PIKIRAN
DAN PERASAAN KRISTUS
Surat Paulus kepada jemaat di Filipi
berisikan nasehat-nasehat, yang biasa disebut nyanyian Kristus, dirangkai dalam
ayat-ayat yang sangat puitis. Nyanyian Kristus dalam nas ini melukiskan
inkarnasi Kristus, yaitu Yesus datang dari sorga, menjelma menjadi manusia, dan
melakukan pelayanan. Kristus yang merendahkan diri itu kemudian ditinggikan
Allah.
Nas ini dimulai
dengan suatu ajakan bagi jemaat Filipi agar menaruh pikiran dan perasaan yang
terdapat dalam Kristus. Paulus ingin agar jemaat hasil penggembalaannya itu hidup
bersama dengan memiliki pikiran dan perasaan Kristus. Jemaat Filipi sebenarnya
sebuah jemaat yang dinamis, sebuah jemaat kebanggaan Paulus karena pelayanan
dan persekutuan yang begitu indah (1:3). Namun, sepeninggal Paulus, jemaat
mengalami pergeseran ; ada yang mementingkan diri sendiri, mencari pujian yang
sia-sia, timbul kesombongan. Akibatnya, hidup persekutuan mereka mengalami
keretakan.
Dalam situasi inilah, Paulus memberi
nasehat agar dalam dinamika kehidupan berjemaat senantiasa menaruh pikiran dan
perasaan Kristus. Pikiran dan perasaan Kristus ini akan memampukan jemaat mampu
memelihara hidup bersama (Persekutuan) dan melayani. Paulus merindukan jemaat
Filipi mampu berdiri kokoh ; bersekutu dan melayani dengan penuh sukacita. Pikiran
dan perasaan Kristus hendaknya menjadi pedoman hidup pribadi maupun persekutuan
jemaat. Bagaimana pikiran dan perasaan Kristus itu ?
Ay. 6
– 7 mengosongkan diri
Kristus Yesus bukan saja sama dengan Allah
tetapi adalah benar-benar Allah, sehakekat dengan Allah. Namun, Kristus tidak
memakai kemuliaan dan kebesaran ini untuk kepentinganNya sendiri, sungguh pun
hal itu dapat dipertahankanNya. Kristus menjadi manusia dengan mengosongkan
diri. Tindakan mengosongkan diri ini adalah kehendak Kristus sendiri dalam
kebebasanNya. Dia mengosongkan diri dengan mengambil rupa seorang hamba.
Mengosongkan diri bukan berarti kehilangan kebesaran dan kemuliaan tetapi Ia
menjadi sama dengan manusia, hanya saja Ia tidak berdosa.
Ay. 8
Yesus merendahkan diri
Dengan mengosongkan diri, Yesus sampai pada
taraf kesamaannya dengan manusia. Namun, Yesus tidak berhenti sekedar menjadi
manusia, Dia melewati batas keberadaan manusia secara umum, dimana Yesus
merendahkan diri serendah-rendahnya. Kerendahan hatinya itulah membawa
ketaatanNya, bahkan taat sampai mati.
KetaatanNya nampak selama hidupNya di dunia walaupun menghadapi
tantangan yang mengancam maut Dia tidak mundur. KetaatanNya hanya kepada Allah
Bapa
Ayat 9
– 11 Yesus ditinggikan
Pengosongan dan kerendahan diri Yesus
merupakan wujud dari perasaan dan pikiranNya untuk mengasihi manusia. Kristus
Yesus yang telah mengosongkan dan merendahkan diri itu, kini ditinggikan. Dalam
Kristus Yesus yang telah ditinggikan itu, Allah Bapa memberikan nama di atas
segala nama kepadaNya. Nama itu bukan sekedar pergantian nama baru tetapi
segala sesuatu, benda atau makhluk yang punya nama di alam semesta, bertekuk
lutut dalam nama Yesus. Semua makhluk menaklukkan diri, taat, menyembah,
mengakui dan hormat kepada Yesus. Dalam kekuasaan, kebesaran, dan kemuliaan
Yesus, maka segala makhluk yang memiliki lidah mengaku bahwa Kristus Yesus
adalah Tuhan. Saudara dan saya patut mengaku bahwa Kristus Yesus adalah Tuhan
yang menyelamatkan.
Ciri khas suatu hidup berjemaat adalah
persekutuan dan pelayanan. Untuk kelanggengan persekutuan dan tercapainya
pelayanan, maka tindakan Yesus hendaklah menjadi teladan. Paulus mengungkapkan
tindakan Kristus ini agar jemaat Filipi dan kita sekarang ini menjadikan itu
sebagai pedoman dalam membangun hidup bersama (persekutuan) dan pelayanan. Gereja
bukanlah arena untuk sikap-sikap yang mementingkan diri sendiri dan mencari
pujian yang sia-sia. Mementingkan diri sendiri bukanlah persekutuan yang
dikehendaki Kristus dan bertentangan dengan pelayanan kasih karena pelayanan
kasih adalah pengorbanan ; baik materi, waktu, pikiran, dan tenaga. Hal ini
jelas karena pelayanan kasih bergerak keluar dari diri pelayan dalam wujud
membantu untuk sesama, sedangkan pelayanan yang didorong oleh kepentingan diri
sendiri, segala sesuatu berpusat kepada diri sendiri sehingga pelayanan
bergerak kedalam dirinya. Orang yang mementingkan diri sendiri sering kali mengeraskan
hati, sehingga orang-orang di sekitarnya menjauhkan diri dari persekutuan.
Keberhasilan orang yang mementingkan diri sendiri, kebanggaannya memuncak
membusungkan dada. Ucapannya menyebar, ia mencari pujian dengan meninggikan
diri dan memuaskan dirinya sendiri. Paulus katakan, ini semua adalah kebinasaan
hidup (3:19). Pintu hati mereka telah tertutup akan Firman Tuhan.
Banyak hal duniawi yang akhirnya
mengakibatkan kita melupakan tugas utama orang-orang percaya. Hidup dalam
persekutuan dan saling melayani dalam kasih Tuhan hendaknya menjadi motivasi
pelayanan kita dalam jemaat maupun dalam masyarakat. Dalam pelayanan kasih,
orang percaya adalah alat Tuhan, kawan sekerja Tuhan untuk menyatakan kasih
Tuhan. Pelayanan kasih adalah wujud iman. Demikian juga halnya pelayan gerejawi
yang terkena virus pelayanan yang dikendalikan pikiran duniawi, akan memperluas
masalah-masalah gereja. Kalau pelayan gereja mengesampingkan imannya dalam pelayanan,
maka pelayan gereja dapat menjadi sumber masalah gereja dan menularkannya ke
anggota jemaat.
Membangun hidup bersama dan pelayanan yang didasarkan pikiran dan
perasaan Kristus akan memampukan kita
untuk merendahkan diri, berkorban dan setia. Dengan demikian, hidup persekutuan
dan pelayanan kasih dapat dinikmati oleh seluruh jemaat dengan sukacita. Itulah
yang berkenan bagi Tuhan. AMIN
Amang, aha do nats alkitab tanggal 26 MAret 2013 molo di almanak ni GKPI.
BalasHapus