24 Mei 2018

Yehezkiel 36:25-28 HATI DAN ROH BARU



          MENJADI MANUSIA BARU DI DALAM TUHAN

Ada manusia yang membatasi/menutup dirinya dengan pandangan atau pendapat dari luar. Ia tertutup dan bertahan dengan pikirannya sendiri. Ia mem-blok setiap pendapat orang lain yang tidak sesuai dengan pikirannya. Ia selalu mencemooh orang-orang yang memberikan nasihat, karena semua itu dianggap omong kosong.  Ia tidak dapat dinasehati oleh suami atau isterinya. Jangankan sahabat, nasehat mertuanya pun dianggap angin badai. Manusia seperti ini bisa dikatakan ‘manusia robot’. Hatinya pun tertutup rapat untuk semua yang tak sesuai dengan kehendaknya. Firman Tuhan terkadang didengarkan sejauh firman itu sesuai dengan keinginan hatinya. Jika tidak maka ‘NO’.

Demikianlah kehidupan umat Tuhan yang terbuang. Mereka telah menjadi manusia degil. Mereka menerima pembuangan itu sebagai konsekwensi logis atas dosa nenek moyangnya. Pemahaman yang demikian telah membuat mereka menjadi makin degil, keras kepala, bergelimang dalam dosa. Mereka telah menjadi umat yang rusak hati dan pikirannya. Mereka bertindak sesuka hatinya. Mereka telah kehilangan kasih terhadap sesama dan tidak lagi mendengar firman Tuhan yang disampaikan para nabi atau imam.
Mereka telah jatuh ke dalam dosa yang terdalam, menyembah berhala. Yehezkiel (fsl 8) mengemukakan daftar sejumlah dosa Israel ; khususnya dosa karena penyembahan berhala. Dalam pemahaman kitab  nabi-nabi, penyembahan berhala digambarkan sebagai persundalan yang membuat bangsa Israel menjadi najis (Hosea 2 ; Yeh. 24:13). Kenajisan bangsa itu dipaparkan oleh Yehezkiel di hadapan bangsa itu sendiri (Yeh. 4:13-15).
Mereka menyembah berhala karena kerakusan mereka terhadap harta dan kuasa dunia. Dosa dan kejahatan itulah yang membawa Israel ke dalam hukuman, menghantar mereka menjadi umat buangan. Pada awalnya pembuangan itu sangatlah mengerikan.
Memang, kehidupan di pembuangan Babel sudah mengalami perubahan. Sebagai umat buangan, mereka telah memiliki berbagai kebebasan. Mereka boleh bekerja dan mempergunakan upah mereka untuk dibelanjakan. Sekalipun mereka telah memiliki kebebasan menikmati kehidupan di pembuangan, tetapi ada satu kerinduan mereka yang tak kunjung terpuaskan, yaitu kembali ke tanah air mereka, tanah Kanaan.
Tuhan kasih kepada umatNya. Tuhan telah memberikan tanah perjanjian bagi umatNya. Tuhan ingin membawa mereka kembali. Tetapi Tuhan tidak akan membiarkan umatNya kembali ke negeri mereka sebelum mengalami pertobatan.
Oleh sebab itu, Allah akan terlebih dahulu mentahirkan umatNya dari kenajisan dosa penyembahan berhala. Allah mentahirkan umatNya dengan mencurahkan air jernih (air sorgawi) kepada umatNya.  Mereka dibersihkan bukan berdasarkan hukum Taurat tetapi oleh anugerah Tuhan, yaitu pencurahan air bersih (air sorgawi). Pencurahan air bersih adalah lambang dari penyegaran rohani.
Pentahiran yang Allah perbuat memberikan hati yang baru dan roh yang baru pengganti hati batu dan roh pemberontak. Menurut pemahaman Yahudi kuno, hati adalah pusat kehidupan yang membentuk watak  atau moral seseorang, bermoral insan atau moral binatang. Hati jugalah yang memerintah semua tindakan (Amsal 16:23 ; 23:37).
Hati dan roh yang baru lahir karena pemberian Allah. Allah memberikan rohNya berdiam di dalam batin mereka, hingga sempurnalah pengudusan umat Tuhan. Dalam konteks ini, nabi Yehezkiel menghubungkan pemberian roh Allah dengan datangnya zaman baru dan secara eksplisit Roh Allah disamakan dengan Roh Kudus.
Pemberian Roh ini merupakan rekonsiliasi  antara umat dengan Allah. Allah membaharui mereka menjadi manusia baru yang telah mengalami pencerahan spiritualitas yang dikerjakan oleh Roh Kudus. Bukan manusia lama yang masih terikat ritual-ritual agamawi sebagai pusat spiritualitasnya, atau manusia lama yang terikat dengan keinginan-keinginan daging tetapi mereka telah menjadi umat yang taat menyembah Allah.
Dalam keadaan bersih karena telah dibersihkan dari kenajisan yang disertai dengan hati dan roh yang baru, Allah Membawa mereka kembali ke negeri yang kepada nenek moyang mereka telah diwariskan dan yang mereka rindukan. Umat kembali dengan membawa berkas-berkasnya. Allah menjadi Allah mereka, dan mereka menjadi umat Allah.  

Penyembahan berhala secara ritual hampir tidak tampak lagi dalam kehidupan Kristiani, walaupun kita tidak boleh menutup mata terhadap umat yang masih marak melakukannya secara tersembunyi. Penyembahan ke gunung-gunung, kuburan, dan perdukunan masih dilakukan oleh sebahagian warga gereja. Allah ‘tersinggung’ atas perbuatan yang menduakanNya.
Penyembahan berhala dilakukan oleh banyak orang karena pengaruh nilai-nilai duniawi yang masih sangat kental dalam diri manusia ; kekayaan, jabatan, percabulan, hawa nafsu, keserakahan. Kolose 3:5 menyebut hal itu sebagai penyembahan berhala. Oleh karena itu, sekalipun kita tidak melakukan penyembahan berhala secara ritual, tetapi jika nilai-nilai dunia itu begitu menguat dalam kita, maka kita pun bagian dari penyembah berhala.
JIka engkau masih hidup dalam hawa nafsu dan nafsu jahat itu, maka datanglah kepada Allah dengan membuka hati dan pikiran untuk menerima pencurahan rohNya.  Allah mau membaharuimu, sehingga hidupmu menjadi sukacita.
Gereja adalah persekutuan orang percaya yang telah dipanggil, dijemput dari dunia lalu dihimpun dalam satu tubuh yaitu tubuh Kristus. Allah mencurahkan rohNya ke tengah-tengah orang percaya. Pencurahan Roh itu adalah karunia Allah, sehingga segenap umat yang berhimpun dalam satu tubuh itu boleh meneguk berkat Allah yang dicurahkan bagaikan air sehingga kita bermandikan cahaya kemuliaan  dan anugerah Allah setiap saat.
Sekalipun kita sudah jatuh dalam dosa tetapi Tuhan memberi kita anugerah keselamatan di dalam anakNya Tuhan Yesus Kristus. Sekalipun kita sudah kehilangan segala-galanya tetapi ia akan membangkitkan kita. Allah sendiri menggembalakan umatNya serta membaringkan dombaNya, untuk melepaskan dan membuang kepahitan hidup umatNya. Karena kita telah diperbaharui Roh Kudus, peliharalah pembaharuan itu dan songsonglah era pembaruan.
Apapun keadaan kita sekarang, janganlah merasa bahwa itu merupakan situasi yang terakhir dan permanen, karena Allah akan memulihkan segalaNya. Allah ingin supaya keadaan kita berubah. Lebih penting daripada itu, Ia ingin supaya perubahan itu menumbuhkan spiritualitas, sehingga kita tidak lagi terikat pada nilai-nilai dunia ini tetapi kita memandang pada kehidupan sorgawi. AMIN

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar