MENJADI
MANUSIA BARU DI DALAM TUHAN
Ada manusia yang
membatasi/menutup dirinya dengan pandangan atau pendapat dari luar. Ia tertutup
dan bertahan dengan pikirannya sendiri. Ia mem-blok setiap pendapat orang lain
yang tidak sesuai dengan pikirannya. Ia selalu mencemooh orang-orang yang
memberikan nasihat, karena semua itu dianggap omong kosong. Ia tidak
dapat dinasehati oleh suami atau isterinya. Jangankan sahabat, nasehat
mertuanya pun dianggap angin badai. Manusia seperti ini bisa dikatakan ‘manusia
robot’. Hatinya pun tertutup rapat untuk semua yang tak sesuai dengan
kehendaknya. Firman Tuhan terkadang didengarkan sejauh firman itu sesuai dengan
keinginan hatinya. Jika tidak maka ‘NO’.
Demikianlah
kehidupan umat Tuhan yang terbuang. Mereka telah menjadi manusia degil. Mereka
menerima pembuangan itu sebagai konsekwensi logis atas dosa nenek moyangnya.
Pemahaman yang demikian telah membuat mereka menjadi makin degil, keras kepala,
bergelimang dalam dosa. Mereka telah menjadi umat yang rusak hati dan
pikirannya. Mereka bertindak sesuka hatinya. Mereka telah kehilangan kasih
terhadap sesama dan tidak lagi mendengar firman Tuhan yang disampaikan para
nabi atau imam.
Mereka telah
jatuh ke dalam dosa yang terdalam, menyembah berhala. Yehezkiel (fsl 8) mengemukakan
daftar sejumlah dosa Israel ; khususnya dosa karena penyembahan berhala. Dalam
pemahaman kitab nabi-nabi, penyembahan
berhala digambarkan sebagai persundalan yang membuat bangsa Israel menjadi
najis (Hosea 2 ; Yeh. 24:13). Kenajisan bangsa itu dipaparkan oleh Yehezkiel di
hadapan bangsa itu sendiri (Yeh. 4:13-15).
Mereka menyembah
berhala karena kerakusan mereka terhadap harta dan kuasa dunia. Dosa dan
kejahatan itulah yang membawa Israel ke dalam hukuman, menghantar mereka
menjadi umat buangan. Pada awalnya pembuangan itu sangatlah mengerikan.
Memang, kehidupan
di pembuangan Babel sudah mengalami perubahan. Sebagai umat buangan, mereka
telah memiliki berbagai kebebasan. Mereka boleh bekerja dan mempergunakan upah
mereka untuk dibelanjakan. Sekalipun mereka telah memiliki kebebasan menikmati
kehidupan di pembuangan, tetapi ada satu kerinduan mereka yang tak kunjung
terpuaskan, yaitu kembali ke tanah air mereka, tanah Kanaan.
Tuhan kasih kepada
umatNya. Tuhan telah memberikan tanah perjanjian bagi umatNya. Tuhan ingin
membawa mereka kembali. Tetapi Tuhan tidak akan membiarkan umatNya kembali ke
negeri mereka sebelum mengalami pertobatan.
Oleh sebab itu,
Allah akan terlebih dahulu mentahirkan umatNya dari kenajisan dosa penyembahan
berhala. Allah mentahirkan umatNya dengan mencurahkan air jernih (air sorgawi)
kepada umatNya. Mereka dibersihkan bukan
berdasarkan hukum Taurat tetapi oleh anugerah Tuhan, yaitu pencurahan air
bersih (air sorgawi). Pencurahan air bersih adalah lambang dari penyegaran
rohani.
Pentahiran yang
Allah perbuat memberikan hati yang baru dan roh yang baru pengganti hati batu
dan roh pemberontak. Menurut pemahaman Yahudi kuno, hati adalah pusat kehidupan
yang membentuk watak atau moral
seseorang, bermoral insan atau moral binatang. Hati jugalah yang memerintah
semua tindakan (Amsal 16:23 ; 23:37).
Hati dan roh yang
baru lahir karena pemberian Allah. Allah memberikan rohNya berdiam di dalam
batin mereka, hingga sempurnalah pengudusan umat Tuhan. Dalam konteks ini, nabi
Yehezkiel menghubungkan pemberian roh Allah dengan datangnya zaman baru dan
secara eksplisit Roh Allah disamakan dengan Roh Kudus.
Pemberian Roh ini
merupakan rekonsiliasi antara umat
dengan Allah. Allah membaharui mereka menjadi manusia baru yang telah mengalami
pencerahan spiritualitas yang dikerjakan oleh Roh Kudus. Bukan manusia lama
yang masih terikat ritual-ritual agamawi sebagai pusat spiritualitasnya, atau
manusia lama yang terikat dengan keinginan-keinginan daging tetapi mereka telah
menjadi umat yang taat menyembah Allah.
Dalam keadaan
bersih karena telah dibersihkan dari kenajisan yang disertai dengan hati dan
roh yang baru, Allah Membawa mereka kembali ke negeri yang kepada nenek moyang
mereka telah diwariskan dan yang mereka rindukan. Umat kembali dengan membawa
berkas-berkasnya. Allah menjadi Allah mereka, dan mereka menjadi umat Allah.
Penyembahan
berhala secara ritual hampir tidak tampak lagi dalam kehidupan Kristiani,
walaupun kita tidak boleh menutup mata terhadap umat yang masih marak
melakukannya secara tersembunyi. Penyembahan ke gunung-gunung, kuburan, dan
perdukunan masih dilakukan oleh sebahagian warga gereja. Allah ‘tersinggung’
atas perbuatan yang menduakanNya.
Penyembahan berhala dilakukan oleh banyak orang karena
pengaruh nilai-nilai duniawi yang masih sangat kental dalam diri manusia ;
kekayaan, jabatan, percabulan, hawa nafsu, keserakahan. Kolose 3:5 menyebut hal
itu sebagai penyembahan berhala. Oleh karena itu, sekalipun kita tidak
melakukan penyembahan berhala secara ritual, tetapi jika nilai-nilai dunia itu begitu
menguat dalam kita, maka kita pun bagian dari penyembah berhala.
JIka engkau masih hidup dalam hawa nafsu dan nafsu
jahat itu, maka datanglah kepada Allah dengan membuka hati dan pikiran untuk
menerima pencurahan rohNya. Allah mau
membaharuimu, sehingga hidupmu menjadi sukacita.
Gereja adalah
persekutuan orang percaya yang telah dipanggil, dijemput dari dunia lalu
dihimpun dalam satu tubuh yaitu tubuh Kristus. Allah mencurahkan rohNya ke
tengah-tengah orang percaya. Pencurahan Roh itu adalah karunia Allah, sehingga
segenap umat yang berhimpun dalam satu tubuh itu boleh meneguk berkat Allah
yang dicurahkan bagaikan air sehingga kita bermandikan cahaya kemuliaan dan anugerah Allah setiap saat.
Sekalipun kita
sudah jatuh dalam dosa tetapi Tuhan memberi kita anugerah keselamatan di dalam
anakNya Tuhan Yesus Kristus. Sekalipun kita sudah kehilangan segala-galanya
tetapi ia akan membangkitkan kita. Allah sendiri menggembalakan umatNya serta membaringkan dombaNya, untuk
melepaskan dan membuang kepahitan hidup umatNya. Karena kita
telah diperbaharui Roh Kudus, peliharalah pembaharuan itu dan songsonglah era
pembaruan.
Apapun keadaan kita sekarang, janganlah merasa bahwa itu merupakan
situasi yang terakhir dan permanen, karena Allah akan memulihkan segalaNya. Allah ingin supaya keadaan kita berubah. Lebih penting daripada itu, Ia ingin
supaya perubahan itu menumbuhkan spiritualitas, sehingga kita tidak lagi terikat pada nilai-nilai
dunia ini tetapi kita memandang pada kehidupan sorgawi. AMIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar