Saat menonton salah satu tayangan TV swasta
kita “Jika aku Menjadi”, ada banyak hikmah yang didapat dari sana. Obyek acara
itu adalah orang-orang ‘kecil’ yang kehidupan sehari-harinya dipenuhi
pergumulan. Subyeknya adalah mereka yang terbiasa hidup dengan fasilitas
lengkap. Selalu ada airmata dalam setiap acaranya, airmata dari subyek yang tertumpah
setelah sungguh-sungguh merasakan derita si obyek.
Dalam beberapa kali menghadiri suatu
peristiwa kemalangan, saya perhatikan orang-orang yang hadir berusaha untuk
menghibur, namun yang terjadi justru
makin menambah beban orang yang kemalangan itu. Dengan banyaknya ucapan-ucapan
belasungkawa dan kata-kata yang dimaksud untuk menghibur mereka menganggap akan
cukup menolong. Padahal, tidak satu pun ucapan dan kata-kata itu yang masuk ke
hati orang yang kemalangan itu. Bahkan tidak jarang, justru kata-kata itu
menyakitkan perasaan mereka yang kemalangan, “Yah… ini adalah pertanda dari Tuhan, supaya kalian rajin ke gereja!” Saya rasa, orang yang kemalangan akan
tersinggung dengan kata-kata itu. Benar bahwa mereka termasuk orang yang jarang
ke gereja, namun apakah harus diumumkan di depan umum? Pada saat kemalangan
seperti ini?