNya pada situasi dan hakekat manusia. Perubahan zaman
sekarang ini bukan tidak mungkin telah menyeret manusia jauh dari kehendak
Tuhan. Manusia secara tidak sadar menjadi individual, konsumtif, hedonis. Ia
lupa akan fungsi dan hakekatnya sebagai manusia yang Tuhan kehendaki. Manusia terbawa
arus gelombang kehidupan yang menimbulkan penderitaan. Saat demikian, manusia
telah jatuh dalam pencobaan. Manusia perlu tersadar akan langkah yang telah
dilalui.
Tuhan berkenan memulihkan manusia itu untuk
kembali menjadi manusia sesuai dengan gambar Allah. Sesungguhnya, di situ
manusia menikmati keadilan Tuhan itu. Sebagai orang percaya, kita tentunya
telah meikmati keadilan Tuhan. Tindakan Allah yang telah kita alami harus direspon
dengan sukacita, semangat, vitalitas, dan ucapan syukur dalam menjalani hidup. AMIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar