SUKACITA
ATAS KEMBALINYA ORANG BERDOSA
Orangtua yang memiliki harta, wajar dan lazim mewariskan kepada
anak-anaknya. Namun, kapan dibagi dan bagaimana membagi, itu satu masalah lain.
Di
zaman dahulu apalagi sekarang, harta warisan dapat dibicarakan ketika si
orangtua masih hidup, tetapi pembagiannya baru dilaksanakan setelah meninggal
dunia. Dalam perumpamaan ini, si anak digambarkan sebagai orang yang tidak
sabaran. Ia meminta warisan dengan memaksa bapanya. Si bapa memenuhi permintaan
anaknya. Lalu anak pergi ke tempat yang jauh, dan ia memfoyafoyakan seluruh
harta miliknya sampai habis, sehingga ia tidak lagi memiliki bekal. Ia jatuh ke
dalam pencobaan.
Di saat penderitaan itu, si anak pun tersadar dan berucap (17) : „Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang
berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan“. Lalu, dalam
segala penyesalan ia mengambil keputusan (18) : „Aku akan bangkit dan pergi
kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan
terhadap bapa“. Dengan segala penyesalan dan keputusan, si anak kembali kepada
bapanya.
Kembalinya si anak itu disambut bapanya
dengan belas kasihan. Bapanya mendapatkan dia, merangkul dan menciumnya. Sang
bapa sungguh-sungguh menunjukkan kerinduan yang telah lama dinantikan,
mengharapkan si bungsu kembali. Si bungsu yang menyesali perbuatannya disambut
sang bapa dengan memakaikan jubah
sebagai tanda kehormatan layaknya tamu agung. Mengenakan cincin sebagai tanda
kedudukan yang tinggi dan kekuasaan yang diberikan. Mengenakan sepatu sebagai
tanda bahwa ia adalah orang merdeka. Si bapa melihat si bungsu waktu berangkat
adalah tindakan kematian, tetapi tindakan kembali kepada bapa adalah tindakan
kehidupan.
Sikap bapa yang ditampakkan dalam
perumpamaan ini bukan sikap yang biasa, tetapi sikap bapa yang luar biasa.
Sikap ini hanya ada pada Allah bapa yang selalu menginginkan manusia yang
berdosa kembali dan bertobat dari dosa-dosanya. Bapa di sini adalah Allah yang
mengasihi manusia sebagaimana ia ada. Bapa adalah bapa yang menghidupkan,
memelihara dan selalu mengharapkan kembalinya orang berdosa.
Firman Tuhan ini merupakan satu perumpamaan
tentang kasih Allah bagi manusia. Allah memberi kebebasan bagi manusia, tetapi
manusia seringkali menyalahgunakan yang Allah berikan. Manusia tidak kuasa
mengendalikan diri. Keinginan bebas manusia tidak terkendali. Bahkan ajaran
firman Allah dianggap sebagai penghambat terhadap yang diinginkan. Manusia
jatuh ke dalam dosa.
Dosa yang digambarkan oleh ‘anak yang
hilang’ ini lebih dalam dari sekedar kesalahan atau pelanggaran moral. Dosa
adalah dimana manusia tidak merasa senang dengan Allah Bapa, dan aspek ‘aku’nya
menjadi pusat kehidupan, yang melahirkan perpisahan dengan Allah.
Demikianlah akan keberdosaan manusia. Manusia jatuh ke dalam berbagai
kejahatan tanpa memperdulikan norma-norma Kristiani. Manusia memerankan dirinya
sebagai yang licik dan tamak. Bukan saja cara memperoleh yang tidak lagi
memperhatikan norma-norma Kristiani, tetapi juga tidak menggunakan miliknya, sebagaimana
layaknya yang dikehendaki Tuhan.
Manusia seringkali memang tergoda oleh
dunia ini, akibatnya ia jatuh ke dalam pencobaan, ia menderita. Tetapi firman
Tuhan berkata, pencobaan yang engkau alami adalah pencobaan biasa. Manusia bisa
berada di dalam pencobaan itu terus-menerus, tetapi sesungguhnya ada jalan
keluar. Ini yang disadari oleh anak bungsu yang telah jatuh ke dalam pencobaan
itu, ia tersadar akan segala kesalahannya. Dalam kesadarannya dan keberanian
rohaninya itu, ia mengaku akan dosa-dosanya. Ia menghampiri bapanya.
Manusia perlu merenung tentang kehidupan
ini. Sudah seberapa jauh kita melangkah dari kehendak Allah ? Bukankah kita hanyut
dalam rayuan dunia, yang membuat diri kita jauh dari kehendak Allah ? Manusia
perlu menyadari keberdosaannya. Dan bila kita sudah menyadarinya, maka kita
perlu mengambil keputusan yang tepat, sekalipun keputusan itu tidak populer,
yaitu bertobat. Tetapi pertobatan akan mengangkat harkat manusia dihadapan
Allah.
Allah berkenan menerima dan mengampuni.
Allah tidak akan bertanya seberapa besar dosa yang telah kita lakukan, tetapi
Allah tersenyum dengan penuh sukacita menyambut setiap orang yang datang
kepadaNya. Allah mau mengangkat kita kepada kedudukan yang terhormat, dimana
kita memperoleh sukacita dan damai sejahtera. Pintu kerajaan sorga terbuka bagi
setiap orang yang mengakui dosadosanya.
Betapa besar kasih Allah bagi umatNya.
Kasih Allah Bapa tidak melepaskan atau menolak manusia berdosa. Allah dalam
kasihNya akan menerima manusia sebagaimana adanya, tanpa memperhitungkan
kemampuan moral seseorang. Secara dogmatis, ‘manusia dibenarkan bukan karena
perbuatan atau amal baiknya (Roma 11:6). Pembenaran terjadi di luar perbuatan
kita.
Kasih Allah Bapa dalam Yesus Kristus
membuka kesempatan kepada semua manusia dalam segala kondisi kerusakannya.
Allah mengangkat manusia yang rusak dan berdosa itu sebagai anakNya. Kedatangan
Yesus adalah untuk menyembuhkan yang sakit, mengampuni orang berdosa. Kasih
Allah Bapa melupakan seluruh kelemahan dan dosa-dosa kita, tetapi Dia
membangkitkan serta membangun kita kembali menjadi manusia yang dikasihiNya.
Saat ini banyak
anggota gereja yang berada di luar gereja (persekutuan) kita dengan berbagai
alasan/argumen. Gereja harus menjadi tempat menerima orang-orang yang berdosa.
Gereja perlu membangun persekutuan yang indah, sehingga setiap orang yang
datang beribadah menikmati perjumpaan dengan Allah dengan penuh sukacita. AMIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar