ENYAHLAH,
IBLIS
Kisah pencobaan Yesus di padang Gurun
tentunya sudah menjadi sebuah cerita yang tidak asing lagi. Cerita ini sudah
melekat bagi kita, karena isinya mengenai percakapan, tawar-menawar di antara
dua tokoh yang populer, yaitu Yesus dan iblis. Menjadi menarik, karena keduanya
merupakan tokoh yang saling
bertentangan.
Kalau kita melihat cerita ini, Yesus
sesungguhnya tidak ingin mengalami pencobaan ini. Tetapi ini adalah suatu
kehendak Bapa. Pada ay.1 dikatakan : “Yesus
dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai iblis.” Roh Allah
menuntun, menyertai Yesus dalam pencobaan ini, dan Allah menunjukkan bahwa
kuasa Yesus jauh melampaui kuasa iblis. Ada tiga tawaran yang disajikan iblis
kepada Yesus : (a) Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini
menjadi roti (b) Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah dirimU ke bawah (c) Jika
Engkau sujud menyembah aku, semua dunia ini akan kuberikan kepadaMu.
Tawaran ini menunjukkan bahwa iblis tidak
mengenal Yesus ; iblis memainkan kelihaiannya dengan menawarkan roti saat Yesus
lapar dan menawarkan kemegahan dunia yang memang menjadi incaran banyak manusia
berdosa. Secara tegas Yesus menolak tawaran iblis ini, : “Enyahlah iblis.” Mengapa ? Karena dunia ini memang milik Allah.
Karena Yesus datang ke dalam dunia bukan untuk menguasai dunia tetapi justru menyelamatkan manusia yang dikekang
oleh dunia ini.
Perlawanan Yesus terhadap iblis,
menunjukkan bahwa iblis tidak berkuasa atas Yesus. Yesus bukan mengabaikan
nilai-nilai dunia tetapi bagaimana seharusnya manusia mendapatkan
dunia ini secara benar. Dunia dan isinya ini adalah milik Tuhan. Tuhan
memberikan dunia dan isinya sebagai anugerah untuk kebahagiaan hidup manusia. Manusia
berhak memperoleh dunia tapi untuk kebahagiaannya. Hanya saja manusia perlu
mempertanyakan, bagaimana manusia
mendapatkan dunia ini. Banyak cara orang mendapatkan dunia ini, tetapi
apakah semua cara kita berkenaan bagi Tuhan. Kita harus kritis untuk
mendapatkan dunia ini. Jangan memperoleh harta dengan : (1) menggunakan kekuatan iblis. Ada orang
untuk mendapatkan pekerjaan, jabatan, keuntungan, keberhasilan atau sukses
lainnya memohon kekuatan justru melalui iblis. Orang yang mendapatkan sesuatu
karena kekuatan iblis, berarti orang itu mengakui, dunia ini milik iblis.
Implikasinya, kalau ia mendapatkan yang diinginkannya, maka miliknya itu adalah
milik iblis. Akibatnya, apa yang dimiliki tidak membawanya kepada kebahagiaan. (2)
mengorbankan orang lain. Pekerjaan yang
kita lakukan untuk mendapatkan nilai dunia ini banyak yang dicapai atas
kerjasama dengan orang lain, misalnya : karyawan, sopir, termasuk pembantu RT.
Mereka itu adalah orang-orang yang membantu kita untuk mendapatkan
uang/keuntungan. Lalu, apakah ada kepedulian kita kepada mereka. Apakah kita
peduli dengan hidup mereka. Nanti coba saudara-saudara yang memiliki karyawan,
sopir, pembantu RT merenungkan hal itu. Mari kita mengejar dan mendapatkan
isi/harta dunia ini, tetapi hendaklah dengan cara yang berkenaan bagi Tuhan.
Makna lain yang bisa kita dapatkan dari
firman Tuhan (Matius 4 : 1 – 11) ini ialah, awas jangan sampai kepada
pencobaan. Salah satu kalimat dari Doa Bapa Kami berbunyi “Janganlah membawa kami ke dalam pencobaan.” Israel
juga diperingatkan supaya jangan mencobai Tuhan Allah seperti yang telah
dilakukan Israel (Keluaran 17:1-7).
Orang Israel telah mencobai Tuhan dengan berkata : ‘Adakah Tuhan
ditengah-tengah kita atau tidak?’.
Kata-kata itu mengisyartkan bahwa mereka meragukan kehadiran Tuhan di
tengah-tengah mereka. Keraguan atas kehadiran Tuhan, berarti mereka telah
menyangkal sifat-sifat Tuhan yang telah mereka kenal selama di padang gurun.
Dan tentu saja hati mereka melekat kepada ilah lain. Sikap yang demikian
membuat Allah cemburu. Perbuatan itu adalah mencobai (menguji) Tuhan. Tujuan
menguji adalah membuktikan apa yang benar ditengah-tengah yang tidak benar.
Kalau Allah menguji manusia dengan memperhadapkannya kepada dengan berbagai kesulitan maksudnya adalah
untuk menyempurnakan manusia dalam kesetiaan dan perbuatan baik. Allah
mengadakan pengujian sebab manusia cenderung kepada yang tidak benar.
Sebaliknya, manusia tidak boleh menguji Tuhan sebab sifat Allah adalah tepat
dan tidak ada pertentangan di antara sifat-sifatnya. Perbuatan mencobai Allah akan mendatangkan
murkanNya.
Dari manakah segala yang engkau miliki ?
Tidak sedikit orang berpikir, bahwa segala
yang dimiliki merupakan hasil kerja keras dirinya semata. Benarkah demikian ?
Ada sebuah keluarga pergi meninggalkan kampung halamannya karena terjadi masa
paceklik. Ia ingin mengubah nasib. Setelah sepuluh tahun ditempat tujuannya,
keluarga tersebut tidak berhasil mengubah hidupnya, bahkan bapak dari keluarga
itu meninggal, dua anaknya laki-laki memang menikah tapi belum berselang lama
keduanya meninggal. Yang hidup tinggal sang isteri dan ia kembali ke kampung
halamannya dengan segala kehancuran (Rut 1:1-6).
Allah adalah sumber segalanya. Kita tidak
memiliki kekuatan atas yang kita miliki. Orang yang menganggap kepemilikannanya
berdasarkan kekuatannya sendiri, ia adalah orang yang telah melupakan Tuhan.
Kita harus senantiasa mengingat segala yang kita miliki merupakan berkat Tuhan.
Janganlah saat kita meminta kita begitu dekat pada Tuhan, tapi saat kita
memiliki, kita melupakanNya.
Pemberian Tuhan bukan soal jumlahnya, tapi bagaimana
kita memahami pemberian itu dan menggunakannya sesuai kehendak Tuhan. Kita
senantiasa harus takut kepada Tuhan melalui pemuliaanNya. AMIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar