DIPILIH
SEJAK DARI KANDUNGAN
Ketika kita mengajak
seseorang menjadi
hamba Tuhan, entah sebagai Pendeta, Penatua, atau Majelis ; cenderung menolak.
Alasannya sangat klasik : belum/tidak terpanggil. Memang, menjadi hamba Tuhan butuh
panggilan pribadi. Tanpa ada panggilan hati maka tugas yang mestinya diemban
akan menjadi beban berat. Lepas
dari panggilan hati, ada alasan yang terukur untuk menolak panggilan itu, seperti yang diungkapkan Yeremia ; ‘aku
tidak pandai bicara dan masih muda’.
Pandai berbicara
memang keharusan bagi seorang
nabi, sebab
ia akan menyampaikan firman Tuhan dengan kata-kata. Firman
Tuhan selalu berkaitan dengan nasehat, bimbingan, kritik, pengajaran ;
semua itu membutuhkan kemampuan berbicara. Demikian juga
pengalaman sangat penting. Pengalaman bisa berkaitan dengan kematangan usia. Oleh sebab itu, alasan Yeremia menolak panggilan Tuhan itu sangat logis, karena ia masih
muda.
Tetapi perlu juga dipahami, menjadi hamba
Tuhan bukan ditentukan oleh diri sendiri dan bukan
berdasarkan kemampuan sendiri. Tuhan memiliki kuasa untuk memilih hambaNya. Itu sebabnya,
menjadi hamba Tuhan bukan pilihan tetapi panggilan. Menarik atas penetapan
Yeremia menjadi nabi : (a) ‘sebelum engkau keluar dari kandungan, …., Aku telah
menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa" (ay.7). Ini sangat luar
biasa. Sekali pun masih di dalam kandungan, Allah mampu menetapkan kehidupan
seseorang, terlebih menjadi hambaNya. Setiap hamba Tuhan memiliki keunikan atas
panggilannya. (b) Yeremia diutus Tuhan untuk menyampaikan firman Tuhan. Utusan
adalah duta atau yang mewakili yang berwewenang. Ia mempunyai tugas
menyampaikan pesan yang mengutus. (c) Aku menyertai engkau. Seorang hamba yang
diutus Tuhan sesungguhnya disertai Tuhan. Dalam penyertaan itu, seorang hamba
Tuhan harus sungguh-sungguh menyerahkan dirinya kepada Tuhan. Seorang hamba
Tuhan harus berserah dalam menjalani hidup dan pelayanannya.
Dalam nas ini disebutkan, ‘Jangan takut
kepada mereka’. Firman Tuhan cenderung mengkritisi orang-orang yang jahat.
Orang-orang jahat itu selalu memiliki kekuatan : entah itu kuasa, kelompok,
lihai bicara. Ketika firman Tuhan disampaikan kepada orang jahat, sangat
mungkin mereka tersinggung, sakit hati ; lalu menyerang balik yang menyampaikan
firman itu. Karena itu, Tuhan mengingatkan Yeremia : ‘Jangan takut kepada
mereka’. Jaminannya, para hamba Tuhan akan
selalu disertai
oleh Tuhan. Tuhan mengulurkan tangan-Nya (memberkati), dan menjamah mulut
(memberi kemampuan berbicara). Para hamba
Tuhan tidak perlu menjadi kecut sebab seluruh kata
yang diungkapkan bersumber
dari Tuhan (9) : "Sesungguhnya, Aku menaruh
perkataan-perkataan-Ku ke dalam mulutmu’. Dengan penyertaan dan berkat yang
diterima Yeremia, maka ia siap diutus melakukan tugas panggilannya.
Tugas Yeremia :
merubah-membaharui.
Pembaharuan adalah pekerjaan yang
‘ngeri-ngeri sedap’. Ngeri karena masih banyak manusia anti pembaharuan, apalagi jika yang baru itu dianggap
merugikan dirinya. Sedap karena akan
melihat/menikmati sesuatu yang baru. Yeremia yang masih muda itu akan berhadapan dengan tantangan. Terlebih Tuhan mengembankan tugas yang teramat
berat bagi Yeremia untuk melakukan perubahan total (10) :
“mencabut dan merobohkan, untuk membinasakan dan meruntuhkan ; lalu kemudian
membangun dan menanam." Inilah tugas Yeremia
yang diutus Tuhan.
Kita seluruhnya
umat Tuhan, sesungguhnya telah dipanggil menjadi hambaNya. Memang ada panggilan
khusus seperti Yeremia, dan ia memang harus memiliki kemampuan khusus. Kita
bisa belajar dari Yeremia yang tidak pandai bicara dan masih muda itu. Tetapi
dalam prakteknya, Yeremia mampu dengan luar biasa menyampaikan firman Tuhan.
Menjadi perenungan bagi kita; sejauh mana
firman Tuhan yang kita baca atau kita dengar membaharui hidup kita. Apakah
Firman Tuhan itu membuat kita bertumbuh, atau apakah kita mengalami perubahan ?
Seorang Jemaat berbicara kepada sesama
jemaat tentang pendeta mereka. Jemaat yang satu berkata kepada temannya, ‘iman
saya tidak bertumbuh sejak pendeta kita ini melayani di sini’. Lalu jemaat yang
seorang menyahut, ‘Ah….pendeta di jemaat kita sudah silih berganti, tapi anda begitu-begitu
saja kok… Soal pertumbuhan iman, itu kan pribadi bapak, bukan soal pendeta.
Alkitab juga sudah cukup menjelaskan. Tinggal bagaimana kita menghidupi diri
kita dengan firman itu…....na godang hatam’.
Rasul Paulus
mengatakan dalam Galatia 5 : 22-23, bahwa orang yang percaya kepada Yesus
Kristus harus menghasilkan BUAH ROH, yaitu : kasih, sukacita, damai sejahtera,
kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan
diri. Artinya, Firman Tuhan
yang kita baca atau Firman Tuhan yang kita dengar harus mengubah diri kita. FT
tidak berarti jika ia sekedar menjadi pengetahuan, tetapi FT bermanfaat apabila
di dalam diri kita ada perubahan. AMIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar