TUHAN
SETIA DENGAN JANJINYA
Selama di dunia ini, hampir seluruh kurun
hidup manusia dilanda ketakutan. Seorang bayi akan takut dan menangis jika
ibunya tidak memberi air susu; anak-anak takut menghadapi mata kuliah selama
studi; selesai kuliah, para sarjana takut tidak memperoleh pekerjaan; anak-anak
muda takut tidak mendapatkan pasangan hidup; keluarga muda takut menjalani
kehidupan rumah tangganya; orangtua takut anak-anaknya terpengaruh oleh setan
dunia masa kini; dan hampir semua manusia takut tidak mendapatkan harta dunia.
Saat mendekati ajal pun, banyak yang takut meninggal. Yang ditakutkan bukan soal
dia ke neraka atau ke sorga. Salah satu (tapi paling sering) yang membuat orang
takut meninggal adalah memikirkan yang akan ditinggalkannya, yaitu anak dan
hartanya.
Abram tergolong orang yang diberkati Tuhan
dalam kepemilikan (harta). Ia tentu telah memperoleh harta itu dengan penuh
perjuangan. Pada masa tuanya Abram mengalami ketakutan terhadap hartanya. Jika
selama hidupnya takut tidak memperoleh harta, kini ia takut kehilangan
hartanya. Abram sadar bahwa ia pasti mati tetapi ia ingin agar harta yang telah
didapatkannya dengan berlelah-lelah tidak hilang begitu saja. Abram resah ; ia
ingin harta warisannya dapat dimiliki oleh keturunannya sendiri. Namun sampai
hari tuanya, ia belum mempunyai keturunan dari isterinya Sarai, yang layak
sebagai ahli warisnya.
Tuhan menjawab pergumulan Abram dengan
berkata ‘Jangan takut’. Tuhan memang telah berjanji akan membuat Abram menjadi
bangsa yang besar, diberkati dengan kekayaan, namanya menjadi masyhur, bahkan
akan menjadi berkat (Kejadian 12:2). Tuhan memenuhi janjiNya satu demi satu,
Abram telah menjadi kaya, dipenuhi harta yang melimpah.
Sesungguhnya, Abram bukanlah tipe
‘laki-laki’. Abraham bukanlah orang yang baik dimata Allah ; ia adalah
orang yang egois. Demi keselamatan diri dan hartanya, Abram tega mengorbankan
isterinya Sarai dengan menyebutnya sebagai adiknya. Ketika Abram ke Mesir untuk
tinggal di situ sebagai orang asing, ia berkata kepada Sarai, isterinya: ‘Katakanlah,
bahwa engkau adikku, supaya aku diperlakukan mereka dengan baik karena engkau,
dan aku dibiarkan hidup oleh sebab engkau’. Firaun tergiur melihat kecantikan
Sarai dan ingin mengambilnya untuk
menambah jumlah istrinya. Akibatnya, Sarai sempat hampir menjadi budak seks
raja Firaun. Jadi, sebenarnya Abram bukanlah orang yang baik. Tetapi Allah
setia dengan janjiNya. Kesetiaan Tuhan akan janjiNya tidak dapat dihambat oleh
apa dan siapapun. Abram yang tidak setia itu tetapi Allah sungguh-sungguh
setia. Allah menepati janjiNya kepada Abram.
Di hari tuanya, Abram kembali dilanda
ketakutan. Setelah ia berlelah mencari hartanya, menjelang ajalnya ia takut.
Ketakutan Abram adalah, siapa yang akan mewarisi harta yang didapatkannya
dengan cucuran keringat sebab ia belum mempunyai keturunan, anak kandung yang layak
menjadi ahli warisnya. Tuhan itu setia dengan janjiNya, bahwa Tuhan akan
memberkatinya juga dengan keturunan. Tuhan bukan hanya menjanjikan seorang anak
bagi Abram tetapi Tuhan memberikan keturunan sebanyak bintang-bintang di
langit. Bagaimana Abram bisa percaya bahwa Tuhan akan memberikan anak kepadanya
melalui isterinya yang sudah tua ? Sulit memang menerimanya secara logika. Tapi
iman (percaya) memang bukan logika. Percaya berarti menyerahkan sepenuhnya
kehidupan kepada yang dipercaya. Itulah beriman (Ibrani 11:1).
Abram merespon perkataan Tuhan dengan
percaya. Sikap iman percaya itu pula yang membuat Abram menjadi masyhur, ia kemudian
dikenal sebagai Bapak orang percaya (beriman). Tuhan sungguh-sungguh memberi
keturunan bagi Abram, Ishak dilahirkan dari isterinya Sara. Ishak juga menjadi
orang percaya. Keturunan Abraham, Ishak, dan Yakub menjadi orang percaya. Kita
juga terhisap menjadi orang percaya. Abram sungguh-sungguh memiliki keturunan
seperti bintang di langit. Abram bukan hanya mewariskan harta dunia bagi
keturunannya, tetapi lebih dari itu Abram mewariskan iman percaya kepada banyak
orang, termasuk saudara dan saya. Kita telah menjadi orang percaya sebagai
orang yang diselamatkan oleh Tuhan kita, Yesus Kristus.
Manusia sering kali mengalami ketakutan menjalani
kehidupan ini hanya karena asesoris dunia ini (harta). Manusia harus mempertaruhkan
hidupnya untuk memperoleh harta dunia ini. Itu wajar. Yang aneh, setelah orang
memperoleh harta dengan berlelah-lelah (hir hodokna) tetapi ia mengalami
kesulitan untuk mengelolanya. Ia tidak mampu menggunakannya secara benar dan
maksimum (menurut kehendak Tuhan). Lebih menyedihkan, ia harus memikirkan harta
yang diperolehnya itu ketika ia akan meninggalkan dunia ini. Seperti Abram
harus berpikir kepada siapa diwariskannya. Harta (asesoris dunia) ; sulit
memperolehnya, kurang benar dan maksimum memfungsikannya, dan keberatan untuk
meninggalkannya.
Kehadiran anak menjadi sangat penting dalam
banyak budaya. Salah satu fungsi anak (secara khusus bagi Abram) adalah menjadi
ahli warisnya. Hanya setaraf itukah fungsi anak ? Kita tidak terlalu perlu
mewariskan harta dunia untuk anak-anak sebab itu akan segera habis, dan justru
menggiring mereka pada ketidakmandirian. Tetapi wariskanlah kepada mereka iman
percaya pada Yesus. Melalui iman percaya itu, mereka bukan saja diberkati Tuhan
dengan harta dunia ini. Lebih dari harta dunia, Tuhan memampukan mereka
menghadapi gejolak dan tantangan dunia ini.
Abram akan diberikan keturunan sebanyak
bintang di langit. Terlalu sedikit harta Abram untuk diwarisi oleh keturunannya
yang banyak itu. Tapi semua keturunan Abram akan menjadi ahli waris dari iman
percayanya. Iman percaya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa itulah yang utama perlu
diwariskan Abram kepada keturunanya yang banyak itu. Tuhan menghendaki banyak
orang menjadi orang-orang percaya, sebagaimana Abram percaya kepada Tuhan.
Itulah yang perlu diwarisi. Marilah kita percaya, bahwa Yesus yang telah
menyelamatkan kita, maka Ia juga akan memberkati kita dalam segala hal. AMIN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar