DIA DATANG DENGAN
ADIL DAN JAYA (Zakharia 9:9-10)
Setiap suatu peristiwa besar terjadi maka
akan selalu disertai pula dengan suasana baru. Umat Tuhan baru saja mengalami
peristiwa besar, mereka telah kembali dari pembuangan. Kemerdekaan dari
pembuangan bukanlah yang dihadiahkan oleh penjajah melainkan atas kesadaran,
bahwa mereka adalah umat yang dipilih Tuhan untuk menyatakan kasihNya. Sekembalinya
umat Tuhan dari pembuangan disebut sebagai masa transisi, karena pada saat itu
tidak ada lagi peperangan, ancaman, ketakutan, dan para nabi hampir tidak
terdengar lagi bernubuat.
Zakharia adalah seorang nabi dan imam, yang
turut kembali dari pembuangan. Ia memiliki penglihatan tentang masa depan yang
penuh harapan (apokalyptik) sudah dekat. Pada masa itu Allah akan menghancurkan
segala kuasa jahat serta membangkitkan orang-orang benar untuk kehidupan dalam
kerajaan sorgawi. Zakharia dalam penglihatannya memandang sorga yang sangat
membahagiakan ; tidak ada penderitaan, tiada peperangan, tak ada yang
dipergumulkan, para pemimpin teguh dalam jabatannya. Pada masa itu, damai
sungguh-sungguh menjadi kenyataan. Itulah yang diungkapkan Zakharia dan menjadi
harapan umat Tuhan. Peristiwa apokalyptik berbanding terbalik dengan dunia yang
penuh kerusuhan, kesulitan yang tak pernah selesai, para pemimpin yang gemar
menyeleweng.
Hidup dalam damai itu diawali atas
datangnya seorang raja sebagai pemimpin. Zakharia menyerukan agar umat Tuhan
bersorak-sorai dengan sukacita menyambut kedatangan sang raja. Umat Tuhan
didorong untuk berpengharapan kepada datangnya raja yang membawa damai.
Kedamaian tidak pernah terjadi karena kekerasan dan keterpaksaan. Kedamaian
tercipta dari suatu proses yang mampu menyentuh kehidupan dasar manusia. Zakharia
melihat kehadiran damai itu mengalir dari sang raja yang Adil dan Jaya, lemah
lembut, serta sederhana.
Adil
dan Jaya. Raja
yang datang itu adalah adil dan jaya. Adil dan Jaya adalah suatu pertanda dari
hamba Tuhan yang menderita dan serentak dengan itu sebagai penerima
keselamatan. Adil merupakan cara pengambilan keputusan yang tidak berat
sebelah/berpihak dan mendapat perlakuan yang sama. Sedangkan Jaya merupakan
keberhasilan yang diterima sebagai perbuatannya yang adil. Lebih jelas lagi,
keadilan yang dilakukan bukan dengan mengorbankan orang lain, tetapi ia
berkorban demi perdamaian itu. Raja yang adil itu menyerahkan hidupnya bagi
kedamaian umat manusia.
Raja yang datang ini bukanlah gambaran
seorang pahlawan yang siap sedia berperang dengan kekerasan ; tetapi ia lemah lembut. Dalam kelembutannya,
Allah yang berperang untuk dia. Allah yang memberikan kemenangan baginya dalam
menghadapi peperangan. ‘TUHAN akan
berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja’ (Keluaran 14:14).
Saat kedatangan raja itu, kuasa militer tiada
lagi, sebab senjata perang telah lenyap. Karena itu, raja baru itu datang bukan
dengan kemegahan yang disertai kereta perang melainkan dalam kesahajaannya mengendarai
binatang yang paling tenang; seekor keledai. Kesederhanaannya itu menjadi
lambang perdamaian yang dibawanya bagi Yerusalem dan bangsa-bangsa.
Kekuasaan raja damai itu disebutkan ‘terbentang dari laut sampai ke laut dan
dari sungai Efrat sampai ke ujung-ujung bumi’ (10b). Kalimat ini
menggambarkan bahwa kekuasan raja itu tidaklah terbatas. Atas keadilan yang
diperbuatnya, maka kekuasaannya adalah universal dan mengagungkan. Jadi pada
hari Tuhan itu seluruh manusia akan mengalami hidup yang penuh damai.
Para penulis Perjanjian Baru memahami Yesus
sebagai yang diurapi Allah (Messias) untuk membawa perdamaian dan memulihkan
Israel dan bangsa-bangsa. Penglihatan Zakharia tentang raja yang Adil dan Jaya
itu telah digenapi dalam diri Tuhan Yesus. Yesus telah memberlakukan keadilan
itu di dalam diriNya. Ia datang dan menderita. Yesus disalibkan, mati dan
bangkit bagi keselamatan umat manusia. PengorbananNya adalah keadilan untuk
menebus dosa manusia dari kematian. Yesus Kristus telah berkarya melalui
pengajaran dan perbuatanNya yang adil itu, agar manusia beroleh kedamaian dan
keselamatan.
Orang-orang percaya kepada Yesus Kristus
hendaknya bersukacita memuji dan memuliakan Tuhan Yesus. Sukacita dapat kita
alami ketika kita mengundang dan memberi tempat bagi Yesus di hati kita. Kita
menerima keadilan yang Yesus perbuat dengan mensyukuri seluruh anugerahNya.
Keadilan Yesus hendaknya dapat dirasakan
oleh seluruh umat manusia di bumi. Kita dipakai oleh Tuhan mengumandangkan dan
memberlakukan keadilan itu bagi semua orang. Kita dipanggil keluar dari
kehidupan lama, kepada kehidupan baru yang penuh kasih. Kita perlu sadar dan
meninggalkan sifat yang mementingkan diri sendiri. Kita perlu menanggalkan rasa
benci kepada orang lain. Ini menjadi tugas panggilan kita sebagai orang
percaya. Sambil menyongsong kedatanganNya kedua kali, kita senantiasa memuji
dan memuliakan Tuhan Yesus Kristus,
untuk menerima kedamaian dan keselamatan kekal dari Sang Pengadil. AMIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar